Showing posts with label caruban nagari. Show all posts
Showing posts with label caruban nagari. Show all posts

Lukisan Kaca Khas Cirebon, Sebuah Maha Karya Seni yang Tercipta dari Proses Budaya!

Lukisan Kaca Khas Cirebon
Lukisan Kaca Khas Cirebon
Cirebon, fokuscirebon.com - Bagi semua orang yang pergi merantau ke Ibu Kota, atau ke kota-kota besar lainnya, kalau melewati jalur pantura, tentu tidak asing lagi di telinga dengan suatu nama yang di sebut Cirebon. Ya, suatu daerah yang di kenal dengan sebutan Kota Wali, atau Caruban Negari.

Kenapa di sebut Caruban Negari (Negeri campuran), ya karena berbagai macam adat istiadat, tradisi, budaya, hingga karya seni ada di Cirebon. Sangat disayangkan apabila hanya melintasi, atau cuman mampir dan transit di rest area pom bensinnya saja.

Berbagai kreasi hasil inovasi dari tangan-tangan kreatif akibat proses busaya yang begitu panjang, sehingga lahirlah sebuah karya seni yang menjadi khas, yaitu seni lukis, dengan medianya berupa kaca. Bagaimana mungkin bisa melukis di di kaca? Bagaimana cerita dan sejarahnya sehingga ada lukisan kaca di Cirebon?

Cirebon itu unik sob, coba kalian mampir ke sini, tinggal berlama-lama, beda gang udah beda bahasa dan logatnya, apalagi yang beda desa. Jadi disebutnya caruban (campuran), bukan oplosan tapinya sob, haha. Apa aja disini ada sob, termasuk lukisan kaca.

Mengenai lukisan kaca khas Cirebon ini dikenal sejak abad ke 16 pada masa kejayaan Kasultanan Cirebon sob. Cuman untuk siapa yang memperkanalkan pertama kali, atau siapa yang membawanya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah dan budayawan sampai seniman.

Yang jelas, lukisan kaca ini, terbentuk oleh arus waktu dan zaman. Cerminan Cirebon sebagai Caruban Nagari, sebagai Kota Wali, ada di dalam karya seni Lukisan Kaca ini. Kenapa kaca, iya karna kaca tempat untuk bercermin dan membenahi diri.

Tidak hanya dari segi karya seninya yang memiliki nilai tinggi, namun dari segi filosofinya pun bernilai adiluhur sob. Kalian semua bisa mempelajarinya di Cirebon, sampai menjadikannya oleh-oleh atau kenangan buat si doi sob.

Sejarah seni dan budaya lah yang menghasilkan maha karya seni ini sob. So, jangan sampai kita melupakan sejarah sob. Karya-karya sejarah dan kesenian hingga kemewahan budayanya patut kita apresiasi, walaupun sebatas oleh-oleh atau hiasan dinding.

Jangan lupa, kalau lewat mampir untuk lebih mengenal Cirebon. Kalo yang asli Cirebonnya jangan lupa juga, jaga dan rawat warisan leluruh kita. Disitu terdapat sejuta makna akan adanya Cirebon sebagai tempat kita lahir dan di besarkan.

Sekian sekilas Info mengenai lukisan kaca khas Kota Udang. Jangan lupa like and share, wong Cirebon kudu weru.

Wayang Kulit Cirebon, Dari Cerita, Khazanah, Budaya, sampai Filosofi Hidup!

Sejarah dan Carita Wayang Kulit Cirebon


Cirebon, Fokuscirebon.com - Melihat sejarah budaya di Nusantara, terutama dalam penyebaran agama Islam tidak lepas dari peran Wali Songo. Salah satunya dengan menggunakan perantara seni Wayang Kulit. Cirebon, memiliki cerita dan khazanah sendiri mengenai pentas seni pertunjukan ini, tanpa menghilangkan nilai luhur dan filosofi yang luar biasa dalam setiap pementasan wayang kulit asli Cirebonan. Apa bedanya wayang kulit Cirebon dengan wayang di Nusantara? Bagaimana cerita, atau sejarah adanya seni Wayang Kulit di Cirebon?


 Para budayawan cirebon sepakat bahwa eksistensi wayang kulit cirebon bermula dari kedatangan Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari sembilan wali atau biasa disebut Wali Sanga dalam bahasa Cirebon dimana Sunan Gunung Jati atau Sunan Jati sebagai ketuanya. Datangnya Sunan Kalijaga ke wilayah Cirebon bertujuan untuk menyebarkan dakwah islam dan media yang digunakan oleh Sunan Kalijaga pada waktu itu diantaranya adalah Wayang Kulit. Dalam budaya Cirebon terutama dalam budaya pedalangannya, Sunan Kalijaga dipercaya pada waktu itu disebut sebagai Ki Sunan Dalang Panggung, namun dalam versi yang lain Ki Sunan Dalang Panggung ini dipercaya sebagai Syekh Siti Jenar dan bukannya Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga ini pula yang memperkenalkan Suluk atau Syair 'Malang Sumirang yang merupakan suluk khas Cirebon.

