Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Cerita Awal Mula Muncul Demam Om Telolet Om , Netizen Wajib Tahu!

Cerita Awal Mula Muncul Demam Om Telolet Om , Netizen Wajib Tahu!
Fokuscirebon, hiburan, unik, lucu -  Belakangan ini jagat media sosial (medsos) kembali ramai, heboh, gempar. Bukan soal penistaan atau teror - teror kampungan. Melainkan soal hobi baru yang unik, yaitu #omteloletom . Facebook, twitter dan instagram dipenuhi dengan unggahan video para netizen yang merekam suara klakson bus yang berbunyi "TELOLET" dalam aktivitas kesehariannya. Bahkan tidak sedikit yang sengaja nongkrong di terminal hanya untuk menunggu bus mengeluarkan klaksonnya. Bagaimana sejarah awal mulanya "om telolet om" itu ada hingga buming seperti sekarang? Berikut ulasan lengkapnya guys.
Perkembangan digitalisasi dunia informasi teknologi komunikasi memang begitu pesat, tidak ada sekat, tidak ada batas. Sampai - sampai soal telolet - telolet saja menjadi sebuah #trandingtopic tidak hanya di Indonesia bahkan sampai kelas dunia. Dengan menjamurnya fenomena telolet ini bahkan terdapat beberapa anak muda yang memiliki hobi sama " Yaitu mendengar klakson bus seraya berkata #omteloletom dan menguploadnya di akun medsosnya masing" berkat kesamaan paham dan hobi baru tersebut mereka bersepakat untuk membuat komunitas. "Kumitas bus terminal #omteloletom"

Lucu memang, pasti bakalan ketawa, geli, bahkan nyinyir "lagi pada apa sih, katro deh," menjadi reaksi atas fenomena tersebut. Diterminal sekarang tidak hanya di isi oleh para pejalan kaki, kondektur, pedagang, pengemis, bocah kurus tak berbaju. Melainkan lebih ramai dimeriahkan oleh fenomenan #omteloletom. Omset penumpang bus pun meningkat termasuk dengan yang membuat klakson bus "telolet"
Cerita Awal Mula Muncul Demam Om Telolet Om , Netizen Wajib Tahu!

Fenomena ini sebetulnya sudahlama guys ada di media sosial, sampai ke Youtube. Sudah sejak 2014 bahkan sebelumnya memang sudah ada. Apalagi suara klakson bus telolet kan memang sudah lama sering kita dengar dari masih anak - anak. Cuman pada saat itu, sejarah bermula diawali oleh anak - anak di sekitaran pantura yang sering menjumpai bus dan mendengar klakson berinisiatif merekam suara klaksonnya yang danggap bagus, lucu, dan menarik.

Namun pada awal kemunculannya tidak seramai sekarang. Perkembangan zaman mungkin yang mendorongnya, sekarang hampir setiap manusia memiliki hp. Fenomena #omtelolet om ini bertambah marak dan menjadi hot ketika tidak sedikit para netizen mentandai atau mension kepada artis atau publik figur luar negri. Media televisipun tidak sedikit yang memberitakannya dan menjadi headline.
 Sebut saja DJ Snake, Zedd, Martin Garrix sampai DJ Marshmello ikut ikutan terkena virus telolet. Mereka ramai-ramai menulis di akun twitter mereka dengan cuitan “om telolet om”.

Tidak sedikit dari public figure luar negeri yang bertanya soal apa maksud dari “om telolet om” satu diantaranya adalah mantan pemain tengah timnas Sepak Bola Jerman. Gelandang yang pernah bermain untuk Chelsea itu bertanya pada followersnya apa maksud ‘Om telolet om’ yang di mantion ramai-ramai kea kun twitternya

“I keep receiving #omtelotetom comments can someone explain the #telotet trend? That’s all I found on reviews simple website #indonesia” cuitnya di akun @ballack

Lain Ballack lain juga Firebeatz, DJ dari negeri kincir angin Belanda itu justru membuat remix dari suara klakson yang sedag tenar di Indonesia tersebut. Saat tulisan ini dibuat karyanya sudah di tonton 74.500 orang.

Fenomena masyarakat Indonesia yang kegirangan dengan klakson Telolet dari Bus itu sebetulnya sudah terjadi sejak lama. Beberapa anak-anak dan remaja dari daerah-daerah disekitaran Pantura Jawa sering meminta sopir bus membunyikan klaksonnya yang dinilai unik. Mereka para anak-anak dan remaja itu senantiasa merekam suara telolet dari Bis. Akan tetapi baru-baru ini, netizen sedang asyik mengumbar istilah om telolet om di dunia maya sehingga menjadi viral dan terngiang di seantero dunia. Jadi begitu sejarahnya guya!

Cerita Awal Mula Muncul Demam Om Telolet Om , Netizen Wajib Tahu!



Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!

Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!
Pesantren, Cirebon, fokuscirebon.com -  Cirebon tidak bisa dilepaskan dari sejarah revolusi Indonesia (perjuangan kemerdekaan). Tidak sedikit para pejuang dan pahlawan kemerdekaan tersebut berasal dari Caruban Nagari. Perlawanan masyarakat Cirebon tidak hanya datang dari keraton atau kasultanan. Para pejuang yang tidak mau berkompromi dengan kolonial akhirnya menyebar dan membuat pondok pesantren. Salah satu pesantren paling tua yaitu ada di Cirebon. Seperti pesantren Babakan Ciwaringin, Kempek dan pesantren Buntet. Para kiyai sepuh dari pesantren - pesantren Cirebon merupakn seorang pejuang tangguh. Sayangnya tidak banyak masyarakat yang tau, sepeti apa kisah selengkapnya mengenai sejarah dan peranan pesantren Cirebon dalam menyiarkan Islam dan berjuang melawan penjajah? Simak ulasannya dibawah ini guys!

Kenapa Cirebon bisa dijuluki sebagai kota wali dan kota santri? Karena memang disinilah banyak melahirkan keturnan - keturunan pejuang islam dan pejuang kemerdekaan RI. Perlu diketahui, khusunya bagi warga di sewilayah tiga cirebon, (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), bahwa keberadaan pesantren di Cirebon memiliki cerita dan sejarah panjang. Organisasi islam di Indonesia seperti Nahdatul Ulama (NU) yang merupakan organiasi islam terbesar di Indonesia dipelopori salah satunya dari kyai Cirebon bersama pendiri lain yang kita kenal yaitu KH Hasyim Ashari. Dan diceritakan pula bahwa logo atau lambang NU tersebut dibuat oleh Kyai asal Cirebon. Perjuangan kemerdekaan RI tidak lepas dari peranan para Kiyai atau ustad sepuh yang berasal dari Cirebon. Berikut Sejarah berdirinya pesantren - pesantren ternama di Cirebon?

1. Sejarah Pesantren Babakan Ciwaringin 
Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H/ 1705 M. oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddinputra KH. Abdul Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon.

KH. Hasanuddin adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. Desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda. Maka dirintislah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan.

Diceritakan dalam sebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap ?”


Melihat tak satupun diantara yang hadir dalam majelis itu dapat menjawab, pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Kiai Mujib, “Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk memulai pertempuran, Mengapa tidak diizinkan? ternyata Kiai Hasyim Asy’ari menunggu kekasih Allah dari Cirebon yang akan datang menjaga Langit Surabaya, Beliau Adalah KH. ABBAS ABDUL JAMIL dari pesantren buntet Cirebon dan KH. AMIN SEPUH dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.” KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai Cirebon ( wil 3 Cirebon dan Jawa Barat) plus Ustadz, santri dan masyarakat benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur. Bahkan kabarnya yang menembak Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda (NICA), adalah anak buah KH. Amin Sepuh yang bernama Kiyai Sholeh yang wafat disana.

Selengkapnya KLIK DISINI
Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!
2, Sejarah Pesantren Buntet Cirebon

Pesantren yang satu ini merupakan salah satu pesantren tertua yang ada di Cirebon, didirikan sejak zaman kolonial dan para sultan di Keraton Cirebon. Yang mendirikan pesantren Buntet juga merupakan orang dari keraton Cirebon sekaligus merupakan keturunan asli dari Sunan Gunung Djati yang juga diyakini sebagai garis keturunan Rosul Muhammad SAW. Sejarah berdirinya pesantren Buntet pula tidak lepas dari perjuangan Indonesia melawan penjajah. Perlawanan datang tidak hanya dilingkungan keraton yang akhirnya berkompromi dengan koloni. Keturunan - keturunannya yang tidak setuju akhirnya meninggalkan keraton dan banyak mendirikan pesantren, salah satunya yaitu pesantren Buntet Cirebon.

