Showing posts with label caruban nagari. Show all posts
Showing posts with label caruban nagari. Show all posts

Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!

Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!
Pesantren, Cirebon, fokuscirebon.com -  Cirebon tidak bisa dilepaskan dari sejarah revolusi Indonesia (perjuangan kemerdekaan). Tidak sedikit para pejuang dan pahlawan kemerdekaan tersebut berasal dari Caruban Nagari. Perlawanan masyarakat Cirebon tidak hanya datang dari keraton atau kasultanan. Para pejuang yang tidak mau berkompromi dengan kolonial akhirnya menyebar dan membuat pondok pesantren. Salah satu pesantren paling tua yaitu ada di Cirebon. Seperti pesantren Babakan Ciwaringin, Kempek dan pesantren Buntet. Para kiyai sepuh dari pesantren - pesantren Cirebon merupakn seorang pejuang tangguh. Sayangnya tidak banyak masyarakat yang tau, sepeti apa kisah selengkapnya mengenai sejarah dan peranan pesantren Cirebon dalam menyiarkan Islam dan berjuang melawan penjajah? Simak ulasannya dibawah ini guys!

Kenapa Cirebon bisa dijuluki sebagai kota wali dan kota santri? Karena memang disinilah banyak melahirkan keturnan - keturunan pejuang islam dan pejuang kemerdekaan RI. Perlu diketahui, khusunya bagi warga di sewilayah tiga cirebon, (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), bahwa keberadaan pesantren di Cirebon memiliki cerita dan sejarah panjang. Organisasi islam di Indonesia seperti Nahdatul Ulama (NU) yang merupakan organiasi islam terbesar di Indonesia dipelopori salah satunya dari kyai Cirebon bersama pendiri lain yang kita kenal yaitu KH Hasyim Ashari. Dan diceritakan pula bahwa logo atau lambang NU tersebut dibuat oleh Kyai asal Cirebon. Perjuangan kemerdekaan RI tidak lepas dari peranan para Kiyai atau ustad sepuh yang berasal dari Cirebon. Berikut Sejarah berdirinya pesantren - pesantren ternama di Cirebon?

1. Sejarah Pesantren Babakan Ciwaringin 
Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H/ 1705 M. oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddinputra KH. Abdul Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon.

KH. Hasanuddin adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. Desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda. Maka dirintislah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan.

Diceritakan dalam sebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap ?”


Melihat tak satupun diantara yang hadir dalam majelis itu dapat menjawab, pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Kiai Mujib, “Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk memulai pertempuran, Mengapa tidak diizinkan? ternyata Kiai Hasyim Asy’ari menunggu kekasih Allah dari Cirebon yang akan datang menjaga Langit Surabaya, Beliau Adalah KH. ABBAS ABDUL JAMIL dari pesantren buntet Cirebon dan KH. AMIN SEPUH dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.” KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai Cirebon ( wil 3 Cirebon dan Jawa Barat) plus Ustadz, santri dan masyarakat benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur. Bahkan kabarnya yang menembak Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda (NICA), adalah anak buah KH. Amin Sepuh yang bernama Kiyai Sholeh yang wafat disana.

Selengkapnya KLIK DISINI
Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!
2, Sejarah Pesantren Buntet Cirebon

Pesantren yang satu ini merupakan salah satu pesantren tertua yang ada di Cirebon, didirikan sejak zaman kolonial dan para sultan di Keraton Cirebon. Yang mendirikan pesantren Buntet juga merupakan orang dari keraton Cirebon sekaligus merupakan keturunan asli dari Sunan Gunung Djati yang juga diyakini sebagai garis keturunan Rosul Muhammad SAW. Sejarah berdirinya pesantren Buntet pula tidak lepas dari perjuangan Indonesia melawan penjajah. Perlawanan datang tidak hanya dilingkungan keraton yang akhirnya berkompromi dengan koloni. Keturunan - keturunannya yang tidak setuju akhirnya meninggalkan keraton dan banyak mendirikan pesantren, salah satunya yaitu pesantren Buntet Cirebon.

Awal mula berdirinya Buntet Pesantren, salah satu satu pesantren tertua di Indonesia,  pertama kali didirikan pada abad tahun 1750 M, oleh KH. Muqoyyim bin Abdul Hadi, atau orang Buntet menyebutnya Mbah Muqoyyim. Beliau sebagai pejabat  mufti (Pengadilan Agama Resmi) Keraton.

