Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!

Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!
Kesenian, Cirebon, FokusCirebon.com - Setiap tahunnya, Cirebon biasa menjadi tuan rumah Festival Seni dan Budaya. Festival tersebut dijadikan ajang untuk memperkenalkan budaya Jawa Barat kepada Domestik maupun dunia International. Tidak lain, Festival Seni dan Budaya tersebut di beri nama GOTRASAWALA. Tahun ini, Cirebon menjadi tuan rumah untuk bisa kembali menggelar festival akbar tersebut. Adapun Festival GOTRASAWALA 2016 kali ini akan diselenggarakan pada tanggal 12-14 Agustus. Berikut ulasan mengenai GOTRASAWALA dan Jadwal Festival Seni dan Budaya GOTRASAWALA.


SEJARAH AWAL MULA GOTRASAWALA (KUNO)

Festival Gotrasawala yang kembali dikumandangkan pada zaman moderen ini bukanlah sebuah festival akbar yang pertama kali. Sejarah telah mencatat, bahwasannya awal mula adanya gotrasawala berkaitan erat dengan cerita atau sejarah mengenai PANGERAN WANGSAKERTA, yang kemudian membuah naskah kuno dengan nama NASKAH WANGSAKERTA.

Naskah Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta". Menurut isi Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa (bagian) V sarga (jilid/naskah) 5 yang berupa daftar pustaka, setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah, yang 1213 di antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya. Naskah kontroversial ini kini tersimpan di Museum Sejarah Sunda "Sri Baduga" di Bandung.

Dalam pengantar setiap naskah Wangsakerta selalu diinformasikan mengenai proses dibuatnya naskah-naskah tersebut. Panitia--yang dipimpin oleh Pangéran--Wangsakerta ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan/amanat ayahnya, Panembahan Girilaya, agar Pangeran Wangsakerta menyusun naskah kisah kerajaan-kerajaan di Nusantara.

 Panitia didirikan untuk mengadakan suatu GOTRASAWALA (simposium/seminar) antara para ahli (sajarah) dari seluruh Nusantara, yang hasilnya disusun dan ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal sebagai Naskah Wangsakerta. Gotrasawala ini berlangsung pada tahun 1599 Saka (1677 M), sedangkan penyusunan naskah-naskahnya menghabiskan waktu hingga 21 tahun (selesai 1620 Saka, 1698 M).

GOTRASAWALA KINI

Gotrawala saat ini, tidak jauh berbeda dengan maksud dan tujuan seperti pada awal mula berdirinya. Gotrasawala platform festival international, karena memang dihadiri tidak hanya oleh ahli sejarah, seni dan budaya yang ada di Nusantara. Melainkan dihadiri pula oleh para ahli yang namanya terpangpang dalam panggung dunia Intternational.

Tujuan dari adanya Gotrasawala yaitu ingin memperkenalkan sejarah, seni, dan budaya yang ada di Jawa Barat kepada dunia International. Selain itu, dengan adanya festival international tersebut bisa memantik para wisatawan asing maupun wisatawan domestik untuk berkunjung ke Cirebon dan daerah Jabar lainnya. Dengan begitu para wisatawan bisa mengetahui objek-objek wisata yang ada di Cirebon (dan Jabar) untuk mengetahui lebih lanjut sisi lain, entah dari nilai sejarah, budaya mapun seninya.

Pameran Gotrasawala akan menampilkan kehidupan sehari-hari dari Sultan Cirebon dalam tradisi budaya pengadilan sekitarnya nya. Akan ada pameran utama kualitas hebat tradisi Batik pengadilan Cirebon khusus dirancang oleh tukang Batik lokal terkenal, Mr. Komarudin Kudiya. Pameran ini akan berlangsung di kompleks Kasepuhan Court.