Awal mula berdirinya Buntet Pesantren, salah satu satu pesantren tertua di Indonesia,  pertama kali didirikan pada abad tahun 1750 M, oleh KH. Muqoyyim bin Abdul Hadi, atau orang Buntet menyebutnya Mbah Muqoyyim. Beliau sebagai pejabat  mufti (Pengadilan Agama Resmi) Keraton.

Salah satu sifat beliau adalah tidak mau  koopratif dengan Belanda, yang banyak mencampuri urusan internal keraton, sehingga beliau lebih memilih tinggal di luar keraton dan mendirikan pesantren.
Dalam perantuan inilah beliau memulai kehidupan sebagai kyai dengan mendirikan masjid dan gubuk kecil dan mulai mengajar agama.

Melihat luasnya keilmuwan beliau dan dikenal sebagai orang Keraton serta tauladan yang beliau tunjukan masyarakat membuat pesantren beliau didatangi banyak murid, sehingga semakin berkembanglah pesantren dengan pesat dan terus berkembang hingga saat ini. Diyakini oleh masyarakat Cirebon dan masyarakat pulau Jawa khususnya, bahwa bagi yang ingin menimba ilmu di pesantren tidak boleh melwatkan untuk belajar di Pesantren yang ada di Cirebon. Konon katanya sehebatnya ilmu para kiyai atau orang yang pesantren, tidak akan sempurna jika belum belajar di pesantren Cirebon, yang dipercayai sebagai juru kunci untuk membuka gembok-gembok ilmu pengetahuan. 

Sepanjang rentang sejarahnya, Pondok Pesantren Buntet menunjukkan sikap konsistensi, sikap perjuangan melawan segala bentuk penindasan dan penjajahan. Perang 10 November 1945 yang terkenal itu, takkan terjadi apabila para Kiai dari Cirebon yang ditunggu oleh KH Hasyim As’yari tidak muncul. Ketika itu Bung Tomo memohon keputusan hari “H” kepada KH Hasyim As’yari, beliau menjawab “Tunggu kedatangan Kyai dari Cirebon”. Kyai Cirebon yang dimaksud tak lain adalah KH Abbas Abdul Jamil (Buntet) dan Kiyai Amin Sepuh (Babakan Ciwaringin). Kiai-kiai Cirebon dan sekitarnya diiringi beberapa santri yang dating tiba di Pesantren Tebu Ireng, Jombang pada tanggal 9 November 1945. Selengkapnya KLIK DISINI 

3. Sejarah Pesantren Kempek

Salah satu pesantren tertua yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren - pesantren yang lain di Cirebon dan Indonesia yaitu pesantren Kempek di Cirebon. Pesantren yang ada di Cirebon saling berkaitan satu sama lain karena memang didirikan oleh orang - orang yang memiliki persamaan garis keturunan. Seperti apa kisah atau sejarah pesantren kempek Cirebon, selengkapnya KLIK DISINI

Pesantren yang ada di Cirebon merupakan potensi atau merupakan kearifan lokal yang ada di Cirebon. Potensinya bisa dijadikan sebagai objek wisata relgi yang ada di Cirebon tidak hanya keraton dan makam Sunan Gunung Djati, di pesantren Cirebon terdapat banyak kisah, sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan yang bisa dijadikan referensi. Ingin memasukan anak atau saudara di pesantren Cirebon, berikut kami sajikan alamat - alamat pesantren yang ada di Cirebon?
Peranan Pesantren di Cirebon dalam Menyiarkan Islam dan Revolusi Kemerdekaan, Ini Sejarahnya!

Nama  dan alamat Pondok Pesantren Cirebon: 
- Pesantren Al Iffah, Desa Tegalgubug kec Arjawinangun
- Ar Riyadoh Attawabin Desa Panguragan Wetan kec Panguragan
- MUALLIMIN-MUALLIMAT JL.WIJAYA KUSUMA NO.59 DESA BABAKAN KEC.CIWARINGIN KAB.CIREBON kec CIWARINGIN 087710 473 838
- Kebon Jambu Al-Islamy Jln. Kebon Jambu No. 01 kec Ciwaringin 0231 342259
- Pesantren Buntet, Desa Mertapada Cirebon Timur
- Al Arofat Desa Gintung Lor kec Susukan `0813241510532
-  Al Mujahiriyah Desa Marageni Bojong Kulon kec Susukan `081324247947
Selengkapnya mengenai alamat pesantren yang ada di Cirebon, KLIK DISINI

Notes:
Sebarkan jika dirasa bermanfaat
Pertanyaan lain silahkan komentar atau hubungi kontak fokus cirebon
Informasi diatas diambil dari berbagai sumber yang terpercaya

Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!

Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!
Caruban nagari, sejarah cirebon, mitos cirebon - Sewilayah tiga Cirebon seperti Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) tidak asing lagi dengan cerita yang melegenda yaitu kisah cinta Baridin dan Ratminah. Baridin seorang pemuda miskin menyukai seorang wanita cantik. Namun Ia selalu di tolak dan dihina. Latar belakang tersebut membuat Baridin menggunakan ajian/ilmu kemat jaran goyang untuk menaklukan hati Ratminah. Seperti apa kisah selengkapnya dan sejarahnya? Simak ulasannya dibawah ini guys.

Orang Cirebon tidak sedikit yang mempercayai bahwa kemat merupakan ajian dengan menggunakan doa-doa yang memiliki tuah begitu dasyat. Kepercayaan tersebut turun temurun disekitaran masyarakat Ciayumajakuning. Menggunakan kemat jaran goyang tersebut tidak semudah yang dibayangkan, yaitu harus melalui tahapan mati geni atau tidak makan, tidak minum, tidak tidur selama beberapa hari.

Kemat Jaran Goyang itu sendiri telah menjadi legenda hidup kisah nyata/cinta Baridin, seorang pemuda asal Gegesik yang memiliki pekerjaan sebagai petani miskin, dan merupakan anak dari seorang janda bernama Mbok Wangsih. Kala itu, Baridin mencintai seorang kembang desa yang begitu ayu bernama Ratminah, Ia merupakan anak dari seorang juragan di Desa tersebut, bisa dikatakan sebagai orang paling kaya.

 Karena cinta Baridin ditolak secara mentah-mentah oleh Ratminah bahkan menghina dan mencaci maki secara berlebihan membuat Baridin sakit hati, ia hidup menyendiri tidak makan tidak minum selama 40 hari melakukan mati geni, sebagai ritual ajian kemat jaran goyang. Singkat cerita Ratminah kemudian menjadi terhipnotis setiap waktu mengingat, dan memanggil-manggil nama Baridin. Terkadang tertawa dan menangis sendiri seperti orang gila. Ratminah keluar dari rumah mencari-cari Baridin berjalan dari desa ke desa sambil bernyanyi dan tertawa-tawa menyebut nama Baridin sampai keduanya bertemu di pinggir pematang sawah.

Karena Ratminah berhari-hari tidak makan setalah bertemu, miminta maaf dan mengungkapkan rasa cintanya kepada Baridin. Akhirnya Ratminah mengembuskan nafas terakhir. Begitupun Baridin yang sudah kurus kerempeng karena mati geni, kemudian meninggal dunia menyusul Ratminah. Jasad keduanya diketemukan oleh sahabat dekat Baridin bernama Gemblung Pinulung. Sebagai saksi perjalanan kedua manusia yang saling menyinta akhirnya mereka dikubur bersama dan makamnya masih bisa disaksikan sampai sekarang di Cirebon sebagai ibroh dan pembelajaran untuk manusia yang masih hidup.
Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!


Berikut adalah contoh bacaan kemat jaran goyang Baridin yang sudah digubah oleh penulis, yang bisa jadi tidak kalah dengan sajak-sajak Ahda Imron atau pun pupuh guritan Asep Salahudin“Niat isun matak ajiku Jaran Goyang/ Sun tabukake petiku sawisi/Gemebyar gebyar marang badanku/Wong Sabuana ayu elinga/ welase ning badan isun si jabang nok ayu Ratminah/Mbrengenga kaya jaran/ teka welas, teka asih, marang badanku/ Lailahaillah Muhamammadurrulullah.”(Kubaca doa aji jaran goyang (kuda goyang), di sini kubuka peti sunyi batin runyam, saat gemerlap merasuki nalar ragaku, Wahai manusia sejagad, ingatlah sayangilah diriku/ semoga Ratminah menyayangiku/ seperti ringkik kuda/kasih dan sayangi diriku/Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasul Allah).
Ekspresi kisah Baridin mengilhami esensi moral wong Cirebon-Dermayon yang mampu menebus sekat-sekat budaya.