Salah satu sifat beliau adalah tidak mau  koopratif dengan Belanda, yang banyak mencampuri urusan internal keraton, sehingga beliau lebih memilih tinggal di luar keraton dan mendirikan pesantren.
Dalam perantuan inilah beliau memulai kehidupan sebagai kyai dengan mendirikan masjid dan gubuk kecil dan mulai mengajar agama.

Melihat luasnya keilmuwan beliau dan dikenal sebagai orang Keraton serta tauladan yang beliau tunjukan masyarakat membuat pesantren beliau didatangi banyak murid, sehingga semakin berkembanglah pesantren dengan pesat dan terus berkembang hingga saat ini. Diyakini oleh masyarakat Cirebon dan masyarakat pulau Jawa khususnya, bahwa bagi yang ingin menimba ilmu di pesantren tidak boleh melwatkan untuk belajar di Pesantren yang ada di Cirebon. Konon katanya sehebatnya ilmu para kiyai atau orang yang pesantren, tidak akan sempurna jika belum belajar di pesantren Cirebon, yang dipercayai sebagai juru kunci untuk membuka gembok-gembok ilmu pengetahuan. 

Sepanjang rentang sejarahnya, Pondok Pesantren Buntet menunjukkan sikap konsistensi, sikap perjuangan melawan segala bentuk penindasan dan penjajahan. Perang 10 November 1945 yang terkenal itu, takkan terjadi apabila para Kiai dari Cirebon yang ditunggu oleh KH Hasyim As’yari tidak muncul. Ketika itu Bung Tomo memohon keputusan hari “H” kepada KH Hasyim As’yari, beliau menjawab “Tunggu kedatangan Kyai dari Cirebon”. Kyai Cirebon yang dimaksud tak lain adalah KH Abbas Abdul Jamil (Buntet) dan Kiyai Amin Sepuh (Babakan Ciwaringin). Kiai-kiai Cirebon dan sekitarnya diiringi beberapa santri yang dating tiba di Pesantren Tebu Ireng, Jombang pada tanggal 9 November 1945. Selengkapnya KLIK DISINI 

3. Sejarah Pesantren Kempek

Salah satu pesantren tertua yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren - pesantren yang lain di Cirebon dan Indonesia yaitu pesantren Kempek di Cirebon. Pesantren yang ada di Cirebon saling berkaitan satu sama lain karena memang didirikan oleh orang - orang yang memiliki persamaan garis keturunan. Seperti apa kisah atau sejarah pesantren kempek Cirebon, selengkapnya KLIK DISINI

Pesantren yang ada di Cirebon merupakan potensi atau merupakan kearifan lokal yang ada di Cirebon. Potensinya bisa dijadikan sebagai objek wisata relgi yang ada di Cirebon tidak hanya keraton dan makam Sunan Gunung Djati, di pesantren Cirebon terdapat banyak kisah, sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan yang bisa dijadikan referensi. Ingin memasukan anak atau saudara di pesantren Cirebon, berikut kami sajikan alamat - alamat pesantren yang ada di Cirebon?
Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!

Nama  dan alamat Pondok Pesantren Cirebon: 
- Pesantren Al Iffah, Desa Tegalgubug kec Arjawinangun
- Ar Riyadoh Attawabin Desa Panguragan Wetan kec Panguragan
- MUALLIMIN-MUALLIMAT JL.WIJAYA KUSUMA NO.59 DESA BABAKAN KEC.CIWARINGIN KAB.CIREBON kec CIWARINGIN 087710 473 838
- Kebon Jambu Al-Islamy Jln. Kebon Jambu No. 01 kec Ciwaringin 0231 342259
- Pesantren Buntet, Desa Mertapada Cirebon Timur
- Al Arofat Desa Gintung Lor kec Susukan `0813241510532
-  Al Mujahiriyah Desa Marageni Bojong Kulon kec Susukan `081324247947
Selengkapnya mengenai alamat pesantren yang ada di Cirebon, KLIK DISINI

Notes:
Sebarkan jika dirasa bermanfaat
Pertanyaan lain silahkan komentar atau hubungi kontak fokus cirebon
Informasi diatas diambil dari berbagai sumber yang terpercaya

Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!

Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!
Caruban nagari, sejarah cirebon, mitos cirebon - Sewilayah tiga Cirebon seperti Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) tidak asing lagi dengan cerita yang melegenda yaitu kisah cinta Baridin dan Ratminah. Baridin seorang pemuda miskin menyukai seorang wanita cantik. Namun Ia selalu di tolak dan dihina. Latar belakang tersebut membuat Baridin menggunakan ajian/ilmu kemat jaran goyang untuk menaklukan hati Ratminah. Seperti apa kisah selengkapnya dan sejarahnya? Simak ulasannya dibawah ini guys.

Orang Cirebon tidak sedikit yang mempercayai bahwa kemat merupakan ajian dengan menggunakan doa-doa yang memiliki tuah begitu dasyat. Kepercayaan tersebut turun temurun disekitaran masyarakat Ciayumajakuning. Menggunakan kemat jaran goyang tersebut tidak semudah yang dibayangkan, yaitu harus melalui tahapan mati geni atau tidak makan, tidak minum, tidak tidur selama beberapa hari.

Kemat Jaran Goyang itu sendiri telah menjadi legenda hidup kisah nyata/cinta Baridin, seorang pemuda asal Gegesik yang memiliki pekerjaan sebagai petani miskin, dan merupakan anak dari seorang janda bernama Mbok Wangsih. Kala itu, Baridin mencintai seorang kembang desa yang begitu ayu bernama Ratminah, Ia merupakan anak dari seorang juragan di Desa tersebut, bisa dikatakan sebagai orang paling kaya.

 Karena cinta Baridin ditolak secara mentah-mentah oleh Ratminah bahkan menghina dan mencaci maki secara berlebihan membuat Baridin sakit hati, ia hidup menyendiri tidak makan tidak minum selama 40 hari melakukan mati geni, sebagai ritual ajian kemat jaran goyang. Singkat cerita Ratminah kemudian menjadi terhipnotis setiap waktu mengingat, dan memanggil-manggil nama Baridin. Terkadang tertawa dan menangis sendiri seperti orang gila. Ratminah keluar dari rumah mencari-cari Baridin berjalan dari desa ke desa sambil bernyanyi dan tertawa-tawa menyebut nama Baridin sampai keduanya bertemu di pinggir pematang sawah.

Karena Ratminah berhari-hari tidak makan setalah bertemu, miminta maaf dan mengungkapkan rasa cintanya kepada Baridin. Akhirnya Ratminah mengembuskan nafas terakhir. Begitupun Baridin yang sudah kurus kerempeng karena mati geni, kemudian meninggal dunia menyusul Ratminah. Jasad keduanya diketemukan oleh sahabat dekat Baridin bernama Gemblung Pinulung. Sebagai saksi perjalanan kedua manusia yang saling menyinta akhirnya mereka dikubur bersama dan makamnya masih bisa disaksikan sampai sekarang di Cirebon sebagai ibroh dan pembelajaran untuk manusia yang masih hidup.
Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!


Berikut adalah contoh bacaan kemat jaran goyang Baridin yang sudah digubah oleh penulis, yang bisa jadi tidak kalah dengan sajak-sajak Ahda Imron atau pun pupuh guritan Asep Salahudin“Niat isun matak ajiku Jaran Goyang/ Sun tabukake petiku sawisi/Gemebyar gebyar marang badanku/Wong Sabuana ayu elinga/ welase ning badan isun si jabang nok ayu Ratminah/Mbrengenga kaya jaran/ teka welas, teka asih, marang badanku/ Lailahaillah Muhamammadurrulullah.”(Kubaca doa aji jaran goyang (kuda goyang), di sini kubuka peti sunyi batin runyam, saat gemerlap merasuki nalar ragaku, Wahai manusia sejagad, ingatlah sayangilah diriku/ semoga Ratminah menyayangiku/ seperti ringkik kuda/kasih dan sayangi diriku/Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasul Allah).
Ekspresi kisah Baridin mengilhami esensi moral wong Cirebon-Dermayon yang mampu menebus sekat-sekat budaya.

 Walaupun dalam guyonan Tandi Skober yang berkata sambil terkekeh “Cung!!!, Wadon sekien masangarah takluk kelawan kemat jaran goyang, pun kalah karo kemat Jepang hehe (Perempuan sekarang tidak bakal terpikat dengan kemat jaran goyang, karena sudah kalah dengan kemat Jepang)”.

