Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Cerpen: Laila, Jangan Bersedih!

Fokuscirebon, Cerpen, Mampir Nulis - Terkadang memang benar adanya, patut diamini, ketika petuah sudah berucap. Ungkapan yang muncul bukan bualan apalagi janji busuk ala tokoh Sengkuni yang melegenda.  “Negara mana di dunia ini yang tidak memiliki watak imperialisme? “ begitulah bunyi pepatah asli dari negeri timur. Sampai pada akhirnya, penjajahan bukan lagi dilakukan antar bangsa-negara. Lebih merasuk, sampai pada jiwa raga generasi emasnya. Mereka senantiasa hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, kesedihan dan kecemasan. “ Mau sampai kapan jiwamu tercabik, dan dirimu lara dirundung duka cita?” tanyaku geram.

Langit masih gelap, dimeriahkan dengan titik yang telihat gemerlap seolah tak ada jarak antara bintang dan lampu yang berserakan. Bulan? Hanya terdiam diri dan mempertontonkan sabitnya bak senyum melihat seorang teman yang masih murung, meringkuk mengenang masa lampau. “Lihatlah Laila, bulanpun menyeringai nyinyir melihat tingkah lakumu!” kembali Aku mengingatkan.

Tak mempan, semua ucapan yang seraya seperti sabitan pedang Umar pun tak digubrisnya.  Lambaian dedauan yang nyangkut dibatang – batang pohon memantul memberikan sayup – sayup keheningan. Aku sedikit memalingkan pandangan, menengadah kedepan. Selentingan bisikan datang, merasuk menjalar ke ubung – ubun, menembus akal. Dimana saja, yang katanya zaman modern, permasalahan yang dihadapi oleh manusia sama saja. Manusia yang dibesarkan dalam bingkai latar belakang historis pendahulunya. Sehingga, tak ada bedanya mau dimanapun kita hidup.

“Apa yang kau ucapkan barusan Pram?” Laila langsung tersentak meronta, beranjak dari mimpi gelapnya. Aku diam sejenak, tak langsung menjawab pertanyaannya. “Cepat jelaskan padaku, Pram, apa maksudmu!” Melihat responku yang dingin sedingin malam, Laila kembali merebahkan sekujur tubuhnya. “Yasudah kalau tak mau,”.Suasana semakin hening, bulan sudah terlihat bundar dan condong ke kanan. Tinggal setumpukan abu dari pembakaran unggun yang menghangatkan. Dengan sedikit tambahan energi dari secangkir kopi Nusantara yang Aku gengam. Menyeruputnya merupakan kewajiban agar lebih tenang dan menghelakan napas panjang.

***

Sarung yang menggantung dipundak Aku selendangkan dileher. Kupluk yang sebelumnya hanya nempel di ujung tanduk kepala, Aku tarik sedikit sehingga menutupi daun telinga. Aku menoleh kebelakang, menarik selimut ala dataran tinggi untuk membelai menutupi badan Laila. “Terima kasih Pram,” ujarnya pelan. Aku sedikit membetulkan posisi duduk, bergeser kebelakang dan menyender pada badan pohon dibelakang layar. “ Mau pikiran khayalanmu itu pergi ke tembok berlin atau tembok raksasa khas negri Tirai Bambu, atau sekalipun ke padang pasirnya gurun Sahara, sama saja. Pada dasarnya merekapun hidup merasakan kegundahan, sulit tidur lantaran beban duka yan mendalam. Terjerat kisah haru biru masa lalu.

“ Siapa didunia ini, atau diantara kita yang tidak pernah mengalami semua itu,” kataku sedikit menekankan. Persoalan dunia bergitu runyam, serunyam layar kaya. Rentetan peristiwa membuat semakin keruh, lebih keruh dari sungai yang dipenuhi kotoran pabrik. Terkadang lebih lucu, bahkan menjijikan. Ya, seperti apa yang mengjangkit dirimu Laila,” ucapku menyindir.

“Setidaknya Aku tidak sedang bersandiwara. Menutupi kesedihan dengan cengengesan. Bersikap seolah rendah hati padahal tirani. Bertindak so tegas, padahal berwatak culas, buas! Menangkap dan mengasingkan mereka yang memberikan kritikan. Aku tidak sepicik Maciafelis itu.  Aku hanya sedang patah, ekspektasiku lenyap ke anta berantah!” Ucapnya menimpal.

Timpalan perkataan yang keluar dari rongga mulut Laila, itu hanya sebuah pembenaran. Seolah apa yang ia rasakan dan lakukan saat ini tak salah, wajar.. Raganya ada bumi, entah pikirannya melayang sampai kemana, bisa jadi menyelami samudera kenangan, menapaki jejak – jajak waktu yang sudah lama berlalu “Kau terlalu sibuk dengan urusan masa lalumu, Laila! Hanya gara – gara urusan Percintaan, kau uring – uringan. Jika terus seperti ini ketika ditempa masalah, niscaya kau akan tumbuh jadi generasi yang rapuh!” ucapku makin kesal mendengar omong kosong dari Laila.

Satuhal yang sampai ini masih Aku yakini sepenuh hati, tak ragu sedikitpun. Ketika ada seorang guru  memberikan wejangan bahwa mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya adalah tindakan bodoh dan gila. “           Dengan sikap kegaluan yang berlebih mengenang sang pangeran yang telah using, sama halnya kau membunuh semangatmu sendiri, memupuskan tekadmu, dan mengubur dalam – dalam masa depan yang belum terjadi,”

Kegalauan, keterpurukan, kesedihan yang sering menimpa kaum muda-mudi, menjadi focus perhatianku. Gara- gara putus cinta, seolah harapan sirna. Galau tak ada ujung serasa menjadi fatwa yang harus dipatuhi. Kegembiraan dan kebahagiaan seolah tak ada arti. “Aku sendiri sebetulnya ingin keluar dari jeratan masa laluku! Tapi entah, bayang – bayang itu seolah mengikuti kemanapun Aku pergi. Seolah tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi di dunia ini, Pram!,”

***

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembuscahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihantak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggupmemperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnyamenjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.

“Kau kurang bersyukur, mengingkari kodratmu.  Seolah – olah kau ingin memasukan kembali bayi kepada rahim ibunya, atau memasukan kembali air mata ke kelopaknya. Yang kau cemaskan sia – sia, seperti menumbuk tepuh atau bisa jadi menggergaji serbuk kayu!”

Sejujurnya, dalam lubuk hati yang paling dalam, Aku mengagumi sosok Laila. Bagiku Ia bak intan permata yang dengan apapun takan pernah kujual, karena Ia tak ternilai. Matanya, takan kutukar walau dengan emas sebesar gunung Jawa Wijaya. Keelokan parasnya, walaupun dengan perak seluas Danau Toba, tak akan kuberikan. Budi – pekertinya yang luhur, walaupun dengan jaminan istana – istana yang menjulang tinggi, dengan untaian mutiara, secuilpun tak akan kuberikan kesempatan orang lain memilikinya. Begitulah Laila, sebetulnya Ia dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh. Hanya saja, Ia tak sadari itu semua. “Sayang kau tak memiliki kekuatan yang bisa mendengar bisikan suara hati manusia,” ujarku dalam relung jiwa.

Lalla mulai beranjak dari tidur panjang mengenang masa lalunya. Dengan tak canggung, Ia merebahkan kepalanya dipundak sebelah kiriku. “Lantas Aku harus gimana Pram, Aku percaya, Kau orang yang bisa menjadi obat penenangku,” ujarnya sedikit merayu.

Aku sedikit memejamkan mata, mencoba berfikir jernih, meminta pertolongan kepada semesta agar Aku bisa membuat Laila kembali riang gembira, menjadi Laila yang Aku kenal. Kemudian muncul pelbagai fikiran, bahwa  sangat disayangkan jika hidup hanya disibukan dengan urusan mengenang masa lalu. Tak ubahnya  memungut puing – puing bebangunan yang telah lapuk, sementara  istana megah yang ada didepan mata terabaikan begitu saja.

“ Kau pergi ke paranormal untuk mengumpulkan semua jenis Jin yang sakti mandraguna dan bersatu dengan kekuatan manusia, kemudian ditugaskan untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu. Aku yakin, tidak akan pernah mampu,” Laila masih bersandar mendengar ceramahanku.

Menurutku, ditengah – tengah suasa malam yang begitu syahdu, dapat ditarik kesimpulan, dengan latar belakang persoalan yang dialami oleh Laila. Karena Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, waktu berjalan kedepan, dan segala sesuatu didunia ini bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan.

“Laila, satu pintaku. Jangan bersedih, bergembiralah. Kau hidup di hari ini, bukan kemarin, bukan pula besok. Teruslah berjuang memaksimalkan hari yang sedang kau jalani, dan sambut mentari yang siap menuntunmu mengarungi samudera kehidupan. Sebagai penutup masa lalu, dan untuk menyongsong hari, Aku akan bacakansyair Kuno untuk Laila,” ucapku seraya memeluk tubuhnya.

Kutanamkan di dalamnya mutiara, hingga tiba saatnya ia dapat

menyinari tanpa mentari dan berjalan di malam hari tanpa rembulan

Karena kedua matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang

buatan India

Milik Allah-lah setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona,

“Thanks Pram, Kau pangeran yang selamai ini Aku nanti.”

 “Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telahmeninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.”

Perempuan yang Sedang Belajar; Mencinta!