 Walaupun dalam guyonan Tandi Skober yang berkata sambil terkekeh “Cung!!!, Wadon sekien masangarah takluk kelawan kemat jaran goyang, pun kalah karo kemat Jepang hehe (Perempuan sekarang tidak bakal terpikat dengan kemat jaran goyang, karena sudah kalah dengan kemat Jepang)”.

Relasi Budaya

Baridin berupaya keras untuk menjadi manusia yang diewongke adalah suatu kewajaran sebagai manusia yang memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan. Setiap individu dimanapun dia dilahirkan adalah mahluk yang sama oleh karenanya setiap manusia memiliki hak yang sama dalam hidup. Logika yang dipakai manusia kebanyakan seperti halnya Baridin itulah yang melandasi lahirnya Declaration of Human Right. Logika Baridin sebagai manusia yang berkeinginan untuk memilih pendamping hidup tidak menutup diri dalam sekat si kaya dan si miskin. Mencoba membuka tabir yang masih menyelimuti kultur budaya Cirebon-Dermayon yang selalu melihat perjodohan agar selalu papak (sama derajat) dalam ekonomi ataupun keturunan keluarganya.
Sejarah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut!


Notes:
- Sebarkan jika dirasa penting
- Sumber bahasa cirebon, kompasiana.com

Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasianya!

Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasinya!
Sejarah Cirebon, fokuscirebon.com - Setiap daerah, terutama di pulau jawa, memiliki keunikan dan kearifan lokalnya sendiri. Bisa dalam bentuk kepercayaan, mitos, mistik dll. Kota Cirebon merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan mitos dan mistiknya. Disebut juga sebagai puser bumi. Tahu tidak, kalau di Kota Cirebon terdapat jalan yang dikeramatkan, orang cirebon mempercayai bahwa jalan tersebut bisa menghilangkan kekuatan atau kesaktian manusi-manusi yang angkuh dan sombong akan kekuasaannya. Seperti apa cerita selajutnya? Yu simak ulasan dibawah ini mengenai mitos dan sejarah jalan karanggetas kota cirebon.

Walaupun sudah sangat terkenal nama jalan Karanggetas tersebut yang bagi warga Cirebon dan sekitarnya sudah tak asing lagi di telinga. Konon katanya, menurut Sejarah Babad Cirebon, siapapun orangnya, yang berprilaku sombong, rakus, menggunkan kekuasaan dan kesaktiannya bisa langsung luntur ilmunya tersebut. Ini bukan hanya dongeng, atau mitos belaka.

BACA JUGA: Burok, Kesenian Cirebon yang Melegenda Sampai Saat ini

Sejarah telah mencatat, di dalam cerita babad Cirebon , nama Karanggetas diambil dari salah seorang manusia sakti bernama Pangeran Soka atau Syekh Magelung Sakti yang datang dari Timur Tengah, nama Karanggetas itu sendiri berasal dari kata Karang (tempat) dan Getas (mudah patah). Kala itu Syekh Magelung Sakti datang ke Cirebon mencari seseorang yang bisa memotong rambutnya.

Kedatangan Syekh Magelung Sakti ke Cirebon lantaran mendengar di daerah ini terdapat orang sakti yang bisa membantu memotong rambutnya. Dari cerita singkat Babat Cirebon tersebut, muncul sebuah mitos orang yang memiliki kanuragan yang tinggi, namun sombong akan luntur dengan sendirinya. Daerah tersebut dekat dengan Sungai Sukalila yang artinya harus dengan kerelaan hati.

Mitos tersebut masih mengakar di masyarakat pribumi maupun luar Cirebon. Dari mitos itu, tidak sedikit pejabat negara yang enggan melewati Jalan Karanggetas ketika mengikuti acara resmi kenegaraan. Mitos lain tentang daerah Karanggetas juga berkembang dan menjadi sugesti khususnya bagi masyarakat Tionghoa. Di sepanjang Jalan Karanggetas itu, berjejer toko emas yang mayoritas penjualnya adalah kaum Tionghoa Cirebon.
Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasinya!

Bahkan beredar kabar santer bahwa Soekarno dan Soeharto tidak berani melintas di Jalan karanggetas tersebut. Dipercaya juga lengsernya Soeharto yang ditandai dengan berahirnya rezin orde baru dikarenakan sebelumnya Soeharto melintasi jalan Karanggetas tersebut. Tidak sedikit orang yang mempunyai pengalaman mistis. Terkadang tidak masuk akal, namun banyak fakta yang dialami langsung oleh warga Cirebon dan sekitarnya.

Getas yang berarti mudah patah menceritakan bahwa karang yang sangat kuat saja bisa getas di tempat itu, maka orang yang sombong memiliki ilmu yang tinggi bisa getas di jalan itu, yang kini dikenal jalan karanggetas. Kali sukalila juga berasal dari kata suka dan lillahitaala karena syekhmagelung merasa suka dan sudah ikhlas rambutnya dipotong.

Ketika syekhmagelung ingin mengucapkan terima kasih, kakek itu malah menghilang dan mengatakan kalau mau bertemu maka datang saja ke pamuragan, “di pamuragan kamu akan bertemu masa depan”. Syekhmagelung akhirnya mengikuti sayembara disana dan memenangkan sayembara tersebut.

Selain bisa mematahkankan “getas”, daerah karanggetas selalu basah dan stabil, hal ini dikarenakan sunan gunung jati pernah membuat kanal yang berfungsi agar perahu dari laut bisa lebih ke pedalaman. Selain itu kanal bisa menampung air laut saat pasang.
Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas Cirebon, Ini Rahasinya!

Di daerah Karanggetas Cirebon juga terdapat tradisi Slametan Lenga (Sodakoh Minyak) tiap malam Jumat Kliwon. "Minyak yang disedekahkan karena mengandung filosofi kalau minyak itu licin. Artinya sodakoh agar bahaya tak menyentuh tubuh kita. Secara kebetulan Masjid Jagabayan didirikan Tumenggung Jagabaya yang tinggal di daerah itu," sejarawan Cirebon itu memungkasi.

Legenda Batu Bleneng Cipali Cerita Rakyat yang Menggemparkan Pengguna Jalan Tol!

Sejarah Cirebon, Fokuscirebon.com- Bagi kalian warga Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) dan masyarakat Indoneisa lainnya, sudah pernah melintasi jalan tol Cikopo-Palimanan (CIPALI)? Apabila sudah melintasi, tentunya penasaran dan juga bertanya-tanya mengenai BATU BLENENG yang ada di ruas jalan tol Palimanan tersebut. Bukit aja di belah, kenapa batu bleneng tersebut tidak dipindahkan?  Apa misteri, sejarah, atau mitos apa di balik BATU BLENENG tersebut? Berikut kami sajikan cerita dibalik legenda batu bleneng yang adai di jalur CIPALI!

Terlepas dari mitos, atau mistik keberadaan BATU BLENENG tersebut, sebagai umat beragama dan berbudaya kita anggap saja cerita tersebut merupakan cerita  rakyat yeng memiliki kearifan lokalnya terendiri. Batu bleneng tersebut, apabila dari arah Jakarta-Palimanan berada disebalh kanan jalan, tepatnya di KM 182, masuk ke wilayah Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon.

Sudah sejak permbangunan Tol Cipali, pihak tol sudah berusaha ingin memindahkankannya, namun tidak bisa entah mengapa. Mungkin karena ukurannya yang besar, tinggi mencapai 2 meter. Sedangkan warga sekitar tidak sedikit yang mempercayai kalo batu bleneng tersebut merupakan batu keramat, yang tidak boleh dipindahkan apalagi dihancurkan.

Berdasarkan cerita rakyat setempat, batu tersebut sudah ingin dipindahkan dengan alat-alat berat. Namun entah kenapa tidak bisa. Pihak tol justru membantah kalau tidak ada kaitannya antara batu tersebut dengan tidak bisa dipindahkan atau kecelakaan yang ada di jalan CIPALI. Karena memang tidak bertabrakan dengan jalur tol, maka batu tersebut tidak dipindahkan oleh pihak tol.

Menurut cerita rakyat asetempat pula, batu beleng tersebut memiliki sejarah dan ceritanya tersendiri. Dikabarkan konon batu tersebut zaman dahulu menjadi tempat leluhur untuk bertapa dan bersemedi. Dan ada yang mengatakan dan tidak sedikit yang mempercayai bahwa batu tersebut sengaja diletakan oleh leluhur untuk menyumbat mata air, yang apa bila di pindahkan akan membuat banjir kawasan sekitarnya.

Pada tebing sisi selatan, bertengger sebuah batu besar. Mayoritas warga setempat menganggap batu tersebut keramat dan tak bisa diutak-atik. Hal itu pula yang menyebabkan konstruksi jalan tol di wilayah tersebut dibuat berbelok-belok, mirip aksara S.