Relasi Budaya

Baridin berupaya keras untuk menjadi manusia yang diewongke adalah suatu kewajaran sebagai manusia yang memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan. Setiap individu dimanapun dia dilahirkan adalah mahluk yang sama oleh karenanya setiap manusia memiliki hak yang sama dalam hidup. Logika yang dipakai manusia kebanyakan seperti halnya Baridin itulah yang melandasi lahirnya Declaration of Human Right. Logika Baridin sebagai manusia yang berkeinginan untuk memilih pendamping hidup tidak menutup diri dalam sekat si kaya dan si miskin. Mencoba membuka tabir yang masih menyelimuti kultur budaya Cirebon-Dermayon yang selalu melihat perjodohan agar selalu papak (sama derajat) dalam ekonomi ataupun keturunan keluarganya.
Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!


Notes:
- Sebarkan jika dirasa penting
- Sumber bahasa cirebon, kompasiana.com

Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasianya!

Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasinya!
Sejarah Cirebon, fokuscirebon.com - Setiap daerah, terutama di pulau jawa, memiliki keunikan dan kearifan lokalnya sendiri. Bisa dalam bentuk kepercayaan, mitos, mistik dll. Kota Cirebon merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan mitos dan mistiknya. Disebut juga sebagai puser bumi. Tahu tidak, kalau di Kota Cirebon terdapat jalan yang dikeramatkan, orang cirebon mempercayai bahwa jalan tersebut bisa menghilangkan kekuatan atau kesaktian manusi-manusi yang angkuh dan sombong akan kekuasaannya. Seperti apa cerita selajutnya? Yu simak ulasan dibawah ini mengenai mitos dan sejarah jalan karanggetas kota cirebon.

Walaupun sudah sangat terkenal nama jalan Karanggetas tersebut yang bagi warga Cirebon dan sekitarnya sudah tak asing lagi di telinga. Konon katanya, menurut Sejarah Babad Cirebon, siapapun orangnya, yang berprilaku sombong, rakus, menggunkan kekuasaan dan kesaktiannya bisa langsung luntur ilmunya tersebut. Ini bukan hanya dongeng, atau mitos belaka.

BACA JUGA: Burok, Kesenian Cirebon yang Melegenda Sampai Saat ini

Sejarah telah mencatat, di dalam cerita babad Cirebon , nama Karanggetas diambil dari salah seorang manusia sakti bernama Pangeran Soka atau Syekh Magelung Sakti yang datang dari Timur Tengah, nama Karanggetas itu sendiri berasal dari kata Karang (tempat) dan Getas (mudah patah). Kala itu Syekh Magelung Sakti datang ke Cirebon mencari seseorang yang bisa memotong rambutnya.

Kedatangan Syekh Magelung Sakti ke Cirebon lantaran mendengar di daerah ini terdapat orang sakti yang bisa membantu memotong rambutnya. Dari cerita singkat Babat Cirebon tersebut, muncul sebuah mitos orang yang memiliki kanuragan yang tinggi, namun sombong akan luntur dengan sendirinya. Daerah tersebut dekat dengan Sungai Sukalila yang artinya harus dengan kerelaan hati.

Mitos tersebut masih mengakar di masyarakat pribumi maupun luar Cirebon. Dari mitos itu, tidak sedikit pejabat negara yang enggan melewati Jalan Karanggetas ketika mengikuti acara resmi kenegaraan. Mitos lain tentang daerah Karanggetas juga berkembang dan menjadi sugesti khususnya bagi masyarakat Tionghoa. Di sepanjang Jalan Karanggetas itu, berjejer toko emas yang mayoritas penjualnya adalah kaum Tionghoa Cirebon.
Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasinya!

Bahkan beredar kabar santer bahwa Soekarno dan Soeharto tidak berani melintas di Jalan karanggetas tersebut. Dipercaya juga lengsernya Soeharto yang ditandai dengan berahirnya rezin orde baru dikarenakan sebelumnya Soeharto melintasi jalan Karanggetas tersebut. Tidak sedikit orang yang mempunyai pengalaman mistis. Terkadang tidak masuk akal, namun banyak fakta yang dialami langsung oleh warga Cirebon dan sekitarnya.

Getas yang berarti mudah patah menceritakan bahwa karang yang sangat kuat saja bisa getas di tempat itu, maka orang yang sombong memiliki ilmu yang tinggi bisa getas di jalan itu, yang kini dikenal jalan karanggetas. Kali sukalila juga berasal dari kata suka dan lillahitaala karena syekhmagelung merasa suka dan sudah ikhlas rambutnya dipotong.