 Berdasarkan musium wayang Cirebon juga memiliki Wayang Kulit yang mendapat pengaruh langsung dari Demak ketika para Wali Songo masih hidup. Bentuk tatahan halus, warna cat kehijauan, sedang ciri khasnya adalah pakaian. Batara Narada, Batara Kala tidak memakai baju atau telanjang dada, tidak seperti wayang kulit Purwa dari Surakarta dan Yogyakarta, dimana para Dewa memakai baju. Wayang Cirebon, pakem wayang ini mengambil ceritera dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang telah diperbarui dan disesuaikan dengan dasar-dasar agama Islam oleh Sunan Panggung (Sunan Kalijaga). Tokoh Punakawan disini menjadi 9 orang, yaitu : Semar, Gareng, Dawala, Bagong, Curis, Witorata, Ceblek, Cingkring, dan Bagol Buntung (melambangkan jumlah 9 wali yang ada dalam menjalankan dakwah Islamiyah.

 Sejarah dan Carita Wayang Kulit CirebonVersi Cirebon : Semar menikah dengan Sudiragen, titisan dari isterinya di alam Kahyangan, yaitu Dewi Sanggani (puteri Umayadewa) , dari Sudiragen Semar tidak memperoleh anak. Tetapi Palasara, tempat Semar mengadi menyuruh Semar untuk mempunyai panakawan pembantu.

Semar menciptakan panakawan dan diakui sebagai anaknya, yaitu Ceblog, dari gagang daun kelapa (papah blarak), Bitarota, dari orang-orangan sawah (unduh-unduh), Duwala,dari bonggol atau tonggak bambu (bonggolan pring), Bagong, dari daun kastuba (kliyange godong kastuba), Bagalbuntung , dari bonggol jagung (bagal jagung), Gareng, dari potongan kayu gaharu dan Cungkring atau Petruk, dari potongan bambu (anjir dawa).

Dalam wayang kulit cirebon kelompok pagelaran wayang kulit cirebon diketuai oleh Dalang sendiri dengan diiringi sekitar 10 hingga 15 musisi, namun beberapa dalang wayang kulit cirebonan menyarankan bahwa tatanan kelompok musisi yang mengiringi pagelaran wayang kulit cirebonan sebaiknya berjumlah 17 orang, jumlah tujuh belas ini diambil unsur agama Islam yakni jumlah rokaat shalat wajib dalam sehari.
Mulyaman seorang Pengageng Budaya (Penjaga Adat) di Palimanan, Cirebon menjelaskan tentang alat-alat musik yang digunakan untuk tujuh belas orang musisi yang mengiringi pagelaran wayang kulit cirebon, alat-alat tersebut yakni :

    Kendang
    Gong
    Saron
    Gender
    Kenong
    Jengglong
    Penerus (Demung)
    Gambang
    Beri (Simbal)
    Kebluk (Kempyang)
    Klenang
    Kemanak
    Ketipung
    Bedug
    Bonang
    Kemyang (Bonang Penerus)
    Suling

namun ada juga alat pengiring lainnya seperti, Saron Imbal atau yang biasa disebut sebagai kedua, Ketuk, Biol dan Titil (Peking), sehingga membuat jumlah ideal yang disebut tujuh belas tersebut hanya sebagai sebuah saran pagelaran saja karena pada praktiknya jumlah tujuh belas tersebut tidak selalu digunakan.
 
Ada beberapa gaya dalam pementasan wayang kulit Cirebonan diantaranya' Gaya Gegesik, Gaya Palimanan, Dermaga Wetan (Jawa Timur). Bahasa pedalangannyapun cukup unik, berbeda dengan gaya bahasa wayang kulit di Nusantara. Babad (cerita) dan Lakon (Pemeran) nya pun berbeda tentunya, menyesuiakan kultur asli cirebonan. Klik TOMBOL AJAIB untuk cerita lengkapnya, soal keistimewaannya, dan perbedaan dengan wayang lain di bumi Nusantara. Atau klik VIDEO  INI, tinggal duduk manis dan mendengarkan.


Apa itu Kirab Sawan, Wong Cirebon Harus Tahu Tradisi Leluhur ini!