"Gunung yang tinggi bisa dibelah untuk jalan tol, tapi batu itu tidak bisa," ujar Romli (55), warga di pinggir Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), 

Di Jalan Tol Cipali, bentuk jalan yang menikung dan membelah bukit hanya ada di Km 181-182. Lokasi tersebut masuk wilayah Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Secara turun temurun, warga Walahar menyebut bukit itu sebagai Gunung Salam. Sedangkan batu yang bertengger di punggung bukit dinamai Batu Bleneng.

Romli yang tinggal di kaki Gunung Salam percaya, Batu Bleneng memiliki kekuatan gaib sehingga batu seukuran bus kota itu tidak bisa dipindahkan maupun dihancurkan. Menurut Romli, lantaran Batu Bleneng bergeming, konstruksi jalan diubah, dari lurus 180 derajat menjadi letter S.

Romli mengatakan pekerja proyek jalan tol telah mencoba memindahkan dan menghancurkan Batu Bleneng menggunakan alat-alat berat. Namun upaya tersebut selalu gagal. Kabarnya, setiap kali pekerja hendak memindahkan batu, maka terjadi insiden atau kecelakaan kerja.

Nah, persoalannya kini banyak yang mengaitkan urusan batu itu dengan urusan mistis dan aneh lainnya di Cipali. Lepas dari urusan soal mistis dan aneh lainnya, pastinya saat berkendara harus hati-hati. Siapkan kondisi, apalagi trek yang dilalui panjang dan jangan lupa berdoa.

Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!

Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!
Kesenian, Cirebon, FokusCirebon.com - Setiap tahunnya, Cirebon biasa menjadi tuan rumah Festival Seni dan Budaya. Festival tersebut dijadikan ajang untuk memperkenalkan budaya Jawa Barat kepada Domestik maupun dunia International. Tidak lain, Festival Seni dan Budaya tersebut di beri nama GOTRASAWALA. Tahun ini, Cirebon menjadi tuan rumah untuk bisa kembali menggelar festival akbar tersebut. Adapun Festival GOTRASAWALA 2016 kali ini akan diselenggarakan pada tanggal 12-14 Agustus. Berikut ulasan mengenai GOTRASAWALA dan Jadwal Festival Seni dan Budaya GOTRASAWALA.


SEJARAH AWAL MULA GOTRASAWALA (KUNO)

Festival Gotrasawala yang kembali dikumandangkan pada zaman moderen ini bukanlah sebuah festival akbar yang pertama kali. Sejarah telah mencatat, bahwasannya awal mula adanya gotrasawala berkaitan erat dengan cerita atau sejarah mengenai PANGERAN WANGSAKERTA, yang kemudian membuah naskah kuno dengan nama NASKAH WANGSAKERTA.

Naskah Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta". Menurut isi Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa (bagian) V sarga (jilid/naskah) 5 yang berupa daftar pustaka, setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah, yang 1213 di antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya. Naskah kontroversial ini kini tersimpan di Museum Sejarah Sunda "Sri Baduga" di Bandung.

Dalam pengantar setiap naskah Wangsakerta selalu diinformasikan mengenai proses dibuatnya naskah-naskah tersebut. Panitia--yang dipimpin oleh Pangéran--Wangsakerta ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan/amanat ayahnya, Panembahan Girilaya, agar Pangeran Wangsakerta menyusun naskah kisah kerajaan-kerajaan di Nusantara.

 Panitia didirikan untuk mengadakan suatu GOTRASAWALA (simposium/seminar) antara para ahli (sajarah) dari seluruh Nusantara, yang hasilnya disusun dan ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal sebagai Naskah Wangsakerta. Gotrasawala ini berlangsung pada tahun 1599 Saka (1677 M), sedangkan penyusunan naskah-naskahnya menghabiskan waktu hingga 21 tahun (selesai 1620 Saka, 1698 M).

GOTRASAWALA KINI

Gotrawala saat ini, tidak jauh berbeda dengan maksud dan tujuan seperti pada awal mula berdirinya. Gotrasawala platform festival international, karena memang dihadiri tidak hanya oleh ahli sejarah, seni dan budaya yang ada di Nusantara. Melainkan dihadiri pula oleh para ahli yang namanya terpangpang dalam panggung dunia Intternational.

Tujuan dari adanya Gotrasawala yaitu ingin memperkenalkan sejarah, seni, dan budaya yang ada di Jawa Barat kepada dunia International. Selain itu, dengan adanya festival international tersebut bisa memantik para wisatawan asing maupun wisatawan domestik untuk berkunjung ke Cirebon dan daerah Jabar lainnya. Dengan begitu para wisatawan bisa mengetahui objek-objek wisata yang ada di Cirebon (dan Jabar) untuk mengetahui lebih lanjut sisi lain, entah dari nilai sejarah, budaya mapun seninya.

Pameran Gotrasawala akan menampilkan kehidupan sehari-hari dari Sultan Cirebon dalam tradisi budaya pengadilan sekitarnya nya. Akan ada pameran utama kualitas hebat tradisi Batik pengadilan Cirebon khusus dirancang oleh tukang Batik lokal terkenal, Mr. Komarudin Kudiya. Pameran ini akan berlangsung di kompleks Kasepuhan Court.

JADWAL FESTIVAL GOTRASAWALA CIREBON 2016

12 Agutus 2016
1. Malam Pembukaan
Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!(Bertempat di Keraton Kasupuhan dan Taman Air Sunyaragi)
- Jamuan Makan Malam (Khusus Untuk Undangan)
- Penampilan dari Tarian Sakral Bedaya Pakungwati
- Pameran Pusaka Keraton Kasepuhan
- Penampilan dari KRAKATAU BAND (Trie Utami & Dwiki Darmawan)

13 - 14Agustus 2016
2. Seminar-Seminar Festival Gotrasawala
-  Launching buku: Tarumanegara, Sebuah Kerajaan yang Terlupakan
- Seni Kontemporer Pesisir Jawa Barat
-  Seni Drama (teater) (Tentang Budaya Cirebon) di Gedung Nyi Mas Rarasantang
- Festifal Rakyat (13 Agutus) di Sunyaragi dengan serangkaian acara sebagai berikut
    a. Pameran kerajinan dan kuliner khas Cirebon
    b. Pertunjukan
    c. JACKLOTH
    d. Fashion Show bersama Imam Priatna

Notes:
Sebarkan informasi diatas jika dirasa penting, apabila diarasa kurang jelas, silahkan tinggal komentar dibawah.
Tonton Video di bawah ini agar Anda lebih Bangga dan Cinta terhadap Seni, Budaya dan Sejarah Cirebon dan Jawa Barat!



Cirebon Merdeka Lebih Dulu, Tugu Proklamasi di Alun-Alun Kejaksan Jadi Saksi Bisu!

Sejarah Cirebon, Fokuscirebon.com - Cirebon MERDEKA lebih dulu, sebelum kemerdekaan yang dibacakan oleh SOEKARNO. Mungkin, tidak sedikit pun terbesit di pikiran warga Cirebon khususnya, dan Indramayu, Kuningan, Majalengka pada umumnya. Bahwa Cirebon (Ciayumajakuning) memiliki peranan penting dalam sejarah berdirinya Repbulik Indonesia. Pembacaan teks proklamasi pertama di lakukan oleh pemuda/i di Cirebon, tanggal 15 Agustus 1945 yang di pimpin oleh Dr. Soedarsono (pendiri Rumah Sakit Gunung Djati). Saksi bisu, sekaligus bukti sejarah yaitu adanya TUGU PROKLAMASI berbentuk pensil di depan alun-alun Kejaksan Kota Cirebon. 

Masih jarang yang mengetahui mengenai sejarah tersebut, janganjan orang diluar Cirebon. Masyarakat Cirebon itu sendiri tidak mahfum atas peristiwa sejarah yang sangat berpengaruh bagi daerahnya. Bagi warga diluar kota, yang pergi bolak-balik ke Cirebon, entah dalam urusan bisnis, atau ingin sekedar berwisata tentunya sering melintasi dan berkunjung ke alun-alun Kejaksan.

Namun, sedikit pernah bertanya tugu yang berbentuk pensil tersebut tugu apa? Di cirebon sendiri tugu proklamasi tersebut berada di tiga titik. Pertama di alun-alun kejaksan, kedua di Palimanan, dan ketiga di Waled (Cirebon Timur). 

Cirebon dan sekitarnya, yang merupakan basis masa dan gerakan bawah tanah dari Sutan Syahrir (Perdana mentri pertama RI), yang diberikan informasi bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 (Peristiwa Nagasaki-Hiroshima). Syahrir mengetahui berita tersebut dari Radio yang selalu dibawanya.