JADWAL FESTIVAL GOTRASAWALA CIREBON 2016

12 Agutus 2016
1. Malam Pembukaan
Festival Gotrasawala Persembahan Dari Cirebon untuk Dunia, Ini Jadwal tahun 2016!(Bertempat di Keraton Kasupuhan dan Taman Air Sunyaragi)
- Jamuan Makan Malam (Khusus Untuk Undangan)
- Penampilan dari Tarian Sakral Bedaya Pakungwati
- Pameran Pusaka Keraton Kasepuhan
- Penampilan dari KRAKATAU BAND (Trie Utami & Dwiki Darmawan)

13 - 14Agustus 2016
2. Seminar-Seminar Festival Gotrasawala
-  Launching buku: Tarumanegara, Sebuah Kerajaan yang Terlupakan
- Seni Kontemporer Pesisir Jawa Barat
-  Seni Drama (teater) (Tentang Budaya Cirebon) di Gedung Nyi Mas Rarasantang
- Festifal Rakyat (13 Agutus) di Sunyaragi dengan serangkaian acara sebagai berikut
    a. Pameran kerajinan dan kuliner khas Cirebon
    b. Pertunjukan
    c. JACKLOTH
    d. Fashion Show bersama Imam Priatna

Notes:
Sebarkan informasi diatas jika dirasa penting, apabila diarasa kurang jelas, silahkan tinggal komentar dibawah.
Tonton Video di bawah ini agar Anda lebih Bangga dan Cinta terhadap Seni, Budaya dan Sejarah Cirebon dan Jawa Barat!



Wisata Cirebon: Malang Sekali Nasib Situs Pejambon, Potensi Besar yang Terabaikan!

Situs peninggalan sejarah kuno yang berpotensi menjadi objek wisata di Cirebon

CIREBON,  Wisata, Fokuscirebon.com - Cirebon memang memiliki sejarah panjang dalam pendiriannya sebagai suiatu daerah. Mulai dari sejarah Islam, sampai sejarah Pra Islam, cirebon memegang peranan penting dalam peradaban tersebut. Hal ini, dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan arca dan artevak dari masa Pra-Islam yang dinamakan Situs Pejambon. Padahal, melihat dari sejarahnya, situs tersebut memiliki potensi dan daya tarik wisatawan yang memikat perhatian, bisa dijadikan salah satu objek wisata untuk Cirebon dan sekitarnya.

Selama ini kita mengira bahwa yang memiliki situs purbakala, atau situs arkeologi hanya didaerah tertentu, seperti Bali dan Yogyakarta. Bicara sejarah arkeologi, Cirebon tidak bisa dilewatkan begitu saja. Apalagi, untuk kalian pecinta wisata sejarah dan religi, situs pejambon ini salah satu yang bisa dijadikan sasaran. Dalam situs tersebut terdapat puluhan arca, bisa dibilang juga peninggalan arkeologis yang berada di Cirebon.
Peninggalan Sejarah kuno yang bisa dijadian potensi objek wisata di Cirebon
Situs, mau bagaimanapun, merupakan peninggalan sejarah. Kalo kata Soekarno sih, " Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan Sejarahnya,". Ya, seperti Situs Pejambon yang terletak di  Blok Pejambon Lor, Kelurahan Pejambon, Kecamatan Sumber berjarak sekitar 3 km sebelah timur laut ini merupakan peninggalan sejarah yang harus di rawat dan dilestarikan keberadaannya.

Salah satu peninggalan sejarah penting yang tidak disadari itu adalah sisa-sisa artefak sejarah yang masih ada, berasal dari masa pra Islam. Lebih tepatnya, masa di mana agama Sanghyang, Hindu, dan Budha sedang dianut. Ialah arca-arca yang berada di situs Pejambon.Pada mulanya situs tersebut ditemukan sekitar tahun 1960-1970 (Orde Baru) di tempat yang berbeda - beda dengan total jumlah kurang lebih 80 artefak.
peninggalan sejarah kuno yang menjadi potensi untuk objek wisata di Cirebon
Namun, akibat tidak terawat dan tidak dianggao keberadaannya, banyak artefak dan arca yang hilang. Saat ini, yang tersisa kurang lebih berjumlah 25. Tidak hanya itu, persoalan selanjutnya yaitu Terdapat koleksi tiga arca yang diberi keterangan dari Pejambon di Museum Sri Baduga Bandung ditulis berasal dari zaman Megalitikum, arca-arca tersebut dinyatakan sebagai figur nenek moyang atau leluhur.