Kirab Sawan, Tradisi Adat Para Leluhur Cirebon
Cirebon, Fokuscirebon.com - Primen kabare sedulur Cirebon (gimana kabarnya saudara-saudariku di Cirebon dan sekitarnya, Indramayu, Kuningan, dan Majalengka). Banyak berita cirebon atau informasi mengenai kebudayaan dan kesenian Cirebon. Sebagai penduduk Cirebon dan penerus perdaban sudah merupakan kewajiban mempertahankan tradisi asli Cirebon. Salah satunya yaitu dikenal dengan nama 'Kirab Sawan', apa itu Kirab Sawan? Bagaimana proses pelaksanaan ritual adat Kirab Sawan?

Upara adat Kirab sawan ini memang saat ini jarang sekali kita temui, padahal setiap ritual adat mengandung unsur filosfi hidup yang sangat tinggi, mulai dari sisi duniawi sampai rohaniah ada terkandung didalamnya. Kenapa sekarang jarang sekali kita temui? Apakah masih ada yang memakai ritual adat, atau mempertahankan tradisi Cirebon? Silahkan jawab sendiri ya lur, hehe.

pacara ini berangkat dari  legenda Cirebon. Alkisah, ada seorang  raseki (raksasa perempuan) cantik  bernama  Endang Palupi,    sekar kedaton  dari salah  satu  istri Sunan Gunung Jati  yang suka mencari  bayi untuk  dipepes dan dimakan.  Upacara mangku dimaksudkan untuk melindungi bayi dari gangguan raseki ini. Oleh karena itu,  di sela-sela berdoa   salah seorang tetua  keluar dan  mengelilingi  rumah sambil  mengucapkan jawokan untuk mengusir  pengganggu,

Bermacam-macam mengenai tradisi atau ritual adat yang ada di Cirebon, Kirab Sawan merupakan salah satu ritual adat dalam siklus kehidupan manusia, dalam hal ini yaitu ketika bayi baru dilahirkan ke bumi Caruban Nagari. Kirab berarti membuang, menjauhkan, membersihkan. Sawan berarti segala sesuatu  yang mungkin bisa menghambat  kehidupan, seperti sial,  sakit-sakitan dan sebagainya.  Jadi, kirab sawan adalah upacara yang dimaksudkan untuk membuang,  menjauhkan dan membersihkan segala sesuatu  yang bisa menghambat  kehidupan anak.

Adapun beberapa kelengkapan untuk upacara adat Kirab Sawan terdiri dari berbagai macam, diantaranya; garu sawanda,  blingo benglai, angen-angen (benang warna  warni dibuat menyerupai  sarang laba-laba),  daun salam,  cabe merah, bawang merah,  kipas dari anyaman  bambu (ilir),  daun pisang, tumpeng  jeneng,  (mungkin juga  tumpeng poleng kalau anak dilahirkan  kalungan usus), bubur  sura bayi (jika anak yang dilahirkan  pada bulan sura),  apem untuk  anak yang dilahirkan  bulan sapar,  ayunan dan sebagainya.

Adapun pelaksanaan ritual adat ini biasanya yaitu pada saat si jabang bayi putus tali pusarnya, berkaitan dengan upacara adat lain seperti puputan dan ngararani (pemberian nama).Segala sesuatu  yang dibutuhkan mulai  disiapkan.  Sementara itu, kerabat  dekat segera diberi tahu, dukun bayi pun mulai meramu dan menyiapkan  sarana yang diperlukan.
Kirab Sawan, Tradisi Adat Para Leluhur Cirebon

Biasanya upacara dilakukan pada pagi  hari. Upacara diawali  dengan menyemburkan blingo bengle kepada ibu bayi serta  memandikan bayi. Setelah selesai  dimandikan, si bayi kemudian  dibedaki  dengan boreh  sawanan dan ubun-ubunya  diberi kunyit  yang telah ditumbuk. Kaki atau tangannya lalu diberi  gelang dari  benang atau lawe. Demikian  pula perut  atau pinggangnya.  Semua  itu dimulai  dengan bacaan jawokan(mantera) oleh dukun bayi dengan ucapan,

“Kirab  sawan bubar sawan,  ilang penyakite adoh blaine,  kari warase  slamet waluya jati,  jati tumeka ning waluyane”.

Sebetulnya masih panjang proses pelaksanaan ritual adat ini, dimulai dari Solawatan pake bebasan jawa cirebon. Lebih jauh dan lebih mengenal Kirab Sawan, tinggal klik TOMBOL AJAIB ini. Maka sedulur sekalian langsung dibawa pada penjelasan yang lebih rinci sampai dengan akhir upara ritual adat kirab sawan tersebut.

#AMEMAYUHAYUNINGBUWANA

Featured

Recent Posts Widget