Mendengar kabar tersebut, sahrir menilai bahwa Kemerdekaan RI harus segera di rebut. Bukan atas dasar rundingan yang dilakukan oleh Soekarno. Kenapa? karena kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Maka harus segera direbut melihat keadaan Jepang yang telah kalah oleh Sekutu.

Dari situ Syahrir memberikan informasi kepada kader-kadernya yang berada di Cirebon untuk segera membacakan teks proklamasi, atau memproklamasikan kemerdekaan. Dr. Soedarsono (Mentri Dalam Negri kabinet Syahrir) yang memimpin membacakan teks tersebut yang dihadiri pemuda dari beberapa daerah sekitar Cirebon. Di tingkat Nasional, Syahrir menggerakan Kader pemudanya untuk segera menculik Soekarno-Hatta dan menekan mereka untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Saksi Republik Ini Berdiri

Tak banyak yang tahu, bahwa tugu berbentuk pensil yang terletak di alun-alun kejaksan Kota Cirebon dan setiap hari dilalui itu adalah sebuah monumen amat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tugu itu dibuat untuk menandai bahwa proklamasi kemerdekaan pernah dikumandangkan di tempat itu, dua hari lebih awal dari proklamasi yang dikumandangkan oleh Sukarno dan Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No 56.

68 tahun yang lalu, pada tanggal 15 Agustus 1945 teks proklamasi dibacakan di tempat itu. Sejak tahun 2010 silam, kami telah menelusuri ke pusat arsip daerah dan mendatangi beberapa orang saksi yang menyaksikan pembacaan proklamasi itu langsung.  Namun sayang, teks tersebut hilang dan tak diketahui keberadaannya sampai sekarang.

Suganda (82) -saat ini beliau sudah tiada-  salah seorang saksi hidup yang menghadiri proklamasi tersebut menuturkan bahwa ketika itu jumlah orang yang hadir sekitar 150 sampai 200 orang.

“Orang yang membacakan teks itu kepala Rumah Sakit Kesambi -nama Rumah Sakit Gunung Jati di jaman pra kemerdekaan-, (alm) Dokter Sudarsono -ayah Dr Juwono Sudarsono- namanya.” ujarnya kepada SetaraNews yang kami wawancarai di bulan Agustus tahun 2010 silam.

“Saya ketika itu hadir sebagai tentara pelajar. Saat itu, saya mendengar kabar dari senior bahwa Jepang telah kalah perang. Saat itu banyak warga yang keluar rumah dan berkumpul di jalanan sepanjang palimanan (rumahnya) menuju ke Kota (Cirebon). Merinding kalau ingat masa itu. Rakyat terlihat gembira sekaligus gelisah. Kelompok pemuda takut setelah Jepang kalah Belanda akan datang lagi.” Terangnya.

Hasil Gerakan Bawah Tanah

Menurut buku yang ditulis oleh Rudolf Mrazek berjudul Sjahrir, Bung Sjahrir mengatakan teks proklamasinya diketik sepanjang 300 kata. Teks itu bukan berarti anti-Jepang atau anti-Belanda. ”Pada dasarnya menggambarkan penderitaan rakyat di bawah pemerintahan Jepang dan rakyat Indonesia tidak mau diserahkan ke tangan pemerintahan kolonial lain,” kata Sjahrir seperti ditulis dalam buku Mrazek. Sjahrir pun mengatakan kehilangan teks proklamasi yang disimpannya.

Selain itu, menurut (alm) Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya.

Penyusunan teks proklamasi ini, antara lain, melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dikerjakan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus. Asrama Prapatan kala itu sering dijadikan tempat nongkrong para anggota gerakan bawah tanah.
Des hanya mengingat sebaris teks proklamasi versi kelompok gerakan bawah tanah: ”Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.”

Selain mempersiapkan proklamasi, Sjahrir dengan semangat tinggi mengerahkan massa menyebarkan ”virus” proklamasi. Stasiun Gambir dijadikan arena untuk berdemonstrasi. Stasiun radio dan kantor polisi militer pun sempat akan diduduki. Kala itu, Des dan sekelompok mahasiswa bergerak hendak membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir agar teks proklamasi tersebar. Usaha tersebut gagal karena Kenpeitai menjaga rapat stasiun radio tersebut.

Tapi simpul-simpul gerakan bawah tanah terus bergerak cepat, menderu-deru dari satu kota ke kota lain, menyampaikan pesan Sjahrir. Dan keinginan Sjahrir agar proklamasi Indonesia segera didengungkan itu pun sampai di Cirebon.

Notes:
Informasi lebih lengkap kunjungi http://www.sosialiscirebon.com/
Datang ke tugu Proklamasi, agar lebih meyakinkan!

Perang Kedondong, Sebuah Perlawanan Rakyat Terbesar Melawan Belanda yang Terjadi di Cirebon!

Sejarah Cirebon, Fokuscirebon.com -   Perang Jawa yaitu sebuh perlawanan rakyat terhadap penjajah yang waktu itu di pimpin oleh Pangeran Diponogoro, atau juga disebut Perang Diponogoro. Padahal, jauh sebelum itu, sudah banyak sekali pertempuran dan perjuangan oleh rakyat, seperti di Cirebon. Perang Kedondong yang terjadi di Cirebon tahun 1812-1818, merupakan perlawanan rakyat terbesar melawan penjajah. Warga Cirebon, Indramayu, Kuningan, dan Majalengka (Ciayumajakuning) banyak yang bvelum tahu. Berikut ulasannya mengenai Perang Kedondong di Cirebon, sebuah perjuangan dan perlawanan rakyat terbesar dan terlama yang pernah terjadi sepanjang sejarah melawan penjajah di Indonesia.

Era penjajahan (kolonialisasi) di Indonesia oleh Belanda yang memakan waktu kurang lebih 350 tahun (3,5 abad), tentunya tidak berjalan semulus dan semudah yang dibayangkan. Banyak perlawanan - perlawanan rakyat, baik lokal maupun nasional.  Perang Diponogo kita sering mendengar sebagai perang besar berskala nasional. Padahan, jauh sebelum itu di Cirebon sudah terjadi.

Peperang atau pemberontakan rakyat sehingga memicu perang di akibatkan ketidakpuasan rakyat terhadap ketidkadilan dan kesewenang-wenang Belanda kepada rakyat yang juga di dukung oleh orang-orang keturunan Tionghoa (China). Keadaan keraton yang juga semakin rumit dan terjadi perselisihan di internal. Akhirnya merbekak sampai penjuru desa-desa. Pangeran Raja Kanoman dan Ki Bagus Rangin, merupakan seorang tokoh pemimpin perjuangan Perang Kedondong tersebut.Permasalahan kehidupan sosial-ekonomi yang lama terpendam dan buruk ini, Sistem persewaan desa dan penarikan pajak, memunculkan pemerasan oleh residen dan orang Cina, merupakan salah satu pemicu timbulnya pemberontakan rakyat Cirebon. Akhirnya melahirkan kekuatan perlawanan menjadi besar dengan skalanya yang luas.

Pemicu Perang Kedondong


Tahun 1802-1818 adalah waktu terjadinya rentetan pemberontakan, yang meletus pertama kali tahun 1802 dan berakhir tahun 1818. Pemberontakan tidak terjadi setiap tahun, namun ada dua periode pemberontakan besar yaitu tahun 1802-1812 pemberontakan dipimpin oleh Rangin dan periode tahun 1816-1818 pemberontakan dipimpin oleh Jabin dan Nairem.

Bersama para pengikutnya Bagus Rangin melakukan pemberontakan di Cirebon, bahkan sampai meluas ke luar karesidenan Cirebon. Dalam perjalanannya selanjutnya, Bagus Rangin hendak mendirikan negara Panca Tengah dan mengangkat dirinya sebagai raja dimulai dari tahun 1802

Diawal abad 18-an, kedua Putra Panembahan Sepuh Jaenuddin II, yang baru datang dari Pondok Pesantren itu merasakan ketidak nyamanan hidup dan tinggal didalam Istana. Menurut mereka sekarang Keraton itu sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kehidupannya dulu sewaktu mereka masih kecil dan tinggal didalamnya. Hampir setiap hari sekarang selalu dipenuhi dan didominasi orang- orang bule atau inlander yang pro terhadap Pemerintah Kolonial Belanda. 