Namun, setelah dikonfirmasi, arca yang berada di Museum Sri Baduga ternyata arca replika. Jadi kemungkinan besar arca-arca yang “asli” masih berada di situs Pejambon, Cirebon saat ini dan berada di beberapa tempat, entah berada di mana. Permasalahan yang kedua adalah, bangunan yang didirikan di atas tanah pemerintah kabupaten ini tidak terurus bahkan terabaikan. Kondisi kaca-kaca jendela yang berantakan dan membahayakan, kemudian kondisi arca itu sendiri mengalami pengrusakan secara orisinalitasnya dan kesimpang-siuran sejarah arca itu sendiri.

Melihat dari segi sejarah dan arkeologisnya, situs pejambon, apabila di pelihara, di lesatarikan, dan disosialisasikan keberadaannya kepada masyarakat luas sebagai sebuah objek wisata merupakan sebuah potensi besar yang bisa menarik wisatawan untuk datang ke Cirebon. Bagi kalian warga Cirebon, harus tahu peninggalan sejarah ini, sebagai kearifan lokal yang pernah ada di Cirebon sejak zaman kuno.

Bagi warga di luar Cirebon, kunjungilah Situs Pejambon jika anda sekalian ingin berwisata di Cirebon dan sekitarnya. Untuk menuju lokasinya pun tidak sulit, bahkan gratis. Cocok sekali untuk kalian yang ingin mengabadikan momen kembali kemasa silam. Cintailah budaya dan sejarah kita Sob, disitu tersimpan makna yang bisa dipetik untuk pelajaran hidup.



Sejarah Tarling Cirebon: Mulai Dari Dianggap Sebelah Mata Sampai Akhirnya Mendunia!

Sejarah Tarling Cirebonan
Cirebon, Fokuscirebon.com - Tarling merupakan kesenian khas dari wilayah pesisir timur laut Jawa Barat (Jatibarang, Indramayu-Cirebon dan sekitarnya). Bentuk kesenian ini pada dasarnya adalah pertunjukan musik, namun disertai dengan drama pendek. Nama "tarling" diambil dari singkatan dua alat musik dominan: gitar akuistik dan suling. Selain kedua instrumen ini, terdapat pula sejumlah perkusi, saron, kempul, dan gong. Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya popular. 
Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama. Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer. Tarling dangdut lebih tepat disebut dangdut Cirebon.