Perempuan yang Sedang Belajar; Mencinta!
Fokuscirebon - Mojok, Mampir Nulis, CerpenKarena pahit akan selalu ada, selagi masih berlakunya ejaan yang diakui dengan tulisan m-a-n-i-s. Tak perlu takut mengejanya, meskipun terpatah – patah. Tak perlu ragu untuk bangkit, meskipun tertatih. Larut dalam pusaran keintiman yang telah menjadi sebuah kaleidoskop yang terbingkai permanen memang akan terus membuntuti, kemanapun raga berlari ataupun bersembunyi. Namun, pemaksaan itu penting. Terlalu sulit untuk menemukan titik terang, ketika tidak memaksakan diri untuk beranjak dari kegelapan. Dengan mengenalmu, keberanian itu muncul mendadak. Bak nyanyian jiwa yang berujar dalam dada; inilah saatnya!


Sudah terlalu lama harum mawar tak lagi semerbak. Wewangian apapun bentuknya, tak tercium aromanya. Organ tubuh serasa tak berfungsi sempurna, tiba – tiba macet begitu saja. Hanya satu yang masih berjalan alami, kesedihan yang mengalir bermuara pada satu tujuan; tetesan kekecewaan! Kesekian kalinya, Aku kembali menjadi sosok yang menyeamkan! Menjadi seorang predator, meneguk bermacam minuman, menghisap, memangsa. Semua itu menjadi cirri khas yang terpatri, seolah seperti kepribadian.

Lama Aku menjalani detik sampai ke menit, berlanjut sampai hari, terbangun telah berganti bulan, hingga terlalu larut tak sadar telah berganti kalender. Seperti sebuah keajaiban, bagiku. Seseorang yang Aku anggap sebagai saudara seperjuangan. Membuatku sontak terperenjat terbangun, dengan langkah tergesa – gesa meraup segayung untuk membasuh muka agar  terlihat segar. Lebih dari itu, seperti kesurupan jin dari timur tengah seraya berkata, “Jikalau Semesta memberikan kesempatan, niscaya Aku akan melindunginya”

Dalam urusan kasih, Aku biasa terbuka, dan tak canggung untuk menceritakan. Mulai dari yang mandeg, lancar jaya seperti bus malam, sampai diselip dari kiri ditikungan. Tidak untuk yang satu ini, bukan menjadi konsumsi publik bak figuran papan triplek, bukan juga seperti santapan berjamaah ajang curhat mulai dari layar lebar sampai layar mini. Ini murni Aku privatisasi, menjadi kepentingan pribadi. Menjadi sebuah rahasia perusahaan. Kalau negara, tak perlu ada rahasia – rahasiaan, semuanya harus akuntabel dan transparan.
***
Perempuan yang Sedang Belajar; Mencinta!

Bukan tanpa sebab, terlalu beresiko rasanya ketika seseorang yang menjadi pujaan dalam lingkungan dan keadan yang serba sama, tak jauh berbeda, tekadang juga berlebih menjadi seorang kerabat keluarga. Ditambah lagi bukan cuman Aku satu – satunya manusia yang tertarik dengan sumber daya dan potensi yang ada. Tak sedikit yang kemuidan beropini, “Sangat disayangkan jika jatuh ke tangan yang salah dan tak bertanggung jawab,” .  Citra yang Ada terhadapku, menjadi tantangan. Terlanjur nyemplung, naïf rasanya jika tidak sampai becek sekujur badan. Karena Aku selalu memiliki keyakinan; semua lelaki itu sama dalam urusan jamaah biologiskiyah al cintakiyah.

Jangan salah fikir, Aku bukan terjebak oleh kisah – kisah murahan yang sering kita dengar  dan saksikan bersama bahwa lokasi tak jarang menimbulkan sebuah benih kasih. Sama sekali bukan itu! Aku sengaja menjerusmuskan diri. Mengikuti naluri, berjalan alami, tanpa tambahan pestisida ataupun bumbu kimia. Namun memang, aksi nyata sama sekali belum pernah dilewati. Masih sebatas basa – basi ala sales yang menawarkan dan menonjolkan kelebihan, dan Aku yakin itu membosankan, tak sedikitpun membuatnya luluh lantah dengan seseorang yang tak berkarisma. Setidaknya tidak seperti praktik lain, Aku tidak menjatuhkan lawan saing, itu saja bedanya!

Berbagai pergulatan batin dan fikiran tak dipungkiri menghampiri. Entah tekanan dari luar maupun dalam diri sendiri bak meriam dalam perang.  Mendengar banyak yang sudah melakukan ekspansi, serta berbagai gerakan intelejen yang dilakukan oleh pasukan sekutu dan koalisinya.  Sementara Aku, jangankan dukungan materil, moril pun tak ada. Jelas jika dianalisis menggunakan teori ekononomi S-W-O-T itu, entah kekuatan, peluang, kelebihan, Aku tak punya modal itu. Mungkin hanya satu yang menjadi modal utama; suara hati yang mendorong untuk melakukan jihad memperjuangkan sesuatu yang dicintai sepenuh hati.

Tekad yang lebih dekat dengan kata nekat akhirnya Aku menceritakan apa yang Aku yakini kepada beberapa teman. “ Aku putuskan untuk berani bertarung, apapun risikonya. Jika ia terjadi, jagat raya berati masih memberi kesempatan dan amanah kepadaku untuk berubah,”  Keluarlah kata – kata itu dari mulutku yang bau, baru bangun tidur. Sebut saja temanku yang juga pernah mengalami nasib sama itu dengan inisial Uya. “ Serius? Jangan, lingkungan ini memiliki fatwa dilarang menjalin hubungan lawan jenis. Eh maksudku, dalam satu lingkaran,” ujarnya dengan muka sok serius yang membuatnya semakin memprihatinkan.

Memang itu sudah menjadi salah satu perhitunganku. Namun apalah daya, Aku cuma manusia biasa yang sama sekali tidak berusaha untuk menjadi seseorang yang sempurna, apalagi menjadi ekspektasi semua kaum hawa. Tugasku hanya satu, memperjuangkan. “ Aku udah mengingatkan, jangan nekat. Dia udah tertarik sama yang lain dan tinggal satu langkah lagi menuju jenjang ikatan,”  kembali temanku mengingatkan dengan mulutnya yang sedikit mengeluarkan busa disela – sela bibirnya.

Informasi mengenai Aku mengincar target menyebar keseluruh jagat dunia persilatan, bak sayambara, masuknya Aku turut campur  langsung diumumkan.  Mendengar cerita dari para tim suksesnya berbagai gerakanpun semakin masif. Manuver – manuver dilakukan, termasuk gerakan mempengaruhi jangan sampai Aku yang memperoleh permata itu. “ Kamu yakin? Bukan bermaksud melarang, itu hakmu.” Kali ini temanku terdengar lemas mengingatkan.
***
Perempuan yang Sedang Belajar; Mencinta!

Suatu malam ditengah guyuran hujan yang menambah kesenyuian, dipojok ruangan biru dengan tembok tripleknya yang terlihat kusam namun tetap menggairahkan dengan kata – kata semboyan perjuangan. Sedikit demi sedikit Aku kembali mengurai kebelakang, Apa benar atau tidak yang akan Aku perbuat kedepan. Aku kembali berfikir, merenung, berdamai dengan hati. Sampai kemudian bisikan itu datang, tidak ada salah atau kalah dalam urusan berjuang. Aksi nyata walaupun hanya secuil akan berkesan ketimbang ribuan kata – kata yang hilang terbawa angin dan lapuk termakan zaman.

Sontak kemudian Aku ingat dengan salah satu Idolanya yang kebetulan sedang mampir di sebuah restoran. Bergegas Aku mengambil kamera, tarik nafas dalam – dalam untuk mengumpulkan keberanian. Kuda besi Aku tunggangi menerobos celah – celah hujan sampai lampu merah. Si Idola itu sedang dikerumuni oleh penggemarnya yang lain. Aku duduk memegang kamera, badan terasa bergetar, bisa karena grogi juga karena kedingininan. Satu persatu mulai meninggalkan meja, Aku langsung berlari menghampirinya menahan agar tidak dulu menampilkan karya ajaibnya. “Minta waktu sebentar, tolong. Ada seseorang yang Aku nyaah banget dan dia mengidolakan akang. Namanya Juwita, Ia pengen ketemu cuman mungkin waktu belum berkehendak. Tolong sapa dia, dan bantu Aku mengatakan keluh kasih kang,” ucapku dengan terbata –bata. Grogi ya, gugup alagi. Dengan perhatian puluhan pasang mata tertuju kepadaku dan idolanya.

Mengerti dengan raut wajah dan pesan yang Aku sampaikan melalui gerak tubuh Ia langsung menyambut dengan senyum, “Hai Juwita, dia pantas untukmu, karena mau memperjuangkanmu, pokoknya dia” ujarnya. Kemudian sang Idolanya mengajak Aku bernyanyi dengan berujar, “Jika kau lelaki Ayo bernyanyi bersama disini, soal asmara”.

Bukan bermaksud mencari dukungan, apalagi memelas dikasihani.  Berbuat  terbaik yang Aku bisa seoptimal mungki, walaupun beda, out of the box, sedikit nakal, konyol barangkali. Berbekal durasi rekaman itu Aku kembali, begadang semaleman untuk merangkainya menjadi sebuah video pendek yang utuh. Tak lupa dengan sebatang bunga disampingku yang sudah tak wangi karena terguyur air dan juga kepulan asap. Selesai sudah, saat nya tidur. Mengumpulkan nyawa untuk gencatan senjata.