Banyak Para Pinangeran yang tidak senang dengan aturan yang sekarang, dimana Kedudukan Sultan sebagai penguasa politik itu dihapus, Sultan hanya diberikan kedudukan sebagai pengelola kesenian dan adat istiadat yang berjalan selama ini. Sultan tidak mempunyai kewenangan apa-apa, bahkan sampai pengangkatan Pangeranpun praktis tidak bisa, semuanya diatur oleh Pemerintah Kolonial Belanda, Sebagai gantinya Sultan mendapatkan subsidi atau gajih dan mendapatkan pensiun dari Pemerintah Kolonial Belanda.

Adanya aturan seperti itu praktis banyak para Pangeran yang tidak diper kenankan mendapatkan Gelar kebangsawanan dari Pemerintah Kolonial Belanda, dan Belanda mewajibkan para pinangeran yang tidak mendapatkan Besluit (SK) diharuskan menjadi Abdi Dalem yang ditugaskan Pemerintah dan Sultan untuk terjun ke masyarakat dalam rangka menangani masalah-masalah social, namun mereka tidak mendapatkan gajih dari Pemerintah. Termasuk diantara para pinangeran yang tidak mendapatkan SK itu adalah kedua putra Gusti Panembahan Sepuh Jaenuddin yakni Pangeran Penengah Abul Khayat Suryanegara dan Pangeran Idrus Surya kusuma Jayanegara atau Pangeran Aryajanegara (Gelar Pangeran itu pemberian langsung dari ayahandanya saat mereka usianya masih kecil-kecil).

Pada saat itu sekitar awal abad 18-an kedua putra mahkota itu memilih pergi meninggalkan kehidupan Keraton untuk menemui seorang ulama sufi yang sudah masyhur di daerah Cirebon dan sekitarnya Kiyai Abdul Mukhyi namanya yang kemudian dikenal dengan sebutan Ki Buyut Muji. Selang beberapa tahun kemudian mereka berdua dinikahkan dengan anak-anak gadisnya Ki Buyut Muji.

Pangeran Suryanegara dinikahkan dengan Nyai Layyinah, dan kemudian menu runkan anak cucunya di daerah Mertasinga, sementara Pangeran Jayanegara dinikahkan dengan adiknya yaitu Nyai Jamaliyah, dan menurunkan anak cucunya kebanyakan tinggal didaerah Plered Cirebon, dan sebagian ada yang di Ciwaringin.

Detik- Detik Perang Kedondong

Pangeran Suryanegara pada saat belajar/nyantri dulu adalah ahli dalam bidang ilmu alat (Nahwu, Shorof, Balaghoh, Manthiq, Ma’ani, Bayan) atau ilmu yang dijadikan salah satu syarat berijtihad dalam menentukan hokum-hukum Islam, karena yang dapat menguasai ilmu tersebut sudah mampu untuk menafsiri al-Quran dengan benar. Sementara Pangeran Jayanegara adalah ahli dalam bidang ilmu fiqih, sehingga beliau selalu berpesan kepada anak cucunya, harus menguasai ilmu fiqih, paling tidak salah satu kitab fiqih Taqrib namanya itu harus bisa dan menguasainya, agar wasiat eyang Gusti 

Sinuhun Kanjeng Sunan Gunung Jati “Ingsun Titip Tajug lan Faqir Miskin” itu bisa dilaksanakan dengan benar. Disamping itu juga Pangeran Jayanegara adalah seorang ahli dalam bidang penyusunan setrategi, sementara Pangeran Suryanegara ahli dalam membuat natijah atau kesimpulan/keputusan. Klop sudah keahlian kedua putra Panembahan Sepuh itu untuk menyusun apa saja, hasilnya sangat bagus.

Keahlian kedua Pangeran itu rupanya sampai didengar oleh kalangan Istana Keraton Kanoman, Putera Mahkota Keraton Kanoman sendiri begitu mendengar ada seseorang yang sangat piawai dalam hal penyusun setrategi itu masih dari kalangan Keraton yang pergi meninggalkan Istananya, hal ini tidak disia-siakan Putra Mahkota yang sudah sangat tidak cocok dengan semua aturan yang ada, Putra Mahkota dengan membawa tekad yang bulat menemui kedua Pangeran itu, untuk membicarakan semua unek-uneknya.

Kehadiran Putra Mahkota ditempat kediaman Kedua Pangeran secara tiba-tiba itu sangat mengejutkan Kiyai Abdul Muhyi mertuanya, namun sebagai ulama sufi Kiyai itu lebih baik diam dan menyimak saja pembicaraan mereka. dalam pertemuan itu obrolan mereka sangat menarik, karena ketiganya sama-sama ahli dalam bidang Syari’at Islam dan sama-sama anti Kolonial Belanda yang telah menyusahkan Cirebon.

Kesimpulan obrolan dalam pertemuan tersebut antara lain : pertama, sepakat perlu diadakan perlawanan, dengan alasan untuk mengembalikan kedudukan Cirebon sebagai penguasa politik dan penentu kebijakan tradisi yang bersendikan syariat Islam, kedua, sepakat hal ini akan dikonsolidasikan dengan teman-teman nyantrinya dulu, seperti mbah Muqoyyim, Jamaluddin Bukhori, Raden Atasangin, Sya’roni, Pangeran Arya Sukmadiningrat, 

Syarif Abdur Rahman warga keturunan Arab yang mengadakan kegiatan da’wahnya di wilayah Cirebon bagian Timur, dan lainnya. Ketiga, semua nama asli akan diganti dengan nama sandi, agar gerak-geriknya tidak di ketahui baik oleh pihak keraton yang pro Belanda, maupun oleh pihak Pemerintah Kolonial.

Hasil kesepakatan itu tidak disia-siakan dan langsung diberitahukan kepada teman-teman dan saudara, secara diam-diam. Setelah mereka berhasil dihubungi kemudian mereka berkumpul lagi ditempat yang sama yaitu ditempat kediaman Kedua Pangeran tersebut. Dan sekaligus malam itu juga (27 Maret 1801) tempat pertemuan itu dikukuhkan sebagai Keraton Perjuangan atau Bayangan, kemudian tersusunlah sebuah rancangan yang sangat bagus. Yakni Putra Mahkota Raja Kanoman ditunjuk sebagai Panglima tertingginya, untuk Koordinator lapangan ditunjuk Pangeran Suryanegara, untuk Penyusun setrategi ditunjuk Pangeran Jayanegara, untuk Pimpinan Daerah ditunjuk mbah Muqoyyim dan dibantu teman-temannya seperti Jamaludin Bukhori, Sya’roni, Pangeran Aryasukma Diningrat, Syarif Abdur Rahman. Sebagai pendahuluan didalam perjuangan itu koordinator daerah ditugaskan sebagai pengganggu setabilitas keamanan daerah.

Pada hari itu juga mereka langsung merubah namanya, Pangeran Penengah Abul Khayat Suryanegara dan Pangeran Idrus Suryakusumah Jayanegara, namanya dijadikan satu menjadi Suryajanegara, Jamaludin Bukhori diganti menjadi Bagus Jabin, Raden Atasangin, diganti menjadi nama panggilan atau singkatan pada saat nyantri dulu yaitu Rangin artinya Raden Atasangin, kemudian dilengkapi dengan Bagus Rangin, dan ada juga yang memanggil Raden Serangin, itu sebenarnya sama sebagai nama julukan atau wadanan (Bahasa Cirebon), dan kemudian untuk Sya’roni sendiri dirubah menjadi Serit atau Bagus Serit, karena Sya’roni itu artinya dua rambut, sehingga dulu dijuluki pada saat nyantrinya dulu dengan nama Serit (Sisir lembut untuk mencari kutu/Tuma). Sementara Aryasukma Diningrat dirubah menjadi Arsitem. Syarif Abdur Rahman diganti menjadi Bagus Sidong

Landasa setrategi mereka dalam perjuangannya disusun dalam sebuah buku yang diberi Judul “Mujarobat” nama buku panduan itu adalah kepanjangan dari “Mujahidin poro Ahlul bait/ahli Keraton” dan agar buku itu tidak diketahui orang lain maka penulisnya ditulis dengan nama “Arsiqum” didalam kitab itu banyak berisi sandi-sandi yang hanya dimengerti kalangan sendiri. 

Markas Besar pertamakali untuk menyusun setrategi perang melawan Belanda dan Pihak Keraton itu berada di Desa Tengahtani tempat tinggalnya kedua Pangeran tersebut, sekaligus dikukuhkan menjadi Keraton perjuangan (sampai saat ini nama itu masih melekat dimasyarakat, dan dijadikan sebuah nama blok yaitu blok Keraton adanya dikomplek masjid Tengahtani).

Untuk lebih memudahkan dalam berkomunikasi, dengan kedua Pangeran itu, akhirnya sepakat nama Suryajanegara itu untuk Pangeran Suryanegara, dan untuk Pangeran Jayanegaranya sendiri lebih tepat diberi nama Rancang, sesuai dengan keahliannya yaitu merancang, sehingga sampai sekarang nama itu dikenal oleh masyarakatnya yaitu Buyut Rancang.