Ketika syekhmagelung ingin mengucapkan terima kasih, kakek itu malah menghilang dan mengatakan kalau mau bertemu maka datang saja ke pamuragan, “di pamuragan kamu akan bertemu masa depan”. Syekhmagelung akhirnya mengikuti sayembara disana dan memenangkan sayembara tersebut.

Selain bisa mematahkankan “getas”, daerah karanggetas selalu basah dan stabil, hal ini dikarenakan sunan gunung jati pernah membuat kanal yang berfungsi agar perahu dari laut bisa lebih ke pedalaman. Selain itu kanal bisa menampung air laut saat pasang.
Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasinya!

Di daerah Karanggetas Cirebon juga terdapat tradisi Slametan Lenga (Sodakoh Minyak) tiap malam Jumat Kliwon. "Minyak yang disedekahkan karena mengandung filosofi kalau minyak itu licin. Artinya sodakoh agar bahaya tak menyentuh tubuh kita. Secara kebetulan Masjid Jagabayan didirikan Tumenggung Jagabaya yang tinggal di daerah itu," sejarawan Cirebon itu memungkasi.

Legenda Batu Bleneng Cipali Cerita Rakyat yang Menggemparkan Pengguna Jalan Tol!

Sejarah Cirebon, Fokuscirebon.com- Bagi kalian warga Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) dan masyarakat Indoneisa lainnya, sudah pernah melintasi jalan tol Cikopo-Palimanan (CIPALI)? Apabila sudah melintasi, tentunya penasaran dan juga bertanya-tanya mengenai BATU BLENENG yang ada di ruas jalan tol Palimanan tersebut. Bukit aja di belah, kenapa batu bleneng tersebut tidak dipindahkan?  Apa misteri, sejarah, atau mitos apa di balik BATU BLENENG tersebut? Berikut kami sajikan cerita dibalik legenda batu bleneng yang adai di jalur CIPALI!

Terlepas dari mitos, atau mistik keberadaan BATU BLENENG tersebut, sebagai umat beragama dan berbudaya kita anggap saja cerita tersebut merupakan cerita  rakyat yeng memiliki kearifan lokalnya terendiri. Batu bleneng tersebut, apabila dari arah Jakarta-Palimanan berada disebalh kanan jalan, tepatnya di KM 182, masuk ke wilayah Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon.

Sudah sejak permbangunan Tol Cipali, pihak tol sudah berusaha ingin memindahkankannya, namun tidak bisa entah mengapa. Mungkin karena ukurannya yang besar, tinggi mencapai 2 meter. Sedangkan warga sekitar tidak sedikit yang mempercayai kalo batu bleneng tersebut merupakan batu keramat, yang tidak boleh dipindahkan apalagi dihancurkan.

Berdasarkan cerita rakyat setempat, batu tersebut sudah ingin dipindahkan dengan alat-alat berat. Namun entah kenapa tidak bisa. Pihak tol justru membantah kalau tidak ada kaitannya antara batu tersebut dengan tidak bisa dipindahkan atau kecelakaan yang ada di jalan CIPALI. Karena memang tidak bertabrakan dengan jalur tol, maka batu tersebut tidak dipindahkan oleh pihak tol.

Menurut cerita rakyat asetempat pula, batu beleng tersebut memiliki sejarah dan ceritanya tersendiri. Dikabarkan konon batu tersebut zaman dahulu menjadi tempat leluhur untuk bertapa dan bersemedi. Dan ada yang mengatakan dan tidak sedikit yang mempercayai bahwa batu tersebut sengaja diletakan oleh leluhur untuk menyumbat mata air, yang apa bila di pindahkan akan membuat banjir kawasan sekitarnya.

Pada tebing sisi selatan, bertengger sebuah batu besar. Mayoritas warga setempat menganggap batu tersebut keramat dan tak bisa diutak-atik. Hal itu pula yang menyebabkan konstruksi jalan tol di wilayah tersebut dibuat berbelok-belok, mirip aksara S.

"Gunung yang tinggi bisa dibelah untuk jalan tol, tapi batu itu tidak bisa," ujar Romli (55), warga di pinggir Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), 

Di Jalan Tol Cipali, bentuk jalan yang menikung dan membelah bukit hanya ada di Km 181-182. Lokasi tersebut masuk wilayah Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Secara turun temurun, warga Walahar menyebut bukit itu sebagai Gunung Salam. Sedangkan batu yang bertengger di punggung bukit dinamai Batu Bleneng.