Suasana malam tersebut membuatku bangkit, ditambahlagi dengan momentum hari besar bangsa. Aku fikir sebagai momentum pas untuk merubah keadaan. Dimana Aku yang ingin merdeka, menyampaikan pendapatku akan suatu hal yang harus diperjuangkan. “Diantara mereka yang menghuni atau sekedar mampir bermain semuanya Aku anggap sama; teman dan keluarga, yang juga harus Aku perjuangkan. Aku pun cinta pada mereka.  Kecuali dengan kamu, lebih dari itu. Kau pasti tahu apa maksudku?,”  ungkapku sambil bertekuk dengan sedikit berkaca menahan kenyataan yang Aku perjuangkan.  

Unjuk ‘rasa’ Ini yang bisa Aku buat, tidak lebih, jauh dari kata banyak.  Berjuang. Hidup yang tak pernah diperjuangkan tak akan pernah dimenangkan. Begitulah pepatah bijak mengajarkan.  Manis-pahit teralu biasa dalam urusan berjuang dan diperjuangkan. Cinta memang harus diperjuangkan, begitupun sebaliknya. Kata sia – sia, kecewa, itu tak ada dalam teori atau rumus berjuang.  Hanya saja perlu kesabaran revolusioner untuk mencapainya.   Sejarah pasti berulang dan membuktikan kebenarannya. Itu saja.

Untukmu, Perempuan yang sedang Belajar  

(Al- Aziz, Cirebon, 20 Desember 2016)

Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!


Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!
Fokuscirebon.com, cerpen - Waktu itu, sekitar pukul 04 Pagi WIB, Aku menuruni anak tangga dari sebuah petak kamar tempat seorang Kerabat, Jakarta Selatan kalau tak salah.
Keluar dari pintu gerbang menuju jalan besar untuk menunggu Ojek yang telah Aku pesan sebelumnya, dengan jalan yang masih tergopoh, mungkin karena masih ngantuk, atau sebuah firasat buruk.
Sang penolongpun sudah tiba, tak banyak omong aku langsung menunggangi kuda dan menuju ke salah satu Wisma di Jakarta, tempat yang akan Aku kunjungi selanjutnya. Waktu masih petang Aku rasa, matahari belum terlihat oleh kelopak mata. Jalanan sudah ramai, lalu lalang kendaraan terlihat saling berkejaran,
tak peduli samping kiri-kanan, tak peduli depan atau belakang. Apa memang seperti ini kehidupan di sebuah Kota Megapolitan. Tak terasa, Aku sudah sampai di tempat tujuan. Beberapa teman sudah mulai berdatangan, dan kami pun saling bersalaman dengan sedikit perbincangan - perbincangan sambil menungu kedatangan teman lainnya.
Raut muka riang gembira terlihat dari teman - temanku, seolah - olah tidak sabar ingin segera sampai ke lokasi. Owh Ia, kami dikumpulkan sebagai 20 Besar Finalis lomba menulis Esai yang diselenggarakan oleh SKK MIGAS.

Dan sekarang ini Agendanya kita akan melakukan kunjungan ke Industri Hulu Migas, tepatnya wilayah operasi dan pemberdayaaan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Teman - teman dari berbagai kampus, favorit dan unggulan di Indonesia, sudah berkumpul semua. Hanya saja, cuman Aku yang berasal dari kampus basa, di perbatasan Jawa Barat, tepatnya di Cirebon. Minder? Tak ada dalam kamusku, apalagi gengsi. Pendidikan pada dasarnya sama saja, kita yang menentukan pada akhirnya. Langsung saja, kita memasuki semacam Elf, beserta mas, akang dan teteh panitia yang ramah dan tidak sombong, Aku suka.

Mobil Elf, mulai bergerak menyusuri jalan - jalan tol dalam Kota Jakarta, menuju arah Karawang. Seperti biasa, pemandangan di Kota setiap pagi, hamparan kendaraan yang terbentang saling berdesakan menunggu gilirtan keluar dari kemacetan, serta gedung - gedung pencakar langit yang seakan bergandengan tangan, begitu dekat sekali. dan Dibawah gedung tersebut, bersarang rumah - rumah yang hemmm, lanjutkan sendiri cerita ini.

Aku fikir, jarak dari Jakarta ke Karawang tidaklah jauh, paling lama kalau terjebak macet pun sekitar 2 jam. Ternyata Aku salah, ketika nanya ke Pak Supir dan Teteh Panitia jarak tempuh ke Lokasi tempat beropasi PHE ONWJ sekitar 4 jam. Aku disitu sontak langsung terkejut, ko Bisa sampai sebegitu lama, padahal yang apabila ditarik garis lurus hanya 40 KM dari pusat ibu Kota menuju lokasi, kata Teteh Panitia yang lainnya. Hemm, jarak yang ditempuh berasa Aku mau balik lagi ke Cirebon. Karena jarak yang
ditempuh cukup lama, sedikit demi sedikit Aku mulai terhipnotis oleh jalan tol yang membosankan itu, dan akhirnya lambat laun aku tertidur. Teman - temanku yang satu mobilpun sama, pulas. Kecuali Pak Sopir yang masih duduk tegak. Aku tak tahu, kejadian apa saja yang terlewati saat Aku tidur, hanya saja Aku dan teman - teman lainnya mulai terbangun karena goyangan mobil makin lama makin asyik. Sangking Asyiknya sampai terpontang panting kepala ke kanan dan kiri. Kenapa bisa demikian? Ya tidak lain karena memang akses jalan transportasi menuju lokasi sangat menghawatirkan.

Jalan bebatuan, ditambah lumpur yang terendam air hujan, jalan off road banget pokoknya.
Aku tak terbayangkan sebelumnya, logika dan nalar sehatku tidak sampai. Bayangkan saja guys, daerah yang letaknya tidak jauh dari Ibu Kota tempat para Pejabat yang gagah, dan mungkin enggan ke tempat Ini, takut sepatu pantopel dan jaz kebanggannya kotor terkena lumpur pedesaan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, dan perusahaan MIGAS (asing sebelum Pertamina) puluhan tahun bercokol dan beroparasi di daerah ini, akses jalan baru di bangun tahun ini, ya TAHUN INI! Ngapain aja? Desa tempat mereka merauk pundi - pundi keuntungan sampai tidak terawat, Pemerintah juga tak terlihat!
Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!

Berhubung sedang ada perbaikan jalan, Aku beserta rombongan lainnya tidak bisa melintasi agar sampai ke Loksi. Hanya ada satu alternatif, yaitu jalur Air, sungai tepatnya. Aku turun lebih dahulu dari mobil, teman - teman yang lain masih asik didalam mobil menikmati AC. Karena memang diluar panas, hemm lagian mana ada daerah pesisi yang sejuk! Sambil menunggu perahu dan perlengkapan keamanan untuk melintas, Aku memesan Es untuk menghilangkan dahaga, sekaligus mungking mendinginkan hati dan otakku yang mendadak panas melihat keadaan sekitar daerah ini. Dengan pelayanan ramah, dan sentuhan tangannya
yang sudah terlihat keriput seorang nenek memberikan ES yang Aku pesan. Sambil menikmati ES dan sebatang tembakau Aku ngobrol bersama para supir dan kaka panitia. Bagiku, tembakau dan kopi adalah media komunikasi. Suasana perbincangan akan semakin terasa aklrab. Sambil memperhatikan Nenek pemilik Warung Gubuk ini Aku bertanya, "Nek, Ini Jalan diperbaiki dari kapan? Dan sejak kapan terahir ada jalan dibangun seperti ini?" Sambi mata menatap ke atas, artinya Nenek sedang mengingat - ngingat lalu dengan lembut menjawab. " Tidak tahu Mas, Lupa. Tahunya, ini baru dibangun lagi jalannya," Entah karena faktor
usia, atau karena memang sudah begitu lama jadi Nenek ini tidak Ingat lagi. Namun, mendengar pertanyaanku, seorang panita ikut nimbrung dan menjawab, " Kami baru bangun Jalan Ini, bekerja sama dengan Pemda setempat," ujarnya.
Sebetulnya Aku masih ingin berbincang panjang lebar dengan Nenek ini dan warga lainnya. Sayangnya, perahu dan perlengkapan lain sudah tiba. Dan teman- temanku yang lainnya mulai turun dari mobil. Dengan bergesa - gesa, untuk mendapatkan perlengkapan. Hemm, takut tidak kebagian kayaknya. Perlengkapan seperti helm dan jaket pelampung sudah Aku pakai, kemudian ada sedikit arahan untuk safety prosedur. Aku mendengarkan, teman - temanku juga sama. Hikmat sekali kelihatannya. Selai arahan, Aku mulai menaiki perahu kayu warga sekitar, teman - temanku juga menaiki perahu, tentunya berbeda - beda, mengingat kapasitas daya tampung