Siapa yang tidak kenal dengan lagu warung pojok? Sebuah lagu yang telah diangkat menjadi satu lagu wajib peserta Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA), setiap 17 Agustus di Jakarta. Lagu dari daerah Cirebon ini diciptakan oleh seorang seniman Tarling. Sekalipun liriknya telah digubah ke dalam bahasa Indonesia, melodi musiknya masih tetap utuh.
Seni Tarling merupakan kesenian khas Cirebon dan Indramayu. Kesenian yang lahir sejak Indonesia dijajah oleh Belanda sekitar abad ke-19 ini, kini menjadi kesenian yang digemari masyarakatnya; terutama masyarakat Cirebon dan Indramayu.Istilah Tarling, merupakan sebuah singkatan dari nama alat musik pokok dalam penampilannya. Tar berasal dari kata ‘Gitar’ sedang ling berasal dari kata ‘Suling’. Sebagai seni teater rakyat materi tarling terdiri dari :
Seni Musik; Sebagai seni musik alat musiknya terdiri atas Gitar sebanyak 3 buah, gitar melodi, gitar pengiring dan bas gitar; sebuah suling Cirebon (di priangan disebut bangsing) yang dibuat dari bambu tamiang dengan diberi lubang sebanyak 6; seperangkat kendang (kendang besar dan kulanter); tutukan (kenong); sebuah gong; 1 set kecrek; sebuah tamborine; dan sebuah organ.
Penyanyi; Penyanyi Tarling terdiri dari penyanyi wanita (pesinden) dan penyanyi pria (wira swara). Pemeran Lakon; Sebagaimana halnya teater-teater rakyat yang hidup di Jawa Barat, dalam pementasan Tarling biasa diselingi sajian Lakon. Lakon cerita tersebut diperankan oleh pemeran khusus disamping para pemain musik dan penyanyi. Jumlah pemainnya disesuaikan dengan keperluan lakon yang akan dipentaskan. Terman lakonnya tidaklah terlalu berat, isinya hanya lukisan kehidupan masyarakat sehari-hari yang mudah dicerna oleh masyarakat pada umumnya. Untuk itu pemainnya pun tidak begitu banyak.
Sejarah Tarling Cirebonan


    Pelawak; Pelawak juga disajikan oleh grup Tarling yang bersangkutan. Pelawak-pelawak tersebut bertugas pula sebagai pembantu dialog dramanya. Dalam Pementasan seni Tarling ini menyajikan empat materi seni yaitu: 1. Sekar Gending, 2. Seni Drama, 3. Seni Lawak, Sedangkan medium utama bahasanya menggunakan bahasa Cirebon atau Indramayu, dan 4. seni Tari.

Penyanyi terkenal Tarling adalah antara lain: Aam Aminah, Nyi Dadang Darniah Biduanita Tarling Grup Endang Darna dari palimanan Cirebon.Pada umumnya seni Tarling dipentaskan terutama dalam acara hajatan masyarakat, baik pesta perkawinan maupun khitanan.(89.2/CR)
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara (pantura), terutama Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, kesenian tarling telah begitu akrab. Alunan bunyi yang dihasilkan dari alat musik gitar dan suling, seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur. Meski telah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat, tak banyak yang mengetahui bagaimana asal-usul terciptanya tarling. Selain itu, tak juga diketahui dari mana sebenarnya kesenian tarling itu terlahir. Untuk membuka perjumpaan kita, mari kita dengarkan sebuah alunan musik tarling khas Cirebon yang popular pada tahun 80-an berjudul "Pemuda Idaman" dinyanyikan Itih. S.
Namun yang pasti, tarling merupakan kesenian yang lahir di tengah rakyat pantura, dan bukan kesenian yang 'istana sentris'. Karenanya, tarling terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tidak terikat ritme serta tatanan tertentu sebagaimana seni yang lahir di tengah 'istana'. Sebelum 'resmi' bernama tarling, kesenian ini dikenal dengan sebutan 'melodi kota ayu' di Kabupaten Indramayu, dan 'melodi kota udang' di Cirebon. Pada 17 Agustus 1962, ketua Badan Pemerintah Harian (BPH, sekarang DPRD) Kabupaten Cirebon, menyebut kesenian itu dengan sebutan tarling. Nama tarling itu diidentikkan dengan asal kata 'itar' (gitar dalam bahasa Indonesia) dan suling (seruling). Versi lain pun mengatakan bahwa tarling mengandung filosofi "yen wis mlatar kudu eling" (jika sudah berbuat negatif, maka harus bertaubat). Baiklah pendengar VOI, inilah alunan musik Tarling klasik yang sangat sulit di temui saat ini.
Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan kiser Dermayonan dan Cerbonan itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an. Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Bahkan pada 1935, alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi. Perkembangan musik di Indonesia dan masyarakatnya yang semakin global membuat para seniman Tarling memikirkan kelanjutan dari seni tradisional tersebut.
Sebuah cara mengkolaborasikan dengan warna musik lain adalah pilihannya. Dangdutpun dipilih oleh para seniman Tarling untuk dilebur ke dalam seni tradisional Tarling. Hasilnya masyarakat Indonesia saat ini mengenal seni musik Tarling-dangdut. Sebagian seniman Tarling di cirebon menilai bahwa peleburan ini merusak sedikit demi sedikit seni Tarling klasik namun rupanya kebutuhan hidup tidak dapat diingkari untuk dipenuhi. Tarling selamanya tidak akan bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir Pantai Utara. Untuk menutup perjumpaan kita, mari kita dengarkan sebuah alunan musik tarling klasik berjudul "Banyu Urip" hasil karya Embi. C. Noer. Selamat mendengarkan dan sampai jumpa pada Pelangi Nada edisi musik tradisional berikutnya.
Para pengusaha hotel dan jasa lain di Kota Cirebon diimbau memperdengarkan lagu-lagu tarling Cirebon kepada pengunjung atau wisatawan yang datang. Musik tarling, dipandang otoritas terkait kalah pamor dibanding dangdut pantura. Dengan memperdengarkan tarling, para wisatawan atau pengunjung dapat lebih mengenal jenis lagu satu ini sebagai musik khas Cirebon.