Romli yang tinggal di kaki Gunung Salam percaya, Batu Bleneng memiliki kekuatan gaib sehingga batu seukuran bus kota itu tidak bisa dipindahkan maupun dihancurkan. Menurut Romli, lantaran Batu Bleneng bergeming, konstruksi jalan diubah, dari lurus 180 derajat menjadi letter S.

Romli mengatakan pekerja proyek jalan tol telah mencoba memindahkan dan menghancurkan Batu Bleneng menggunakan alat-alat berat. Namun upaya tersebut selalu gagal. Kabarnya, setiap kali pekerja hendak memindahkan batu, maka terjadi insiden atau kecelakaan kerja.

Nah, persoalannya kini banyak yang mengaitkan urusan batu itu dengan urusan mistis dan aneh lainnya di Cipali. Lepas dari urusan soal mistis dan aneh lainnya, pastinya saat berkendara harus hati-hati. Siapkan kondisi, apalagi trek yang dilalui panjang dan jangan lupa berdoa.

Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!

Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!
Kesenian, Cirebon, FokusCirebon.com - Setiap tahunnya, Cirebon biasa menjadi tuan rumah Festival Seni dan Budaya. Festival tersebut dijadikan ajang untuk memperkenalkan budaya Jawa Barat kepada Domestik maupun dunia International. Tidak lain, Festival Seni dan Budaya tersebut di beri nama GOTRASAWALA. Tahun ini, Cirebon menjadi tuan rumah untuk bisa kembali menggelar festival akbar tersebut. Adapun Festival GOTRASAWALA 2016 kali ini akan diselenggarakan pada tanggal 12-14 Agustus. Berikut ulasan mengenai GOTRASAWALA dan Jadwal Festival Seni dan Budaya GOTRASAWALA.


SEJARAH AWAL MULA GOTRASAWALA (KUNO)

Festival Gotrasawala yang kembali dikumandangkan pada zaman moderen ini bukanlah sebuah festival akbar yang pertama kali. Sejarah telah mencatat, bahwasannya awal mula adanya gotrasawala berkaitan erat dengan cerita atau sejarah mengenai PANGERAN WANGSAKERTA, yang kemudian membuah naskah kuno dengan nama NASKAH WANGSAKERTA.

Naskah Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta". Menurut isi Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa (bagian) V sarga (jilid/naskah) 5 yang berupa daftar pustaka, setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah, yang 1213 di antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya. Naskah kontroversial ini kini tersimpan di Museum Sejarah Sunda "Sri Baduga" di Bandung.

Dalam pengantar setiap naskah Wangsakerta selalu diinformasikan mengenai proses dibuatnya naskah-naskah tersebut. Panitia--yang dipimpin oleh Pangéran--Wangsakerta ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan/amanat ayahnya, Panembahan Girilaya, agar Pangeran Wangsakerta menyusun naskah kisah kerajaan-kerajaan di Nusantara.

 Panitia didirikan untuk mengadakan suatu GOTRASAWALA (simposium/seminar) antara para ahli (sajarah) dari seluruh Nusantara, yang hasilnya disusun dan ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal sebagai Naskah Wangsakerta. Gotrasawala ini berlangsung pada tahun 1599 Saka (1677 M), sedangkan penyusunan naskah-naskahnya menghabiskan waktu hingga 21 tahun (selesai 1620 Saka, 1698 M).

GOTRASAWALA KINI

Gotrawala saat ini, tidak jauh berbeda dengan maksud dan tujuan seperti pada awal mula berdirinya. Gotrasawala platform festival international, karena memang dihadiri tidak hanya oleh ahli sejarah, seni dan budaya yang ada di Nusantara. Melainkan dihadiri pula oleh para ahli yang namanya terpangpang dalam panggung dunia Intternational.

Tujuan dari adanya Gotrasawala yaitu ingin memperkenalkan sejarah, seni, dan budaya yang ada di Jawa Barat kepada dunia International. Selain itu, dengan adanya festival international tersebut bisa memantik para wisatawan asing maupun wisatawan domestik untuk berkunjung ke Cirebon dan daerah Jabar lainnya. Dengan begitu para wisatawan bisa mengetahui objek-objek wisata yang ada di Cirebon (dan Jabar) untuk mengetahui lebih lanjut sisi lain, entah dari nilai sejarah, budaya mapun seninya.