perahu. Kebetulan sekali, Aku satu perahu dengan Kordinator Pemberdayaan masyarakat dari Pertamina. Dengan sedikit mendekatkan diri, karena tidak terdengar oleh suara mesin disel perahu, Aku dan teman lainnya mulai membuka obrolan. Berbagai pertanyaan dilontarkan teman - teman, mulai dari akses jalan, air, sanitasi, faskes dll. Yang intinya, semuanya masih sangat tertinggal dan terbelakang, titik!
Sungai terlihat lebar dan dalam ini sedikit menghibur mata, disamping kiri tanaman - tanaman bakau berhamparan, bisa dibilang hutan bakau. Disebelah kanan, terlihat anak - anak, pemuda, dan orang tua yang melihat perahu kami sambil tersenyum melambaikan tangannya. Luar biasa, serasa jadi bahan perhatian publik sekitar. Perahu kami tidak lepas dari tatapan mata para penduduk sekitar. Kemudian Bapak Kordinator ini mengatakan, "Jangan kaget, warga disini memang demikian. Jangankan perahu, melihat mobil juga udah kayak ngelihat harta karun. Benar - benar terisolir, sinyal ponsel pun hanya kartu tertentu. Tak terasa sudah sejam lebih kami mengarungi sungai yang menjadi akses tyransportasi warga ini,
dan akhirnya sampai di Desa Sedari, daerah paling ujung Kabupaten Karawang. Ada sekitar 4000 orang dan 100 lebih KK yang berada di Desa Sedari ini, dengan luas Desa sampai ribuan hektar. Mayoritas warga berperkerjaan sebagai petani tambak, nelayan sebagian, yang itu semua dijual ke tengkulak - tengkulak yang sudah siap menunggu. Karena memang tidak ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Sedari ini. Setelah turun dari perahu, jalan disini pun sama terlihat becek. Meamng terlihat seperti terkena pasang (rob) atau hujan. Kemudian, kami diajak oleh Panitia mengunjungi salah satu tempat pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh Pertamina. Sejak 2009 Pertamina mengakuisi blok ONWJ ini. Produksinya pun meningkat dari sebelumnya,
salah satu prestasi, Pertamina kembali melakukan nasionalisasi Aset SDA Indonesia. Dan pada Tahun 2013 kalau tidak salah, Aku lupa, mulai dibangun istalasi air bersih (mineral) program CSR dari PHE ONWJ. Karena memang Air di Desa Ini Asin, dan tidak layak untuk dikonsumsi. Air payau disini diolah menggunakan alat yang kemudian menjadi AIR MINERAL. Tempat isi ulang Air ini menjadi satu - satunya sumber air bersih yang ada di Desa Sedari.
Mnejadi tumpuan masyarakat untuk makan, minum, cuci hingga mandi.
Informasi yang membuat merinding, dan memilukan lagi yaitu selain soal akses jalan tadi. Akses terhadap Air layak konsumsi juga baru bisa dinikmati oleh masyarakat beberapa tahun kebelakang. Yang sebelumnya, selama berpuluh - puluh tahun masyarakat mengandalkan Air hujan dengan membuat penampungan untuk kebutuhan Airnya. Digunakan untuk minum, mandi dll. Tidak sedikitpun memikikran kesehatan, bagi masyarakat yang penting bisa mendapatkan Air. Bahkan sampai memburu Air Hujan. Jadi kalau di desa sebelah hujan, masyarakat membawa drigen untuk menampungnya. Istimewa bukan perjuangan masyarakat disini?
Padahal disebelahnya berdiri fasilitas pengeboran minyak dan gas bumi. Dilautnyapun terlihat ada fasilitas sama. Kita tahu sendiri, jumlah keuntungan yang diboyong perusahaan migas (asing) berapa selama berpuluh - puluh tahun beroprasi di blok ini? Dan ditinggalkan kembali ke negeri Asalnya dengan menyisakan ketimpangan sosial, ekonomi dan budaya. Berbeda setelah di pegang kendali oleh Pertamina. Yang secara psikologis sebagai orang Indonesia pasti setidaknya bakal terharu melihat kondisi warga sekitar sebagai seorang manusia. Kpedulian itu kemudian muncul dan membuat beberapa program CSR berbasis pemberdayaan dan perbaikan infrastruktur. Seperti tadik yang diceritakan, instalasi air bersih, jalan, BUMDES, sampai Jembatan Baru yang sangat dirindukan
oleh warga. Karena tadinya jembatan tersebut hanya dari susunan bambu selama berpuluh tahun, hanya bisa dilewati motor.
Soal akses kesehatan pun juga sama, tidak kalah mengagetkan dengan cerita tadi. Angka kematian bayi sangat tinggi, karena mengandalkan dukun bayi. Dan bidan baru ada sekarang - sekarang ini, tentunya yang juga memiliki jiwa sosial tinggi karena mau didempatkan di daerah pelosok, walupun dijawa, belum di Papua. Sanitasi juga masih buruk, walaupun sudah dibangun WC Umum tetap saja susah. Perlu waktu untuk merubah itu, karena memang sudah jadi kebiasaan,warga buang air besar dan kecil disungai, soal kenyamanan katanya.
Puskesma pembantu juga baru ada ada, sebelumnya warga perlu menempuh jarak puluhan kilo untuk ke Puskesmas. Dengan menggunakan perahu itu juga. Ditambah lagi soal rob dan pasang, sampai memasuki rumah - rumah warga. Menmbah sederet cerita haru selanjutnya, yang memang menjadi PR bagi tim pemberdayaan dari PHE ONWJ.

Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!
Setelah diajak melihat - lihat kondisi desa, kemudian kami diajak menuju rumah Pak Lurah, atau Kepala Desa Sedari. Dengan melewati perkampungan warga, anak - anak menghampiri sambil berjabat tangan, ibu - ibunya tersipu ramah. Tibalah kami di rumah Kepala Desa tadi, yang katanya akan dijamu makan siang. Sesampainya di rumah Kades, sedikit terkejut juga Aku melihat rumah pak Kuwu. Warna cetnya yang begitu ngejreng, luas rumah dan perabotan dalamnya terlihat kontras dengan rumah - rumah yang ada di sekitarnya.
Rumah bilik, setengah bilik, setengah bata, ada yang belum jadi, yang reot juga banyak. Malum, namanya juga kepala Desa, tak Aneh kalau beda sendiri. Setelah usai makan di rumah Kuwu, kami melanjutkan Sholat Duhur dan kemudian menuju wilayah operasi PHE ONWJ.

Disini kami kembali mendapatkan berbagai materi, soal mitos Indonesia Kaya Migas. Soal investasi migas yang harus digenjot. Soal produksi migas. Kesemuany menambah wawasan kami tentunya. Dan pematerinya langsung oleh manajer PHE ONWJ, kesempatan menarik bisa bertemu.
Setelah itu kami semua berbondong - bondong menuju lahan untuk melakukan penanaman pohon bakau. Yang tujuannya tak lain dan tak bukan untuk mengatasi abrasi, rob dan pasang. Dengan harapan agar pohon ini bisa tumbuh kembang maksimal, dan bisa melindungi warga - warga sekitar. Program menarik, setiap karyawan pun diwajibkan menysisihkan gajihnya utuk membeli bakau dan ditanam langsung. Aspek lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang benar - benar diperhitungkan.
Kegiatan kami hari ini selasi dengan mengunjungi Desa Sedari dan ditutup dengan penanman tadi. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Karawang untuk tidur di Penginapan.

Sebetulnya malu Aku menceritakan ini, setelah Aku mengnjungi daerah yang benar tertinggal di Jawa, bukan di Papua atau Kalimantan sana. Lalu Aku bisa tidur nyenyak dengan selimut tebal ala hotel berbintang.
Aku pun sedikit merenung, ngomongin soal rakyat digedung - gedung bertingkat. Membicarakan nasib pembangunan desa di auditorium hotel - hotel bintang tiga sampai lima. Ketika subsidi BBM dibegal entah ke mana. Mungkin dialihkan ke BUMN yang tengah dahaga Atau ke gedung DPR untuk jatah parpol berpesta, Tinggallah minyak yang kapan saja bisa naik harga, Rupiah tumbang kehilangan keperkasaannya, lalu kalian masih bicara semua baik-baik saja… 

Aku pun sama, kembali merenung melihat kondisi sebagai seorang Mahsiswabertumbuh menjadi generasi rapuh Belajar berdiskusi perihal rakyat di kafe-kafe yang mewah, Belajar problem solving di tengah hingar bingar musik diskotik yang hedonis, Belajar soal kebangsaan di mal-mal kota yang kapitalis, Belajar perihal cinta bangsa dari drama-drama korea yang sok romantis, Belajar nasionalisme sekedar dari menyusuri luasnya lapangan futsal. 

Ini ceritaku hari ini, besok dilanjut guys. Intinya pembangunan Desa menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah pembangunan Nasional. Program Nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggiran harus kita Kawal. Tentunya dengan adanya industri hulu migas yang kesemuanya berada di pinggiran, bukan di samping monas, atau belakang istana merdeka. Bisa mendorong pertumbuhan pembangunan di Desa sekitar tempat beroprasi. Harapannya, ya Ekonomi, sosial dan Budaya masyarakat bisa terpenuhi dengan adil, dan makmur. Maka membesarkan bangsa bisa sedikit demi sedikit kita raih. Sekian guys, selamat tidur. Jangan lupa cuci kaki, gosok gigi, gosok hati nurani. Sebelum Aku tidur, masih terngiang senyuman mereka, walaupun dalam keadaan apa adanya, dan tak ada apa - apanya.

Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!

Mendongkrak Ekonomi Di Ciayumajakuning dengan Konsep Ekowisata!

Mendongkrak Ekonomi Di Ciayumajakuning dengan Konsep Ekowisata!
Mampir Nulis, Esay, fokuscirebon.com - Seperti yang sudah diketahui bersama, bahwa wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning)memiliki potensi wisatanya yang luar biasa. Mulai dari wisata budaya, wisata religi, sampai wisata alam ada di Caruban Nagari tersebut. Namun, sayangnya keberadaan objek wisata tersebut belum terlalu menguntungkan, terutama bagi warga sekitar. Bagaimana dan konsep seperti apa yang bisa memberdayakan warga sekitar dan mendongkrak ekonomi warga melalui program ekowisata? Simak Esay dibawah ini guys!