"Kami sudah membuat dan mengedarkan surat imbauannya,” ungkap Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Cirebon, Dana Kartiman.
Kesenian tarling bahkan cukup banyak, seperti macapatan, gamelan renteng, tarling gamelan sekaten, angklung bungko, dan lainnya. Dia pun berharap pihak terkait, baik pengelola hotel, restoran, dan pengelola jasa wisata lain, dapat turut aktif melestarikan kesenian tarling Cirebon.



Lukisan Kaca Khas Cirebon, Sebuah Maha Karya Seni yang Tercipta dari Proses Budaya!

Lukisan Kaca Khas Cirebon
Lukisan Kaca Khas Cirebon
Cirebon, fokuscirebon.com - Bagi semua orang yang pergi merantau ke Ibu Kota, atau ke kota-kota besar lainnya, kalau melewati jalur pantura, tentu tidak asing lagi di telinga dengan suatu nama yang di sebut Cirebon. Ya, suatu daerah yang di kenal dengan sebutan Kota Wali, atau Caruban Negari.

Kenapa di sebut Caruban Negari (Negeri campuran), ya karena berbagai macam adat istiadat, tradisi, budaya, hingga karya seni ada di Cirebon. Sangat disayangkan apabila hanya melintasi, atau cuman mampir dan transit di rest area pom bensinnya saja.

Berbagai kreasi hasil inovasi dari tangan-tangan kreatif akibat proses busaya yang begitu panjang, sehingga lahirlah sebuah karya seni yang menjadi khas, yaitu seni lukis, dengan medianya berupa kaca. Bagaimana mungkin bisa melukis di di kaca? Bagaimana cerita dan sejarahnya sehingga ada lukisan kaca di Cirebon?

Cirebon itu unik sob, coba kalian mampir ke sini, tinggal berlama-lama, beda gang udah beda bahasa dan logatnya, apalagi yang beda desa. Jadi disebutnya caruban (campuran), bukan oplosan tapinya sob, haha. Apa aja disini ada sob, termasuk lukisan kaca.

Mengenai lukisan kaca khas Cirebon ini dikenal sejak abad ke 16 pada masa kejayaan Kasultanan Cirebon sob. Cuman untuk siapa yang memperkanalkan pertama kali, atau siapa yang membawanya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah dan budayawan sampai seniman.

Yang jelas, lukisan kaca ini, terbentuk oleh arus waktu dan zaman. Cerminan Cirebon sebagai Caruban Nagari, sebagai Kota Wali, ada di dalam karya seni Lukisan Kaca ini. Kenapa kaca, iya karna kaca tempat untuk bercermin dan membenahi diri.