Pameran Gotrasawala akan menampilkan kehidupan sehari-hari dari Sultan Cirebon dalam tradisi budaya pengadilan sekitarnya nya. Akan ada pameran utama kualitas hebat tradisi Batik pengadilan Cirebon khusus dirancang oleh tukang Batik lokal terkenal, Mr. Komarudin Kudiya. Pameran ini akan berlangsung di kompleks Kasepuhan Court.

JADWAL FESTIVAL GOTRASAWALA CIREBON 2016

12 Agutus 2016
1. Malam Pembukaan
Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!(Bertempat di Keraton Kasupuhan dan Taman Air Sunyaragi)
- Jamuan Makan Malam (Khusus Untuk Undangan)
- Penampilan dari Tarian Sakral Bedaya Pakungwati
- Pameran Pusaka Keraton Kasepuhan
- Penampilan dari KRAKATAU BAND (Trie Utami & Dwiki Darmawan)

13 - 14Agustus 2016
2. Seminar-Seminar Festival Gotrasawala
-  Launching buku: Tarumanegara, Sebuah Kerajaan yang Terlupakan
- Seni Kontemporer Pesisir Jawa Barat
-  Seni Drama (teater) (Tentang Budaya Cirebon) di Gedung Nyi Mas Rarasantang
- Festifal Rakyat (13 Agutus) di Sunyaragi dengan serangkaian acara sebagai berikut
    a. Pameran kerajinan dan kuliner khas Cirebon
    b. Pertunjukan
    c. JACKLOTH
    d. Fashion Show bersama Imam Priatna

Notes:
Sebarkan informasi diatas jika dirasa penting, apabila diarasa kurang jelas, silahkan tinggal komentar dibawah.
Tonton Video di bawah ini agar Anda lebih Bangga dan Cinta terhadap Seni, Budaya dan Sejarah Cirebon dan Jawa Barat!



Cirebon Merdeka Lebih Dulu, Tugu Proklamasi di Alun-Alun Kejaksan Jadi Saksi Bisu!

Sejarah Cirebon, Fokuscirebon.com - Cirebon MERDEKA lebih dulu, sebelum kemerdekaan yang dibacakan oleh SOEKARNO. Mungkin, tidak sedikit pun terbesit di pikiran warga Cirebon khususnya, dan Indramayu, Kuningan, Majalengka pada umumnya. Bahwa Cirebon (Ciayumajakuning) memiliki peranan penting dalam sejarah berdirinya Repbulik Indonesia. Pembacaan teks proklamasi pertama di lakukan oleh pemuda/i di Cirebon, tanggal 15 Agustus 1945 yang di pimpin oleh Dr. Soedarsono (pendiri Rumah Sakit Gunung Djati). Saksi bisu, sekaligus bukti sejarah yaitu adanya TUGU PROKLAMASI berbentuk pensil di depan alun-alun Kejaksan Kota Cirebon. 

Masih jarang yang mengetahui mengenai sejarah tersebut, janganjan orang diluar Cirebon. Masyarakat Cirebon itu sendiri tidak mahfum atas peristiwa sejarah yang sangat berpengaruh bagi daerahnya. Bagi warga diluar kota, yang pergi bolak-balik ke Cirebon, entah dalam urusan bisnis, atau ingin sekedar berwisata tentunya sering melintasi dan berkunjung ke alun-alun Kejaksan.

Namun, sedikit pernah bertanya tugu yang berbentuk pensil tersebut tugu apa? Di cirebon sendiri tugu proklamasi tersebut berada di tiga titik. Pertama di alun-alun kejaksan, kedua di Palimanan, dan ketiga di Waled (Cirebon Timur). 

Cirebon dan sekitarnya, yang merupakan basis masa dan gerakan bawah tanah dari Sutan Syahrir (Perdana mentri pertama RI), yang diberikan informasi bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 (Peristiwa Nagasaki-Hiroshima). Syahrir mengetahui berita tersebut dari Radio yang selalu dibawanya.

Mendengar kabar tersebut, sahrir menilai bahwa Kemerdekaan RI harus segera di rebut. Bukan atas dasar rundingan yang dilakukan oleh Soekarno. Kenapa? karena kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Maka harus segera direbut melihat keadaan Jepang yang telah kalah oleh Sekutu.