Pendahuluan

Sebagai daerah yang berada di ujung timur Jawa Barat (Jabar), Ciawimajakuning memiliki banyak potensi dan keunggulan, tak salah apabila Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar mengkalsifikasikan daerah Cirebon (Kab/Kota) Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) atau yang kerap disebut kawasan Metropolitan Cirebon Raya dalam rencana tata ruang Pemprov Jabar sebagai daerah yang memiliki kekuatan ekonomi yang baru dan besar di Jabar setelah Bandung Raya. (Kompasiana: Ciayumajakuning Masa Depan Jabar Bagian Timur)

Beberpaa potensi yang bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi; Sumber Daya Alam (perikanan, pertanian, perkebunan, perdagangan, minyak dan gas). Geografis yang strategis (berada ditengah – tengah pulau jawa, dilalui jalur pantura, tol cipali, bandara dan pelabuhan pun sedang disiapkan). Topografi yang mendukung (perairan, pesisir, pantai, dataran dan pegunungan). Pemerintah daerah pun bersepakat akan memproyeksikan kawasan ciayumajakuning sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang prestisius, baik skala regional, nasional bahkan internasional. Hal ini bisa dibuktikan dengan mulai menjamurnya hotel, pusat perbelanjaan di Ciayumajakuning, pembangunan akses tol, bandara dan pelabuhan.(merawatnurani.blogspot.com: Menuju Metropilitan Cirebon Raya)

Potensi lainnya dalam bidang manufaktur seperti industri batik, rotan, makanan olahan dan perdagangan pun dimiliki.Dari beberapa potensi yang dimiliki wilayah Ciayumajakuning dengan beberapa keunggulannya maka bisa menjadi suatu potensi baru yaitu potensi pariwisata yang apabila dikelola bisa memberikan kontribusi yang besar untuk pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar. Potensi pariwisata; di Kota dan Kabupaten Cirebon memiliki potensi wisata budaya dan religi, Kuningan dan Majalengka memiliki potensi wisata alamnya, dan Indramayu potensi wisata baharinya. Tidak hanya itu, potensi budaya dan kearifan lokal di Ciayumajakuning pun menjadi aset luar biasa. Kesemua itu apabila terintegrasi jelas akan menghasilkan output yang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi. (kabar-cirebon.com: Pembangunan BIJB dan Tol Cipali Potensi Ekonomi Luar Biasa)
Mendongkrak Ekonomi Di Ciayumajakuning dengan Konsep Ekowisata!
BACA JUGA: Lomba Menulis Gratis dengan Hadiah Total Puluhan Juta

Akan tetapi, sebelum membahas lebih lanjut terkait konsep kepariwisataan seperti apa yang bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi, kita akan membahas berbagai permasalahan yang akan dihadapi untuk bisa mencapai target tersebut. Hal yang penting dalam mengembangkan pariwisata yaitu bagaimana caanya para back packer bisa menikmati perjalanan wisatanya dengan rasa aman dan nyaman. Karena salah satu prasarat penting dalam kepariwisataan yaitu adanya kemudahan dan rasa aman bagi pengunjung wisata. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur penunjang seperti akses jalan menuju lokasi wisata, transportasi massal, paket – paket wisata, serta isu – isu kriminalitas dari mulai yang terkecil seperti pencopetan dan terorisme harus bisa diatasi oleh pemerintah.

Terkadang penulis geram, tak jarang petinggi atau pejabat di Jabar (baik pejabat daerah Kota/Kab) dalam ekspose menggembar – gemborkan kelengkapan kekayaan dan potensi wisata di Jabar – termasuk daerah Ciayumajakuning- yang juga memiliki potensi luar biasa. Yang menjadi pertanyaan penulis untuk kesekian kalinya, akankah para back packer bisa menikmati perjalanan wisatanya dalam suasana aman dan nyaman. Lebih dari pada itu yang paling utama, sudah terbangunkah jejaring perhubungan yang nyaman, aman, mudah, dan teragendakan? Konsep kepariwisataan seperti apa yang bisa memberikan sumbangsih terhadap perekonomian, sudahkah dibuat grand designnya ? Menurut penulis konsep Ekowisata mungkin bisa dijadikan alternatif untuk menjawab pertanyan diatas.

Ekowisata sebagai Konsep Pariwisata yang Berkelanjutan

Pariwisata yang berkelanjutan yaitu konsep pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan juga  masa yang akan datang.  Konsep pariwisata ini pun memiliki norma untuk tidak merusak alam, budaya,  agar dapat diwariskan pada generasi penerus bangsa. Pada dasarnya, pariwisata berkelanjutan sangat memperhatikan aspek keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan ekonomi agar pariwisata terus berkesinambungan.

Pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan pada daerah tujuan wisata mana pun dan pada semua jenis aktivitas priwisata, termasuk potensi pariwisata di Ciawimajakuning. Pariwisata berkelanjutan memiliki prinsip mencakup kualitas, kesinambungan serta keseimbangan aspek – aspek lingkungan, budaya dan manusia. Untuk mewujudkannya, terdapat berbagai jenis pariwisata yang dapat kita pilih, dan agar  sektor pariwisata bisa berdampak langsug terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah dapat dipilih konsep ekowisata.

BACA JUGA: Aplikasi Chating Buatan Google dengan Nama Allo, Mau Nyoba Klik Disini

Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan pada tempat – tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan bagi msyarakat setempat (TIES – The International Ecotourism Society). Hal yang perlu ditekankan kepada para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan maupun pemerintah setempat daerah yang ingin berorientasi pada ekowisata harus memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait pelestarian lingkungan, budaya setempat dan maanfaat ekonomi terhadap masyarakat setempat. Karena pada banyak tempat, produk – produk wisata yang dijual kebanyakan menyematkan kata “eko” atau dalam kata lain “kembali ke alam” hanya sebagai label untuk menarik wisatawan yang tidak diiringi dengan semangat melestrikan atau melibatkan masyarakat setempat dalam produk wisata. Alhasil,  dunia pariwisata tidak akan berdampak banyak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah.

Prinsip dan Ciri Ekowisata

Ekowisata pun memiliki beberapa ciri yang harus dipahami oleh pemangku kebijakan atau pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata. Ciri atau karakterisitik ekowisata beda dengan wisata massal/konvensional. Pertama, dalam pengembangan ekowisata tentunya perlu sarana transportasi. Konsep ekowisata menekankan agar usaha pariwisata lebih banyak menggunakan sarana transportasi lokal, sarana akomodasi lokal, yang dikelola oleh masyarakat setempat dan membedakan kehidupan masyarakat setempat dalam menumbuhkan pendapatan ekonominya.

Ke-dua, karakteristik ekowisata pun tidak hanya menampilkan berbagai atraksi wisata, akan tetapi menawarkan pula peluang untuk menghargai lingkungan secara berkesinambungan. Ke-tiga, wisatawan memiliki keterlibatan langsung dalam pelestarian lingkungan, dengan harapan agar kesadaran akan keberadaan sumber daya dan lingkungan. Menurut Choy (1998:179) prinsip tersebut melputi: (1) lingkungan ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar dan terganggu, (2) ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial, dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat, (3) pendidikan dan pengalaman ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya yang terkit, sambil berolah pengalaman yang mengesankan.

Pendekatan Pengembangan Ekowisata

1.    Pendekatan partisipasi dan pemberdayaan: pendekatan ini harus mampu menghasilkan model partisipasi masyarakat setempat. Partisipasi tersebut yaitu melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanan sejak awal, dimana masyarakat bisa menyampaikan gagasannya.

2.    Pendekatan Sektor Publik: peran sektor publik atau pemerintah pun diperlukan untuk pengembangakn ekowisata, pemerintah memiliki otoritas untuk menyusun kebijakan dan pengendalian tentang manfaat sumberdaya alam dan lingkungan. Terutama yaitu pemerintah memiliki akses yang cukup tinggi dengan penyandang dana, seperti bank, investor dan donatur.

3.    Pendekatan pengembangan infrastruktur: penyedian infrastruktur dasar adalah hal yang tak boleh luput dari perhatian. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana potensi wisata akan hanya menjadi potensi tidak menjadi objek yang akan memberikan sumbangan besar untuk warga dan juga daerah. Infrastruktur seperti jalan, sarana transportasi, air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik dan lainnya. Apalagi dijaman yang modern ini bisa memanfaatkan teknologi untuk membuat sebuah aplikasi yang memudahkan para wisatawan dan juga masyarakat setempat. Teknologi tinggi harus mampu menghindari kerusakan lingkungan dsn kerusakan pemandangan yang bertolak belakang dengan konfigurasi alam sekitarnya.