Tidak hanya dari segi karya seninya yang memiliki nilai tinggi, namun dari segi filosofinya pun bernilai adiluhur sob. Kalian semua bisa mempelajarinya di Cirebon, sampai menjadikannya oleh-oleh atau kenangan buat si doi sob.

Sejarah seni dan budaya lah yang menghasilkan maha karya seni ini sob. So, jangan sampai kita melupakan sejarah sob. Karya-karya sejarah dan kesenian hingga kemewahan budayanya patut kita apresiasi, walaupun sebatas oleh-oleh atau hiasan dinding.

Jangan lupa, kalau lewat mampir untuk lebih mengenal Cirebon. Kalo yang asli Cirebonnya jangan lupa juga, jaga dan rawat warisan leluruh kita. Disitu terdapat sejuta makna akan adanya Cirebon sebagai tempat kita lahir dan di besarkan.

Sekian sekilas Info mengenai lukisan kaca khas Kota Udang. Jangan lupa like and share, wong Cirebon kudu weru.

Wayang Kulit Cirebon, Dari Cerita, Khazanah, Budaya, sampai Filosofi Hidup!

Sejarah dan Carita Wayang Kulit Cirebon


Cirebon, Fokuscirebon.com - Melihat sejarah budaya di Nusantara, terutama dalam penyebaran agama Islam tidak lepas dari peran Wali Songo. Salah satunya dengan menggunakan perantara seni Wayang Kulit. Cirebon, memiliki cerita dan khazanah sendiri mengenai pentas seni pertunjukan ini, tanpa menghilangkan nilai luhur dan filosofi yang luar biasa dalam setiap pementasan wayang kulit asli Cirebonan. Apa bedanya wayang kulit Cirebon dengan wayang di Nusantara? Bagaimana cerita, atau sejarah adanya seni Wayang Kulit di Cirebon?


 Para budayawan cirebon sepakat bahwa eksistensi wayang kulit cirebon bermula dari kedatangan Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari sembilan wali atau biasa disebut Wali Sanga dalam bahasa Cirebon dimana Sunan Gunung Jati atau Sunan Jati sebagai ketuanya. Datangnya Sunan Kalijaga ke wilayah Cirebon bertujuan untuk menyebarkan dakwah islam dan media yang digunakan oleh Sunan Kalijaga pada waktu itu diantaranya adalah Wayang Kulit. Dalam budaya Cirebon terutama dalam budaya pedalangannya, Sunan Kalijaga dipercaya pada waktu itu disebut sebagai Ki Sunan Dalang Panggung, namun dalam versi yang lain Ki Sunan Dalang Panggung ini dipercaya sebagai Syekh Siti Jenar dan bukannya Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga ini pula yang memperkenalkan Suluk atau Syair 'Malang Sumirang yang merupakan suluk khas Cirebon.

 Berdasarkan musium wayang Cirebon juga memiliki Wayang Kulit yang mendapat pengaruh langsung dari Demak ketika para Wali Songo masih hidup. Bentuk tatahan halus, warna cat kehijauan, sedang ciri khasnya adalah pakaian. Batara Narada, Batara Kala tidak memakai baju atau telanjang dada, tidak seperti wayang kulit Purwa dari Surakarta dan Yogyakarta, dimana para Dewa memakai baju. Wayang Cirebon, pakem wayang ini mengambil ceritera dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang telah diperbarui dan disesuaikan dengan dasar-dasar agama Islam oleh Sunan Panggung (Sunan Kalijaga). Tokoh Punakawan disini menjadi 9 orang, yaitu : Semar, Gareng, Dawala, Bagong, Curis, Witorata, Ceblek, Cingkring, dan Bagol Buntung (melambangkan jumlah 9 wali yang ada dalam menjalankan dakwah Islamiyah.