Dari situ Syahrir memberikan informasi kepada kader-kadernya yang berada di Cirebon untuk segera membacakan teks proklamasi, atau memproklamasikan kemerdekaan. Dr. Soedarsono (Mentri Dalam Negri kabinet Syahrir) yang memimpin membacakan teks tersebut yang dihadiri pemuda dari beberapa daerah sekitar Cirebon. Di tingkat Nasional, Syahrir menggerakan Kader pemudanya untuk segera menculik Soekarno-Hatta dan menekan mereka untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Saksi Republik Ini Berdiri

Tak banyak yang tahu, bahwa tugu berbentuk pensil yang terletak di alun-alun kejaksan Kota Cirebon dan setiap hari dilalui itu adalah sebuah monumen amat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tugu itu dibuat untuk menandai bahwa proklamasi kemerdekaan pernah dikumandangkan di tempat itu, dua hari lebih awal dari proklamasi yang dikumandangkan oleh Sukarno dan Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No 56.

68 tahun yang lalu, pada tanggal 15 Agustus 1945 teks proklamasi dibacakan di tempat itu. Sejak tahun 2010 silam, kami telah menelusuri ke pusat arsip daerah dan mendatangi beberapa orang saksi yang menyaksikan pembacaan proklamasi itu langsung.  Namun sayang, teks tersebut hilang dan tak diketahui keberadaannya sampai sekarang.

Suganda (82) -saat ini beliau sudah tiada-  salah seorang saksi hidup yang menghadiri proklamasi tersebut menuturkan bahwa ketika itu jumlah orang yang hadir sekitar 150 sampai 200 orang.

“Orang yang membacakan teks itu kepala Rumah Sakit Kesambi -nama Rumah Sakit Gunung Jati di jaman pra kemerdekaan-, (alm) Dokter Sudarsono -ayah Dr Juwono Sudarsono- namanya.” ujarnya kepada SetaraNews yang kami wawancarai di bulan Agustus tahun 2010 silam.

“Saya ketika itu hadir sebagai tentara pelajar. Saat itu, saya mendengar kabar dari senior bahwa Jepang telah kalah perang. Saat itu banyak warga yang keluar rumah dan berkumpul di jalanan sepanjang palimanan (rumahnya) menuju ke Kota (Cirebon). Merinding kalau ingat masa itu. Rakyat terlihat gembira sekaligus gelisah. Kelompok pemuda takut setelah Jepang kalah Belanda akan datang lagi.” Terangnya.

Hasil Gerakan Bawah Tanah

Menurut buku yang ditulis oleh Rudolf Mrazek berjudul Sjahrir, Bung Sjahrir mengatakan teks proklamasinya diketik sepanjang 300 kata. Teks itu bukan berarti anti-Jepang atau anti-Belanda. ”Pada dasarnya menggambarkan penderitaan rakyat di bawah pemerintahan Jepang dan rakyat Indonesia tidak mau diserahkan ke tangan pemerintahan kolonial lain,” kata Sjahrir seperti ditulis dalam buku Mrazek. Sjahrir pun mengatakan kehilangan teks proklamasi yang disimpannya.

Selain itu, menurut (alm) Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya.

Penyusunan teks proklamasi ini, antara lain, melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dikerjakan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus. Asrama Prapatan kala itu sering dijadikan tempat nongkrong para anggota gerakan bawah tanah.
Des hanya mengingat sebaris teks proklamasi versi kelompok gerakan bawah tanah: ”Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.”

Selain mempersiapkan proklamasi, Sjahrir dengan semangat tinggi mengerahkan massa menyebarkan ”virus” proklamasi. Stasiun Gambir dijadikan arena untuk berdemonstrasi. Stasiun radio dan kantor polisi militer pun sempat akan diduduki. Kala itu, Des dan sekelompok mahasiswa bergerak hendak membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir agar teks proklamasi tersebar. Usaha tersebut gagal karena Kenpeitai menjaga rapat stasiun radio tersebut.

Tapi simpul-simpul gerakan bawah tanah terus bergerak cepat, menderu-deru dari satu kota ke kota lain, menyampaikan pesan Sjahrir. Dan keinginan Sjahrir agar proklamasi Indonesia segera didengungkan itu pun sampai di Cirebon.

Notes:
Informasi lebih lengkap kunjungi http://www.sosialiscirebon.com/
Datang ke tugu Proklamasi, agar lebih meyakinkan!

Featured

Recent Posts Widget