4.    Pendekatan pengelolaan Ekowisata: untuk terkendalinya pengelolaan ekowisata secara professional dibutuhkan manajemen/pengelolaan kawasan ekowisata yang berdasarkan aspek – aspek sumberdaya manusa, seperti keungan, aspek material, aspek pengelolaan/bentuk usaha dan aspek pasar. Kelima unsur terebut dapat diorganisasikan dalam bentuk koperasi , PT, maupun perorangan.
Standar Pembinaan Ekowisata

            Roger A. Lnlaster (1983;5) mengemukakan beberapa pembinaan terkait ekowisata, standard pembinaan ekowisata akan diuraikan berdasarkan pendekatan melalui pembinaan antara lain:
1.    Standar pembinaan lingkungn ekowisata

a.    Sektor pemerintah berkewajiban untuk membina dan melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta budaya lokal, (2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteran masyrakat, (3) menyempurnakan prasarana dasar di wilayah sekitarnya, (4) menumbuhkan dan meningkatkan lembaga – lembaga kemasyarakatan untuk berpartisipasi, (5) mengembangkan segmen pasar ekowisata bersama usaha pariwisata, (6) menetapkan lokasi ekowisata yang berdasarkan penelitian merupakan daerah yang perlu dibuat perencanaannya lebih lanjut., (7) menyusun kebijakan pengembangan ekowisata yng pada gilirinnya dapt dinaungi payung hukum baik berupa Peraturan Gubernur, Wlalikota , Bupati maupun Peraturan Daerah.

b.    Swasta/ Usaha pariwisata: (1) Pemanfaatan sarana dan fasilitas milik penduduk lokal, untuk tercapainya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bimbingan dan tuntunan dalam menata sarana, (2) mengembangkan tema-tema paket wisata eko yang memiliki daya saing dan daya pemikat yang mencerminkn karkter dan citra ekowisata kepada wisatawan. (3) Mendorong tingkat pendapatan masyrakat melalui pemanfaatan hasil kreatifitas, inovasi masyarakat (merchandise), (4) mendorong bertumbuh kembangnya kewirausahan masyrakat setempat, (5) melakukan berbagai kegiatan promosi melalui berbagai teknik promosi dan pemasaran pasar wisata dengan tetap mendasarkan pendekatan kosnep pemsaran sosil.

c.    Masyarakat
1.    Dalam penataan ruang ekosiwata masyarakat berhak untuk: (1) berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, (2) mengetahui secara terbuka rencan tata kawasan dan rencana rinci kawasan ekowisata

2.    Mendorong partisipsi masyarakat. 

Menurut Brandon dalam buku yang ditulis Budi Riyanto (2005:227) terdapat sepuluh aspek yang intinya memberikan peran partisipsi local dalam menyusun perencanaan, penciptaan pemilikn saham, meningkatkn keuntungn dan financial masyarakat dengan memanfaatkan agen perubaan atau kaum intelektual dalam pengembanagn ekowisat. Kemampuan intelektual dalam pengalamanny berorganisasi ditengah – tengah msyrakat dalAh penting.

Peranan sektor publik (Pemerintah)

Pemerintah harus berupaya mengeluarkan paket – paket kebijakan diantaranya yaitu: (1) melakukan penelitian terhadap sumber daya alam, (2) partisipasi masyarakat secara berkesinambungan melalui pengembangan ekonomi kerakyatan dalam bentuk mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak, (3) peningkatan aset dan kapabilitas masyarakat dan perlindungan masyarakat dari praktik dan kekuatan yang memiskinkan dan meminggirkan masyarakat lokal. Pemerintah pun harus melaksanakan  fungsinya dengn baik sebagai regulator dan fasilitator yang dapat menciptakan iklim  kondusif bagi peningkatan akses partisipasi masyarakat. Pemerintahpun harus mampu menjembatani hubungan kemitraan antara organisasi masyarakat sipil dengn sektor bisnis.
Pemerintah juga perlu mempersiapkan diri untuk mewujudkan suatu destinasi pariwisata yang lebih bertanggung jawab, serta berkomitmen untuk menyediakan pelayanan yang senantiasa mendukung pelestarian alam dan kebudayaan setempat. Menurut Unesco untuk memnuhi kebutuhan dan pelayanan pariwisata harus didukung oleh berbagai komponen diantaranya yaitu :

1.    Objek dan Daya Tarik Wisata
Mengapa wisatawan berkunjung kesuatu daerah? Setiap wisatawan pasti memiliki lasan yang berbeda terkait kunjungannya ke suatu objek wisata. Namun kebanyakan wisatwan datang untuk menikmati hal – hal yang tidak dpat ia temukan dalam kehidupn keshriannya. Alam, budaya sert sejarah sutu derah merupakn bagian dari objek dan daya tarik wisata. Objek dan daya tarik wisata dengan kata lain yaitu atraksi wisata. Iklim, pntai, flora, fauna , gua, air terjun, sert hutan yang indah termsuk atrksi wisata alam. Atraski wisata budaya mislny arsitektur rumah tradisional, situs arkeologi, benda seni dan kerajinan, ritual atau upacar budaya(Sebutkan objek dan potensi wist di Cirebon)

2.    Trasnportasi dan Infrastruktur
Sarana dan prasaran trasnportasi untuk menunjang dunia pariwisata harus mulai dikonsep, entah itu oleh pemerintah provinsi atau daerah. Akses ini begitu penting untuk memudahkan wisatawan, selain itu bias juga mempercepat arus perputaran ekonomi apabila antar objek wisata bias saling terhubung. Kota Bandung contohnya mengeluarkan Bus Bandung City Tour, ini merupakan bentuk penyediaan transportasi. Masih banyak lagi yang bias ditiru dan diterpakan di Ciayumajakuning.

3.    Sapta Pesona
Bagaiman membuat wisatawan betah dan ingin terus kembali ke tempat kita? Terdapat dua poin penting untuk menjawab ertanyaan tersebut. Pertama, pelayanan yang baik. Pelayanan yang baik ini tidak hany meliputi fasilitas yang disediakan, namun terkait jug kodisi sosil kultur masyarakat setempat. Bayangkan jika kita sudah merencakanan perjalanan wisata, ketika sampai menemui supir yang kasar dan menipu penumpang, banyak copet, pedagang asongan yang memaksa membeli dagangannya, akomodsi yang tidak layak. Bagaimana rasanya?
Tentu kita semua tidak ingin hal ini terjadi di tempat kita. Ke-dua, menjag keindahan dan kelestarin alam serta budaya yng merupakan asset pariwisata.  Bagaimana caranya mewujudkan hal tersebut? Departemen Kebudayaan Pariwista RI memiliki program yang disebut sapta pesona. Terdapat tujuh unsur yang enam diantaranya penting diterapkan untuk memberikan pelaynan yang baik serta menjg dan merawat keindahan alam daerah wisata, yaitu: Aman, tertib, bersih, indah, ramah dan kenangan.
 Selain ke tujuh unsur tersebut terdapat pula beberapa unsur penting yang tak bleh luput dari peahaman. Dalam mendukung pariwisata sangat penting untuk: (1) tetap mempertahankan nilai – nilai adat istiadat, norma dan agama yang berlaku, (2) menjaga kelestarian budaya dan lingkungan, (3)memastikan keberlanjutan usaha pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian. Dari berbagai penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ekowisata memiliki tujuan, manfaat serta sasaran yang jelas diantaranya yaitu:

Tujuan Ekowisata: (1) mendorong usaha pelestarian dan pembangunan berkelanjutan, (2) membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di daerah tujuan wisata; baik bgi wisatawan, masyarakat setempat, maupun par penentu kebijakan di bidang kebudayaan dan pariwisata, (3) mengurangi dampak negative berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan daan budaya local akibat kegiatan wisata serta memberikan keuntungan ekonomi secara langsung, mengembangkan ekonomi masyrakat dan pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan produk wisata alternative yang mengedepankan nilai – nilai dan keunikan lokal (Kearifan lokal).

BACA JUGA: Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas di Kota Cirebon, Mengerikan!

Manfaat Ekowisata: (1) memberikan edukasi kepada wisatawan tentang fungsi dan manfaat lingkungan alam dan budaya, (2) meningkatkan kesadaran dan penghargaan akan lingkungan dan budaya, (3) bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat setempat. Sasaran Ekowisata: (1) terwujudnya kesdaran antara wisatawan dengan msyarakt setempat tentang konservasi, (2) terwujudnya organisasi masyarakat setempat yang bertujuan mengelola usaha pariwisata guna menunjang kebutuhan wisatawan selama berada dilokasi wisata, (3) terwujudnya prinsip saling pengertian melalui prinsip kemitraan dengan cara meningkatklan pemahaman yang sama mengenai lingkungan.
\
Dalam artikel ini penulis mencoba memberikan pemahaman seputar kepariwisataan yang bisa dijadikan rujukan oleh pemerintah untuk mengembangkan potensi wisata yang ada agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penulis hanya mengingatkan, potensi pariwisata yang ada untuk cepat diberdayakan. Karena kalau tidak, potensi hanyalah tinggal potensi yang sama sekali tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian. Pariwisata akan berdampak ketika sudah menjadi objek (destinasi) bukan potensi. Pemerintah harus segera mengorientasikan pikiran kewenangannya untuk mengembangkan potensi wisata daerahnya (kerjasama dan menghilangkan ego sektoral) untuk menjadi objek wisata yang unggul dan memberikan pertumbuhan ekonomi.  Akankah pariwisata di Ciayumajakuning tetap menjadi potensi, bukan objek?Politik sebagai bisnis tak lagi mementingkan moralitas dan idelaisme, kecuali keuntungan individu dan kelompok, demokrasi jelas akan kontraprodukti. So, Qou Vadis Pariwisata Ciawimajakuning?