 Sejarah dan Carita Wayang Kulit CirebonVersi Cirebon : Semar menikah dengan Sudiragen, titisan dari isterinya di alam Kahyangan, yaitu Dewi Sanggani (puteri Umayadewa) , dari Sudiragen Semar tidak memperoleh anak. Tetapi Palasara, tempat Semar mengadi menyuruh Semar untuk mempunyai panakawan pembantu.

Semar menciptakan panakawan dan diakui sebagai anaknya, yaitu Ceblog, dari gagang daun kelapa (papah blarak), Bitarota, dari orang-orangan sawah (unduh-unduh), Duwala,dari bonggol atau tonggak bambu (bonggolan pring), Bagong, dari daun kastuba (kliyange godong kastuba), Bagalbuntung , dari bonggol jagung (bagal jagung), Gareng, dari potongan kayu gaharu dan Cungkring atau Petruk, dari potongan bambu (anjir dawa).

Dalam wayang kulit cirebon kelompok pagelaran wayang kulit cirebon diketuai oleh Dalang sendiri dengan diiringi sekitar 10 hingga 15 musisi, namun beberapa dalang wayang kulit cirebonan menyarankan bahwa tatanan kelompok musisi yang mengiringi pagelaran wayang kulit cirebonan sebaiknya berjumlah 17 orang, jumlah tujuh belas ini diambil unsur agama Islam yakni jumlah rokaat shalat wajib dalam sehari.
Mulyaman seorang Pengageng Budaya (Penjaga Adat) di Palimanan, Cirebon menjelaskan tentang alat-alat musik yang digunakan untuk tujuh belas orang musisi yang mengiringi pagelaran wayang kulit cirebon, alat-alat tersebut yakni :

    Kendang
    Gong
    Saron
    Gender
    Kenong
    Jengglong
    Penerus (Demung)
    Gambang
    Beri (Simbal)
    Kebluk (Kempyang)
    Klenang
    Kemanak
    Ketipung
    Bedug
    Bonang
    Kemyang (Bonang Penerus)
    Suling

namun ada juga alat pengiring lainnya seperti, Saron Imbal atau yang biasa disebut sebagai kedua, Ketuk, Biol dan Titil (Peking), sehingga membuat jumlah ideal yang disebut tujuh belas tersebut hanya sebagai sebuah saran pagelaran saja karena pada praktiknya jumlah tujuh belas tersebut tidak selalu digunakan.
 
Ada beberapa gaya dalam pementasan wayang kulit Cirebonan diantaranya' Gaya Gegesik, Gaya Palimanan, Dermaga Wetan (Jawa Timur). Bahasa pedalangannyapun cukup unik, berbeda dengan gaya bahasa wayang kulit di Nusantara. Babad (cerita) dan Lakon (Pemeran) nya pun berbeda tentunya, menyesuiakan kultur asli cirebonan. Klik TOMBOL AJAIB untuk cerita lengkapnya, soal keistimewaannya, dan perbedaan dengan wayang lain di bumi Nusantara. Atau klik VIDEO  INI, tinggal duduk manis dan mendengarkan.


Apa itu Kirab Sawan, Wong Cirebon Harus Tahu Tradisi Leluhur ini!



Kirab Sawan, Tradisi Adat Para Leluhur Cirebon
Cirebon, Fokuscirebon.com - Primen kabare sedulur Cirebon (gimana kabarnya saudara-saudariku di Cirebon dan sekitarnya, Indramayu, Kuningan, dan Majalengka). Banyak berita cirebon atau informasi mengenai kebudayaan dan kesenian Cirebon. Sebagai penduduk Cirebon dan penerus perdaban sudah merupakan kewajiban mempertahankan tradisi asli Cirebon. Salah satunya yaitu dikenal dengan nama 'Kirab Sawan', apa itu Kirab Sawan? Bagaimana proses pelaksanaan ritual adat Kirab Sawan?