Kehidupan mereka sehari-harinya adalah sebagai tokoh masyarakat yang disegani, punya santri, punya pengajian, dan dakwah kedaerah-daerah. Seperti Jamaludin Bukhori atau Bagus Jabin, dia punya santri jumlahnya ribuan. Raden Atasangin atau Rangin punya santrinya juga ribuan, Sya’roni atau Serrit juga mempunyai ribuan santri, mbah Muqoyyim sama, begitu juga ke dua Pangeran, masing-masing punya santri yang jumlahnya ribuan, sementara Raja Kanoman punya pengaruh sangat besar. Dan hal ini dapat dibuktikan, melalui yang bersifat kerusuhan kecil- kecilan di daerah-daerah, seperrti di Kerawang atau daerah Pantura, Majalengka, Bandung, Sume dang, Cimanuk dan beberapa daerah Cirebon.

Meski satu persatu pemimpin pemberontakan itu tertangkap, namun tidak menyurutkan perlawanan atau pemberontakan terhadap tindakan Pemerintah Kolonial Belanda, seperti yang di alami pewaris takhta Kesultanan Keraton Kanoman yang diangkat sebagai pemimpin tertinggi dalam pemberontakan karena menolak pajak yang diterapkan Belanda, yang dapat memicu pemberontakan di beberapa tempat. Pangeran Raja Kanoman kemudian tertangkap oleh Belanda dan dibuang ke benteng Viktoria di Ambon, dilucuti gelarnya, serta dicabut haknya sebagai Sultan Keraton Kanoman. Namun karena perlawanan rakyat Cirebon tidak juga reda, Belanda akhirnya membawa kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon dalam upaya mengakhiri pemberontakan.

 Status kebangsawanan Pangeran Raja Kanoman pun dikembalikan, namun haknya atas Kesultanan Keraton Kanoman tetap dicabut. Sekembalinya ke Cirebon, pada 1808, Pangeran Raja Kanoman tinggal di kompleks Gua Sunyaragi dan bergelar Sultan Amiril Mukminin Muhammad Khaerudin atau Sultan Carbon, walaupun tidak memiliki keraton. Sampai wafat nya pada 1814, Sultan Carbon tetap konsisten dengan sikapnya dengan menolak uang pensiun dari Belanda.

Begitu juga Bagus Rangin tokoh masyarakat dari Bantarjati Majalengka, yang menentang dan memimpin pemberontakan melawan Belanda pada Perang Cirebon tahun 1805-1812. Pada 1805 pertempuran pecah di daerah Pangumbahan, juga terjadi lagi di daerah Karesidenan Cirebon dan pantai utara Jawa. Pasukan Bagus Rangin yang berkekuatan ± 10.000 orang kalah dan terpaksa mengakui keunggulan Belanda. Tanggal Bagus Rangin menerima hukuman penggal kepala di Cimanuk dekat Karangsembung Cirebon. Nama Bagus Rangin saat ini diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Bandung dan Cirebon.

Sumber:
Wikipedia Indonesia
Facebook.com

Ini Daftar Nama Orang Cirebon yang Jadi Mentri Setiap Periode Pemerintahan RI, Siapa Saja?

Tokoh Cirebon, Fokuscirebon.com - Percaya atau tidak, Cirebon dan sekitarnya seperti Indramayu, Kuningan dan Majalengka, merupakan daerah yang setiap periodenya menciptakan generasi-generasi pemimpin di Republik Indonesia. Terbukti dengan selalu adanya kursi mentri yang di duduki warga Cirebon setiap periode pemerintahan mulai dari awal mula berdirinya Indonesia sampai saat ini. Siapa saja mentri-mentri asal Cirebon tersebut? Ini dia ulasannya Guys!

Sebelum membahas ke sosok profil mentri-mentri tersebut, kalian harus tahu, bahwa tokoh-tokoh tersebut merupakan orang berpengaruh di Cirebon dan Indonesia. Misalnya ada yang memproklamasikan pertama kali sebelum Soekarno dibuktikan dengan tugu proklamasi di depan alun-alun Kejaksan Cirebon, sampai mendirikan Rumah Sakit Gunung Djati Cirebon (RSGJ). Ini dia guys, profil singkat mentri-mentri asal Cirebon dan sekitarnya:


Dokter Soedarsono Mentri Era Kemerdekaan

Dokter Soedarsono merupakan putra daerah asli Cirebon, yang dimana pada saat perjuangan revolusi kemerdekaan merupakan salah satu tokoh politik sekaligus pejuang nasional di bawah garis kaderisasi Sutan Syahrir (Perdana Mentri Pertama RI). Dr. Soedarsono merupakan kader yang dibina langsung oleh Syahrir, dan pada saat Jepang menyerah pada sekutu pada tangga 14-15 Agustus 1945, Dr Soedarsono membacakan teks proklamasi pertama kali sebelum Soekarno pada tanggal 15 Agustus tersebut di alun-alun Kejaksan. Momentum tersebut di abadikan dengan adanya tugu proklamasi berbendul pensil di depan alun-alun Kejaksan Kota Cirebon.

Selain itu, Dr. Soedarsono merupakan orang yang mendirikan rumah sakit ternama di Cirebon, yang kita kenal saat ini dengan sebutan Rumah Sakit Gunung Djati (RSGJ). Dr. Sudarsono adalah Menteri Sosial dalam Kabinet Sjahrir I sejak 5 Desember 1945 - 12 Maret 1946 menggantikan Dr. Adji Darmo Tjokronegoro, Menteri Sosial sebelumnya [1] dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Dalam Kabinet Sjahrir II[2] serta Menteri Negara dalam Kabinet Sjahrir III masa kerja 2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947

Prof. Dr. Ir. Zuhal MSc EE Mentri Era Reformasi

Mentri-Mentri Asal Cirebon dan Sekitarnya

Bukan hanya sebagai politisi, Prof. Zuhal merupakan seorang akademisi yang sangat berpengaruh di Indonesia. Ia merupakan guru besar Teknik Elektro ITB dan Universitas Indonesia (UI). Pendidikan tingginya ditempuh di ITB, University of Southern California, dan University of Tokyo.

Di bidang Riset dan Pengembangan Teknologi, ia pernah menjabat Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Ketua Dewan Riset Nasional (DRN). Di bidang korporat, ia pernah bertugas menjadi Direktur Utama (CEO) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), saat terjadi krisis listrik tahun 1992–1995. Sedangkan sebagai Pejabat Negara, ia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Meneg Ristek) pada Kabinet Reformasi, setelah sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur Jendral Listrik dan Pengembangan Energi.

Dengan pengalamannya berkiprah di ranah akademis, bisnis, dan pemerintahan (triple helix) itu,ia merupakan salah seorang pendorong kuat terwujudnya Sistem Inovasi Nasional (SINAS) di Indonesia. ia adalah mantan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) dan mantan Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN).[3] Zuhal adalah Guru Besar Elektroteknik pada Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (FT-UI).

Juwono Sudarsono
Mentri-Mentri Asal Cirebon dan Sekitarnya

Memiliki benih dari ayahandanya yang juga merupakan pejuang sekaligus mantan mentri (Baca: Dr. Soedarsono), Juwono Sudarsono merupakan satu-satunya orang Cirebon yang berhasil menjabat sebagai mentri di era 5 Presiden sekaligus. Mulai dari Soeharto, Habibi, Gus Dur, Megawati, sampai SBY. Tidak hanya itu, Juwono pun merupakan wara sipil pertama yang menjadi Mentri Pertahanan.

Ia mendapatkan gelar kesarjanaan dari Universitas Indonesia dan selanjutnya gelar Ph.D. dari London School of Economics and Political Science. Dalam Kabinet Reformasi Nasional semasa pemerintahan Presiden BJ Habibie, Juwono Sudarsono menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional, kemudian pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid dipercaya sebagai Menteri Pertahanan (1999-2000). Selanjutnya diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Inggris hingga tahun 2004. Pada tanggal 21 Oktober 2004 dilantik kembali sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Bersatu di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai 2009.

Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS
Mentri-Mentri Asal Cirebon dan Sekitarnya

Pria yang satu ini, meskipun lahir bukan di Cirebon, namun kecil hingga dewasanya tinggal di Cirebon, tepatnya yaitu di Gebang, Kabupaten Cirebon. Rokhmin Dahuri merupakan  Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong. Ia meraih gelar sarjana pada tahun 1982 dari Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan gelar doktor dari School for Resources and Environmental Studies Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia, Kanada pada tahun 1991. Saat ini ia menjabat sebagai Dewan Pimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Ketua DPP PDI-P).