Notes:
- Tulisan ini Ditulis Oleh Epri Fahmi Aziz Mahasiswa FE Unswagati
- Tulisan Diatas pernah dipostingkan di akun blog penulis
- Sebarkan jika dirasa bermanfaat


Kebohongan Manis

Cara Menulis Cerpen yang Baik
Cerpen, Fokuscirebon.com - Daniel kenapa dia mutusin gue tanpa alasan yang jelas, dan sekarang dia bahkan sama kaka kelas? Apa salah gue dan kenapa ini bahkan terlalu cepat buat hubungan baru.
“Yaelah Liv lo ngelamun lagi? Tuh di liatin Rafa tau” ucap Ozan.
“Apa sih Zan ga usah ngaco deh” menjawab dengan malas.
“Iya deh yang lagi patah hati bisa apa sih selain bersikap aneh gini, nih makan tadi gue dari kantin.” Ucapnya lagi sambil menyodorkan roti.
Mengangguk dan makan tanpa banyak bicara karena perasaan masih dalam proses berjuang jadi semuanya sudah terkuras habis termasuk tenaga untungnya Ozan teman sebangku gue akhir-akhir ini peka banget ngurusin hidup gue kalo di kelas.

“Eh Liv kata  gosip yang gue denger lo komen-komenan sama rafa ya di facebook ? lo lagi deket ya sama Rafa ? ko lo ga cerita ke gue jahat lo jadi temen ” cerocosnya.
“Apasih Zan lagian cuma komen seperlunya dia komen foto danbo yang gue upload dia bilang manusia kardus bahkan dia bilang kardus buluk jadi gue bales komennya. Udah beres.”
“Komen seperlunya sampe 39 komentar ? secara sadar ga sadar itu udah termasuk ga normal Rafa naksir lo kalo gitu sih”
“Gue ke perpus aja deh ya Zan lo mau ikut ga? “ potong gue sebelum semuanya jadi panjang dan Ozan hanya membalas dengan gelengan kecil dan muka yang super pengen nampol.
Jam istirahat paling pas buat bersembunyi dari keramaian dan tempat yang mendukung adalah perpustakaan ya walaupun buat kesana kita harus lewat tepi lapangan itu enggak masalah.

“Oliviaa..!!” teriakan  yang gue tau itu pasti cowok sambil mencari dari mana sumber suara itu ada tiba-tiba Rafa sedikit berlari ke arah gue.
“Gue berharap bukan Rafa yang teriak tadi “ gumam gue.
“Liv gue mau ngomong sesuatu sama lo” dan ternyata Rafa yang tadi  teriak hueee ngapain coba pake acara teriak gitu.
Perlahan Rafa mendekat dengan tatapan serius, sangat dekat bahkan sekarang sudah ada tepat di hadapan gue. “Gue suka sama lo Liv, dan lo mau enggak jadi pacar gue ?” ucapnya dengan mendekat dan memasangkan kalung berukiran huruf R dan sedikit berbisik “ Jawab iya ra,  gue cuma pengen buat lo senyum lagi.” seperti bom yang meledak yang membuat gue mematung dan tidak bisa berlari kemanapun selain berkata “Iya” dengan anggukan kecil.

Dan setelah itu terlihat muka Rafa yang tersenyum dan menarik tangan gue bersikap seolah –olah pertunjukanya sudah selesai padahal yang gue liat semua mata masih terfokus ke gue dan Rafa terutama Daniel.
Sampailah gue dan Rafa di taman belakang sekolah, “Raf tadi itu..”
“Duduk dulu Liv” potong rafa “Gue Cuma mau liat lo senyum aja setelah dua hari ini senyum lo itu di rampas Daniel gue jadi enggak kebagian senyum lo deh ” sambung Rafa yang sekarang duduk di sebelah gue. Sebentar tadi Rafa bilang apa? Apa enggak salah denger? Maksudnya apa? Emang kenapa sama senyum gue? oke tenang Olivia berpikir tenang.“Enggak tau mau ngomong apalagi Raf tapi ini terlalu aneh dan engak pernah gue sangka sebelumnya, hmm oiya ini kalungnya gimana ?” tanya gue.”Pake aja dan jangan lo lepas apalagi sampe ilang” kata Rafa.

Entah kenapa dari  kejadian di pinggir lapangan basket  Daniel jadi sering nyapa gue di sekolah dan bahkan nelpon tapi sayangnya gue udah muak dan lebih memilih tidur dan bersikap biasa. Gue sama Rafa juga makin deket, makin sering ngabisin waktu berdua ketawa sampe lupa kapan terakhir nangis  apa yang dia omongin di taman belakang sekolah itu bener rasanya pengen banget bilang “makasih ya Raf” tapi ga bisa masih gengsi. Dan Ozan juga makin kepo tapi dia bisa Rafa suap pake makan gratisan semuanya berjalan baik-baik aja cuma sikap Daniel yang makin kesini makin aneh.
“Liv, mau bantuin gue ga bawain bola ini ke ruang olah raga biasa anak-anak pada kurang ajar ninggalin gue” ucap Daniel.

“hmm iya sini bolanya” jawab gue tanpa banyak tanya karena gue engga mau kelamaan ngomong sama Daniel dan Rafa juga pasti udah nunggu di parkiran lagian ini cuma bantuin bawa bola basket doang jadi enggak akan masalah.
“Taro sana aja Liv” tunjuk Daniel ke arah keranjang bola di sudut ruangan dan suara pintu yang di kunci dari luar. ”Daniel gila buka pintunya ..!! “teriak gue.
Ruangan ini terlalu pengap dan gelap sekuat tenaga gue teriak tapi gue tau ini percuma ini udah lewat jam bubaran sekolah. “Siapapun di luar buka pintunya “ teriak sebisa gue dan memukul dada yang rasanya sesak dan pengap. Di tempat yang berbeda Rafa masih sibuk dengan tas yang sedang di rapihkan.
“Rafa, tadi gue liat Olivia sama Daniel lo enggak cemburu apa?” kata Vino yang kebetulan lewat.
Sontak Rafa sudah punya firasat buruk Daniel sama Oliv ? dan terakhir Oliv bilang kalo Daniel suka bersikap aneh akhir-akhir ini. Dengan cepat Rafa berlari ke setiap ruangan untuk mencari Olive. Sampai akhirnya Rafa bertemu dengan Daniel yang berdiri bersandar di tembok dengan muka yang sengaja menunggu Rafa datang.

“Olivia sama lo kan? Dimana sekarang?” kata Rafa. “Olivia lo di cariin pacar lo nih keluar deh “ teriak Daniel.
“Lo jangan bersikap idiot kayak gini gue tanya di mana Olivia? “tanya Rafa sekali lagi.
“Idiot? Lo yang berskap idiot Raf !!” teriak Daniel
“Lo sayang sama Olivia? ohh gue lupa lo cowok romantis yang ngungkapin perasaan ke ceweknya di depan mantannya ya. Gue mau balik Raf kalo lo mau cari Olivia mending carinya agak cepetan deh soalnya Olivia ga suka gelap dan ga suka ruangan tertutup  dan lain kali lo enggak usah pamerin rasa bahagia lo itu sama Olivia.”

“Oiya tapi gue kasian sama Oliv ini udah hampir lebih dari 20 menit, nih kuncinya lo buka pintu yang ini, gue mau liat gimana ekspresi lo kayak gimana” sambungnya dengan nada yang menyebalkan.
Dengan cepat Rafa membuka pintu dan melihat Oliv yang sudah terbaring lemas dengan keringat dingin dan wajah yang pucat.
“Oliv bangun Liv..” ucap Rafa.

“Daniel lo bener-bener sialan, puas lo sekarang ? gue bukan cuma sayang sama Olive tapi gue sayang banget sama Olive dan satu lagi udah cukup lo gangguin Olivia dengan tingkah idiot lo itu. Apa lo enggak cukup ngerebut Olive dulu dari gue?” tanya Rafa yang sekarang berdiri dan menatap tajam ke Daniel.
“Ngerebut? Lo yang harusnya sadar dulu siapa yang salah? lo yang enggak bisa jaga Olivia dengan baik  sampe dia harus jatuh ketangan orang lain macam gue. Jadi? takdir siapa yang bego? Lo kan ? udah lah sekarang lo urus Olivia aja sekarang urusan gue sama lo udah kelar Raf gue balik” kata Daniel sambil berlalu meninggalkan Olivia dan Rafa.

Andai dulu lo enggak sebodoh itu Raf keberanian lo telat dan sekarang gue bener-bener jatuh cinta sama Olivia tapi demi lo gue mutusin Olivia dan akhirnya gue juga mutusin buat pindah sekolah dasar temen idiot !! gara-gara lo gue jadi pembohong.  Jaga Olivia juga buat gue Raf.
Di satu sisi Daniel memang tulus suka sama Olivia tapi Rafa teman dari masa kecilnya itu yang dulu dianggap saudara juga mempuanyai rasa yang sama hanya tidak cukup keberanian untuk mengungkapkanya.
Olivia pun bangun dan sudah sedikit lebih baik terlihat senyumnya yang sudah kembali.

Notes:Cerpen tersebut di tulis oleh Anggota Lembaga Pers Mahasiswa Semua Tentang Rakyat (LPM SETARA), Unswagati Cirebon (SETARANEWS).

Diantara Rindu dan Resah

 Cerpen, Fokuscirebon.com - Hembusan angin terus menampar sekujur tubuhku,   dari atas kepala terik matahari  menerjang tempurung kepala dan menembus sampai ke ubun – ubun. Asap polutan terus berterbangan, semakin menyebar ke seluruh sudut,  mengisi ruang – ruang kosong yang kini  tak lagi bertanah tapi bertuan. Ya, memang  aku sudah terlalu terbiasa dengan kondisi seperti ini, dimana kerinduan yang kunantikan terkadang membuatku tak jarang merasa resah. Sulit bagiku untuk mencari tempat yang bisa menyejukan tubuh dan hatiku. “Tak, seindah dulu!” kata – kata itu yang sering terlontar dari mulutku yang bau. Entah mengapa, mungkin kata - kata itu yang selalu membuatku resah ketika sesuatu yang kunantikan sudah berada dihadapanku. “ini kenyataannya, tapi kamu jangan terlalu larut, A Emi.” Ucap Juli salah satu orang yang bisa mengerti isi persaanku. Tapi, aku sendiri tau, ucapan itu hanya ingin menghibur, berniat memecahkan suasana. Aku yakin, sebenarnya Ia pun merasakan hal yang sama.