Upara adat Kirab sawan ini memang saat ini jarang sekali kita temui, padahal setiap ritual adat mengandung unsur filosfi hidup yang sangat tinggi, mulai dari sisi duniawi sampai rohaniah ada terkandung didalamnya. Kenapa sekarang jarang sekali kita temui? Apakah masih ada yang memakai ritual adat, atau mempertahankan tradisi Cirebon? Silahkan jawab sendiri ya lur, hehe.

pacara ini berangkat dari  legenda Cirebon. Alkisah, ada seorang  raseki (raksasa perempuan) cantik  bernama  Endang Palupi,    sekar kedaton  dari salah  satu  istri Sunan Gunung Jati  yang suka mencari  bayi untuk  dipepes dan dimakan.  Upacara mangku dimaksudkan untuk melindungi bayi dari gangguan raseki ini. Oleh karena itu,  di sela-sela berdoa   salah seorang tetua  keluar dan  mengelilingi  rumah sambil  mengucapkan jawokan untuk mengusir  pengganggu,

Bermacam-macam mengenai tradisi atau ritual adat yang ada di Cirebon, Kirab Sawan merupakan salah satu ritual adat dalam siklus kehidupan manusia, dalam hal ini yaitu ketika bayi baru dilahirkan ke bumi Caruban Nagari. Kirab berarti membuang, menjauhkan, membersihkan. Sawan berarti segala sesuatu  yang mungkin bisa menghambat  kehidupan, seperti sial,  sakit-sakitan dan sebagainya.  Jadi, kirab sawan adalah upacara yang dimaksudkan untuk membuang,  menjauhkan dan membersihkan segala sesuatu  yang bisa menghambat  kehidupan anak.

Adapun beberapa kelengkapan untuk upacara adat Kirab Sawan terdiri dari berbagai macam, diantaranya; garu sawanda,  blingo benglai, angen-angen (benang warna  warni dibuat menyerupai  sarang laba-laba),  daun salam,  cabe merah, bawang merah,  kipas dari anyaman  bambu (ilir),  daun pisang, tumpeng  jeneng,  (mungkin juga  tumpeng poleng kalau anak dilahirkan  kalungan usus), bubur  sura bayi (jika anak yang dilahirkan  pada bulan sura),  apem untuk  anak yang dilahirkan  bulan sapar,  ayunan dan sebagainya.

Adapun pelaksanaan ritual adat ini biasanya yaitu pada saat si jabang bayi putus tali pusarnya, berkaitan dengan upacara adat lain seperti puputan dan ngararani (pemberian nama).Segala sesuatu  yang dibutuhkan mulai  disiapkan.  Sementara itu, kerabat  dekat segera diberi tahu, dukun bayi pun mulai meramu dan menyiapkan  sarana yang diperlukan.
Kirab Sawan, Tradisi Adat Para Leluhur Cirebon

Biasanya upacara dilakukan pada pagi  hari. Upacara diawali  dengan menyemburkan blingo bengle kepada ibu bayi serta  memandikan bayi. Setelah selesai  dimandikan, si bayi kemudian  dibedaki  dengan boreh  sawanan dan ubun-ubunya  diberi kunyit  yang telah ditumbuk. Kaki atau tangannya lalu diberi  gelang dari  benang atau lawe. Demikian  pula perut  atau pinggangnya.  Semua  itu dimulai  dengan bacaan jawokan(mantera) oleh dukun bayi dengan ucapan,

“Kirab  sawan bubar sawan,  ilang penyakite adoh blaine,  kari warase  slamet waluya jati,  jati tumeka ning waluyane”.

Sebetulnya masih panjang proses pelaksanaan ritual adat ini, dimulai dari Solawatan pake bebasan jawa cirebon. Lebih jauh dan lebih mengenal Kirab Sawan, tinggal klik TOMBOL AJAIB ini. Maka sedulur sekalian langsung dibawa pada penjelasan yang lebih rinci sampai dengan akhir upara ritual adat kirab sawan tersebut.

#AMEMAYUHAYUNINGBUWANA

Featured

Recent Posts Widget