Dr(Hc). Helmy Faishal Zaini, S.T., M.Si


Mentri-Mentri Asal Cirebon dan SekitarnyaPria yang satu ini merupakan putra daerah asli Cirebon, yaitu Cirebon Timur, Desa Babakan Gebang, Kabupaten Cirebon. Ia adalah seorang politisi Indonesia yang menjadi Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu II jaman SBY. Ia berhenti dari kursi menteri setelah terpilih menjadi Anggota DPR periode 2014-2019. Selain itu Ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada periode 2004-2009 dari Partai Kebangkitan Bangsa.

Saat ini ia menjabat sebagai anggota DPR RI, dan merupakan orang yang berpengaruh di lingkungan Nahdatul Ulama (NU). Semenjak ia terpilih menjadi Sekjend PBNU ia melepskan jabatannya di Partai Kesatuan Bangsa (PKB).

Prof. Yuddhi Chrisnandi


Mentri-Mentri Asal Cirebon dan Sekitarnya

Ia merupakan alumnus dari SMAN 1 Kota Cirebon,  saat ini Ia menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia pada Kabinet Kerja (2014–2019). Sebagai politikus, ia pernah menjabat sebagai anggota DPR pada periode 2004–2009 dari Partai Golongan Karya  dan periode 2009–2014 dari Partai Hati Nurani Rakyat.

Awal tahun 2016, Yuddy merilis kinerja akuntabilitas kementerian dan lembaga-lembaga negara. Sejumlah kementerian diberi nilai dan diberi peringkat. Ada yang mendapat nilai tertinggi seperti Kementerian Keuangan. Akan tetapi, ada juga yang mendapat nilai paling rendah, yakni Kejaksaan Agung. Yuddy mengatakan, dapat diketahui sejauh mana tingkat akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas hasil penggunaan anggaran.

Anies Baswedan

Mentri-Mentri Asal Cirebon dan Sekitarnya

Nah, kalo yang satu ini bukan orang Cirebon, tapi orang Kuningan. Hemm, Kuningan dan Cirebon sama saja, masih mencakup dalam satu kawasan. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; umur 47 tahun[1]) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke-26 Era Jokowi-Jk. Ia adalah seorang intelektual dan akademisi asal Indonesia. Cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan, ia menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat menjadi rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.

Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid. Anies mulai mengenyam bangku pendidikan pada usia 5 tahun. Saat itu, ia bersekolah di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia enam tahun, Anies masuk ke SD Laboratori, Yogyakarta. Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia ikut mencalonkan diri menjadi calon presiden lewat konvensi Partai Demokrat.

 
 Nah itulah orang-orang keturunan asli putra daerah Cirebon yang berhasil mengisi panggung Nasional sampai Internasional. Hemm, emang belum sampai ada yang menjadi Presiden sih. Tapi kita doain saja ya Sob, semoga ada orang-orang Cirebon yang terus mengeluarkan regenerasinya untuk menjadi seorang pemimpin yang adil, amanah , bisa memberikan manfaat dan kemajuan serta kesejahteraan sosial bagi Cirebon khususnya, dan Indonesia pada umumnya

Suku Bangsa Cirebon, Berbeda dengan Suku Jawa Maupun Suku Sunda

 Sejarah, Fokuscirebon.com - Sebagian orang, bahkan mungkin orang Cirebon dan sekitarnya sendiri mengira bahwa Cirebon termasuk kedalam suku Sunda ataupun Suku Jawa. Hal itu tidak lah salah, mungkin karena ketidak tahuan asal usul dan sejarah Cirebon. Padahal Cirebon merupkan suatu suku bangsa tersendiri yang tercipta dari akulturasi budaya. Cirebon sebagai sebuah suku memiliki bahasa tersendiri, adat istiadat sendiri, dan berbagai kesenian serta budaya tersendiri. Tidak percaya? Simak pembahasannya dibawah ini guys.

SUKU BANGSA CIREBON

Suku cirebon adalah perpaduan antara 2 suku besar yaitu suku jawa dan suku sunda akulturasi ke 2 suku tersebut melahirkan suku yang mandiri yaitu suku cirebon
Sejak dahulu hingga sekarang suku cirebon adalah suku yang berbeda dari jawa dan suku sunda hal itu terlihat dari jejak sejarah yang termuat dan terungkap dalam kitab Purwaka Caruban Nagari
Nama cirebon berasal dari kata Sarumban yang jika di ucapkan maka menjadi Caruban seiring perkembangan caruban berubah menjadi Carbon..Cerbon dan akhirnya menjadi Cirebon

Sarumban memiliki arti Campuran maka Cirebon berarti campuran. Orang atau etnis cirebon atau suku bangsa cirebon adalah kelompok etnis yang tersebar di sekitar kota cirebon dan kabupaten cirebon.kabupaten Indramayu Kabupaten Majalengka sebelah utara atau biasa di sebut sebagai wilayah " Pakaleran ". Kabupaten kuningan sebelah utara kabupaten subang sebelah utara mulai dari Blanakan pamanukan hingga Pusakanagara dan sebagian pesisir utara kabupaten karawang mulai dari pesisir Pedes hingga Cilamaya di provinsi jawa barat Dan di sekitar kecamatan losari kabupaten brebes jawa tengah Berjumblah sekitar 1,9 juta

Masyarakat suku cirebon memeluk agama islam..bahasa yang di tuturkan oleh orang cirebon adalah gabungan dari bahasa jawa sunda arab dan china yang mereka sebut sebagai bahasa cirebon
Mereka juga memiliki dialek sunda tersendiri yang di sebut bahasa sunda cirebon
Pada mulanya keberadaan etnis atau orang cirebon selalu di kaitkan dengan keberadaan suku sunda dan jawa namun kemudian eksistensinya mengarah pada pembentukan budaya tersendiri mulai dari ragam batik pesisir yang tidak terlalu mengikuti pakem keraton jawa atau biasa di sebut batik pedalaman

Hingga timbulnya tradisi tradisi bercorak islam sesuai dengan di bangun nya keraton cirebon pada abad ke 15 yang berlandaskan islam 100%. Eksistensi dari keberadaan suku atau orang cirebon yang menyebut dirinya bukan suku sunda atau pun suku jawa akhirnya mendapat jawaban dari Sensus penduduk tahun 2010Di mana pada sensus penduduk tersebut tersedia kolom khusus bagi suku bangsa cirebon. Hal ini berarti keberadaan suku bangsa cirebon telah di akui secara nasional sebagai sebuah suku tersendiri

Indikator itu (Suku Bangsa Cirebon) dilihat dari bahasa daerah yang digunakan warga Cirebon tidak sama seperti bahasa Jawa atau Sunda. Masyarakat Cirebon juga punya identitas khusus yang membuat mereka merasa sebagai suku bangsa sendiri. Penunjuk lainnya yang mencirikan seseorang sebagai suku bangsa Cirebon adalah dari nama-namanya yang tidak seperti orang Jawa ataupun Sunda. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut yang bisa menjelaskan tentang karakteristik identik tentang suku bangsa Cirebon. Untuk menelusuri kesukuan seseorang, hal itu bisa dilakukan dengan garis keturunan ayah kandungnya. Selain itu, jika orang itu sudah merasa memiliki jiwa dan spirit daerah itu (daerah suku bangsa cirebon) maka dia berhak merasa sebagai suku yang dimaksud.

Keunikan Bahasa Cirebon

Bahasa Cirebon yang unik ini dikarenakan daerah Cirebon yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya sunda Kuningan dan sunda Majalengka. Selain itu juga karena dipengaruhi oleh budaya China, Arab, dan Eropa. Semua itu terbukti dengan adanya kata ‘Taocang” yang merupakan serapan bahasa China yang berarti kuncir, kata “Bakda” yang merupakan serapan bahasa arab yang berarti setelah, kata “Sonder” dari bahasa Eropa yang berarti tanpa. Bahasa Cirebon juga mempertahankan bentuk-bentuk bahasa kuno Jawa, misalnya “isun” yang berarti saya, kata “sira” yang berarti kamu. Semua bahasa tadi sudah tidak digunakan lagi oleh Jawa baku.

Keunikan Cirebon yang lain adalah kesenian dan kerajinannya yang berlimpah. Kesenian dan kerajinan itu diantaranya kesenian tari Topeng, Sintren, Batik, Kesenian Gembyung, Lukisan kaca, Topeng Cirebon, dan Sandiwara Cirebonan. Salah satu kerajinan Cirebon yang memiliki khas yang terkenal adalah dengan motif Mega Mendung.

Featured

Recent Posts Widget