Aku bersama kekasihku berjalan beriringan sambil bergandengan tangan. Ingin rasanya genggaman tangannya itu terus mencengkram tanganku, dimana lembut telapak tangannya terkadang membuatku tenang, nyaman, bahkan sampai membuatku lupa akan dunia ini. Ya, Ia memang motivator terbaik selain keluargaku. Suatu kebanggan tersendiri bagiku bisa berkenalan bahkan menjadi bagian dari kisah hidupnya. Tapi, selain Ia masih ada satu hal yang ku rindukan! Setibanya ditempat kos, mungkin karna rasa lelah dan kantuk yang tak bisa lagi aku lawan, sekalipun dengan menghunuskan pedang. Seketika, aku langusng membaringkan badan seraya memejamkan mataku, dengan harapan aku bisa bertemu  rinduku dialam mimpi. Sekejap, suara bising kembali terdengar ditelinga, memaksa badanku untuk segera terbangun. Malas, ingin rasanya aku tidur kembali. Menikmati rasa kantuk yang terus memaksaku untuk segera memejamkan mata, agar aku bisa mencoba kembali mencari rinduku dialam bawah sadar!


***
Sepulangnya beraktifitas, kita berdua selalu janjian untuk ketemu disalah satu halte, yang memang letaknya tak jauh dari tempat kita berdua. Ini merupakan komitmen yang sudah kita sepakati, agar tidak menggunakan kendaraan pribadi. Memanfaatkan fasilitas umum, yang walaupun dari dulu sampai sekarang tetap seadanya dan apa adanya! Panas terik matahri terasa menyengat sekujur badanku, keringat berjatuhan membasahi pakaianku, untung ada sapu tangan ajaib pemberian Juli, bisa sedikit memberi bantuan untuk menyerap keringatku. Udara siang ini terasa berbeda, gerah melanda, hawa – hawa hujan akan segera turun. ‘Akhirnya!” tuturku spontan. Dari kejauhan langkah kaki Juli terliahat begitu tergesa – gesa, seperti ada suatu hal yang ingin Ia sampaikan atau ada permasalahan lainnya. “A emi, ada kabar gembira. Kalender yang Nda tunjukin kemarin, kayaknya benar, A!” Pacarku menyampaikannya begitu semeringah, pancaran sinar matanya menunjukan ketulusan ingin benar – benar membuatku senang dan terhibur. Akan tetapi, semakin dekat dengan rinduku, justru gundah gulana semakin deras melanda perasaanku.

Harapanku gagal, aku tak berjumpa dengan rinduku. Aku mengangkat tubuhku, sembari melihat Juli yang terlihat so sibuk.  Aku tersenyum tipis,  melihat Ia mengacungkan jari telunjuk yang begitu mulus ke arah kalender. Lagi – lagi Ia berusaha menghiburku, mungkin semalam ia lembur untuk membuat suatu kejutan kepadaku. Diambilnya kalender itu, dan diletakan didepan mataku. Sepidol berwarna merah melingkari tulisan “Desember”  serta tanda panah yang menuju ke arah tulisan. “Taaaraaaa, selamat, rindumu akan segera dating!”.  “Nda (Panggilan sayang untuk kekasihku), nda,  percuma. Semakin kamu berusaha menghiburku, justru aku semakin resah.”  Ucapku menggerutu.  Aktivitas sudah menanti didepan mata, aku harus segera menuju ke tempat dimana aku dan kekasihku mulai beraktifitas. Terucap dalam benaku “Wahai rinduku, selamat pagi, semangat pagi. Semoga kau datang tanpa membawa keresahan!”

  Tak terasa dari kejuahan awan hitam pekat terlihat mendekat, hembusan angin pun semakin kencang  menyapu bersih debu jalanan yang berserakan. Sampah – sampah berterbangan mengiringi langkah angin pembawa rindu itu. Hembusan angin itu membuat seng – seng atap rumah  berdendang beralunan, membentuk simponi yang khas. Jemuran pakaian yang bergelantungan disetiap lorong jalan sesegera diambil oleh si penghuninya.  Memang tidak bisa dipungkiri hujan adalah utusan langit untuk bumi yang mengantarkan surat rindu tak tertahankan  selama 6 bulan dalam 365 hari. Awan mendung  sudah berada tepat diatas kepalaku, gemuruh petir berteriak dengan kencang. Sontak, hidungku mencium aroma  yang khas. Rintikan air hujan mulai turun dari kerumunan awan hitam itu.

“Nda, ayo kita pulang” Aku menarik tangan kekasihku. Sontak, Ia pun merasa kebingungan ketika aku menarik tanggannya. Juli menahan tarikan tanganku dengan memasang wajah muram. “Ko, pulang?!” Tanyanya sambil cemberut, tapi tetap terlihat cantik. Melihat wajahnya yang mulai ketus, aku berhenti untuk menarik dan mengajaknya pulang. Sambil menatap kedua bola matanya aku sedikit memberi penjelasan. “Ia, memang suasana seperti ini yang kita nantikan, tapi lebih baik kita pulang saja, Nda.” Tampaknya penjelasan singkat itu malah membuat Ia semakin kebingungan dengan sikapku. ‘Aneh kamu si, A. Ini  hujan sudah didepan mata. Tapi, ko malah ngajak pulang!”. Tidak salah apa yang diucapkan oleh kekasihku ini, aku memang merindukan datangnya hujan, aku sangant rindu, rindu, rindu sekali. Tapi, resah masih melanda perasaanku. “Masih aja belum ngerti kamu, Nda. Nanti dikosan, A Emi jelasin!”

Tampaknya, dengan berat hati Juli mengangkatkan badannya untuk sesegera berdiri dan berlari. Sambil berpegangan tangan aku dan kekasihku terus melangkah sekencang mungkin untuk menaiki angkutan umum yang berhenti agak jauh melewati halte. Hujan semakin mengguyur dengan deras, awan hitam serasa mengikuti jejak langkahku. Terkadang aku berpikir kenapa aku harus tergesa – gesa seperti ini? Kerinduan akan arsiran hujan yang aku nantikan kenapa harus Aku sia – siakan begitu saja.  Terbantai oleh rasa resahku.

                                                                              ***
Dari dalam angkot,  aku sedikit merenungi apa yang telah aku lakukan. Aku tahu, hujan terkadang membawa cinta. Dengan hujan orang – orang bisa membuat alunan musik yang merdu; membuat bait – bait puisi yang menawan. Membuat goresan tinta yang mengukir cerita. Tapi, aku pun sadar hujan  terkadang membawa luka. Apa aku sendiri yang harus menyalahkan hujan, pada dasarnya hujan diciptakan untuk memberikan kesejukan, kemakmuran dan kedamaian. Apa karna ulahku sendiri dan manusia – manusia diluaran sana yang membuat hujan terkadang selalu membawa resah, tak hanya aku yang merasakan hal ini. Aku yakin orang – orang diluar sana ada yang mengalami hal yang serupa dengaku.

Tiba – tiba angkot yang aku tunggani berhenti, padahal tempat kos masih agak jauh. “Loh, ko berhenti?” Tanya Juli ke supir. Aku langsung mengajak kekasihku ini untuk langsung turun dari angkot. “Kita langsung turun aja, Nda. Lagian kosan udah deket.”Aku dan pacarku berjalan perlahan menghampiri kosan, genangan air menghambat langkah kakiku.  Kulihat sekelilingku,  orang – orang sibuk memindahkan isi rumahnya. Mengangkut sisa – sisa yang masih layak untuk terpakai.  Anak – anak sedang asik bergelimpangan di atas genangan air. Remaja se usiaku sibuk membantu orang tuanya, ada juga yang menjadi ojeg dadakan. Mereka terlihat senang, menikmati kondisi seperti ini. Padahal aku yakin, mereka pun ingin menikmati hujan ini dengan nyaman, damai, dan tentram. Tidak seperti ini! Apa yang harus aku lakukan? Aku harus menggugat ? Segala upaya konon katanya telah dilakukan, Apa hasilnya?

 Ya, seperti layaknya orang – orang diluar sana. Aku ingin menikmati kerinduanku ini dengan syahdu. Ingin rasanya aku menyatu bersama hujan, menggoreskan arsiranku untuk membuat ukiran pelangi yang indah. Tapi, apalah daya!  Kadang aku berpikir, ini tidak adil. Tapi aku sadar, aku tidak bisa hanya mengandalkan orang lain dan terus mengeluh. ini masalah bersama, tanggung jawab bersama, yang harus ditangani bersama pula. Aku yakin masih ada cara untuk mengatasi kerinduanku (hujan), bahkan untuk dirasakan oleh semua orang. Lalu aku membisikan sepatah kata ketelinga kekasihkuku. “Ini yang ingin, A Emi Jelasin ke kamu, Nda. Satu hal yang kini A Emi mengerti, yaitu bahwa hujan tak hanya rinai dan bau khas tanah. Juga tak hanya alam yang menjadi tumbuh subur karenanya. Termasuk, membuat rasa rindu berubah menjadi keresahan, seperti yang kita lihat dihadapan kita.”


Featured

Recent Posts Widget