Showing posts with label Mampir Nulis. Show all posts
Showing posts with label Mampir Nulis. Show all posts

Persetan dengan Istilah Kritik yang Membangun (Konstruktif)



Persetan dengan Istilah Kritik yang Membangun (Konstruktif)
Fokuscirebon, Mojok, Opini - Pernah mendengar istilah “Kritik Konstrukstif”, atau dalam bahasa ala Orba “Kritik yang Membangun”. Istilah ini, belakangan mulai ramai kembali menjadi perbincangan khalayak. Terutama pada saat belakangan ini muncul berbagai polemik yang mengecam keras kinerja Pemerintah. Entah di daerah, regional sampai Nasional sekalipun. Telinga penulis, sudah bosan – sangking seringnya – mendengarnya; mulai dari sekelas Pejabat Publik, Walikota, Ketua DPRD, sampai kepada tokoh – tokoh dalam ruang lingkup organisasi kepemudaan, kemasyarakatan, hingga dunia aktivis mahasiswa. Disinisalah satu warisan Orba berhasil menancapkan hingga ke sendi kehiudpan, menjadi sebuaah kebiasaan, dan diamini sebagai kebudayaan.

Baiklah mari kita bahas, apakah betul kritik harus membangun? Pada mulanya, penulis pribadi memang menjadi salah satu pejuang dalam mempertahankan sekuat tenaga argumentasi bahwa “dimana – mana yang namanya kritik ya harus konstrukstif”. Sehingga dalam menyikapi berbagai persoalan yang padahal terlihat dengan jelas oleh kelopak mata, tidak langsung mengecam dan mengkritik keras. Penulis disibukan dengan mencari literasi, diskusi sana – sini, kajian berlembar – lembar. Karena takut mendapat serangan balik, “Mana solusi yang Anda tawarkan. Jangan hanya bisanya mengkritik. Kritik harus dengan solusi, konstruktif,”

Istilah tersebut yang pada akhirnya penulis sadari secara tidak langsung terkadang membuat kritikan yang semula ingin dilakukan, mandek ditegah jalan, sampai akhirnya tak jadi dan hanya dipendam dalam hati, jadi sebuah unek – unek. Menyadari hal tersebut, akhirnya penulis mencoba mencari beberapa refereni soal awal mula istilah itu muncul. Kemudian pengertian masing – masing kata, dan kapan istilah tersebut biasa dikeluarkan, serta oleh siapa. Istilah ini oleh ponulis probadi dikuliti sampai keakar – akarnya, karena berbahaya kalau tidak, fasisme dan feodalisme akan tetap bertengger permanen dalam akal dan sanubari anak negri.

Pertama, “Kritik Harus Membangun” terdiri dari dua kata yaitu “Kritik” dan “Membangun”. Dilihat dari KBBI pengertian masing – masing adalah sebagai berikut; Kritik adalah sebuah kerja kritis untuk melihat sebuah persoalan secara jeli.  Bukan hanya kebaikannya tapi juga kejelekannya.  Bukan hanya pada saat ini, tapi juga jauh melampaui waktu kini.  Sehingga kritik lebih menjadi jembatan untuk menuju penyelesaian persoalan.  Dan sikap krtis dari kritik jelas akan menyoroti persoalan dengan tajam sehingga akan membuat kuping ‘terasa panas’. 

Sedangkan "membangun" lebih dekat dengan sesuatu yang positif.  Sesuatu yang membanggakan. Jadi dari pengertiannya saja sudah muter balik, bertentangan. Apabila dilihat dari ilmu mantiq atau logika ada sebuah istilah yang disebut “Negasi” atau pertentangan. Kata diawal bertentangan (kontraproduktif) dengan kata selanjutnya, kemudian muncul pertentangan yang pengertiannya bertolak belakang maka dapat disimpulkan bahwa kata tersebut tidak logis (Baca: Tidak Masuk Akal). Kesimpulannya, TIDAK ADA istilah kritik yang membangun!

Becermin Pada Sejarah

Persetan dengan Istilah Kritik yang Membangun (Konstruktif)

Bagi teman – teman aktivis ataupun siapun itu yang sering membaca sejarah, terutama soal pergerakan, tentu tidak asing dengan tokoh – tokohnya. Semisal dalam era sebelum kemerdekaan Djohan Sahroejah (Baca: Pendiri Antara) mengecam keras praktik kooperatif para pemimpin pergerakan Indonesia dengan kolonial. Dalam tulisannya tersebut, tidak ada sebait kata yang isinya soal “membangun” atau “solusi” Akibat tulisannya tersebut, Djohan dianggap menghasut, dan meresahkan, sehingga mendekam di penjara Cimahi, Bandung. 

Contoh selanjutnya, yaitu tokoh pergerakan mahasiswa, aktivis hari ini pasti akrab dengan nama “Soe Hok Gie”, yang menjadi salah satu tokoh pelopor pergerakan mahasiswa era Orde Lama dan Orde Baru. Pada saat tapuk kepemimpinan Soekarno sudah diambang batas, melenceng jauh dari garis perjuangan Indonesia Gie kemudian Menulis. “Sokerano muda jauh berbeda dengan Soekarno Lama. Kelakukannya sudah seperti raja – raja Jawa, dengan selir – selirnya yang terlihat anggun,”. Tidak hanya itu, kemudian Gie mengecam pula ketika melihat seorang pengemis memakan sampah,  jaraknya hanya beberapa meter dari istana kepresidenan. Dengan tulisan – tulisan yang terkenal tajam, menohok, mengkuliti, sarat unsur subjektifitas, dianggap berbahaya dengan nalar kritisnya tersebut. Gie pun terkenal dilingkungan raja – raja Jawa beserta ‘babu’ yang dipeliharanya.

Dari sini kita bisa lihat, manusia – manusia yang terlahir dengan semangat zaman pada saat itu membawanya mengalir terus dengan kecaman, kritikan. Pada akhirnya, bisa membawa bangsa ini kearah yang lebih baik. Nalar kritis tersebut lahir secara alami, dan keberanian untuk mengkritik menguat oleh kaadan yang memaksa mau tidak mau harus mengkritik, agar ada perubahan. Karena tidak akan ada perubahan, tanpa adanya kritikan yang menghantam.

Membangun dengan Kritik


Daniel Dakhidae, seorang Ilmuan yang pernah dimiliki oleh Indonesia merupakan salah seorang tokoh yang mengecam dengan keras praktik rezim Soeharto beserta keroco – keroconya, sampai pada tingtkat RT/RW,  menanamkan – lebih tepatynya mengkampanyekan – slogan yang menjadi salah satu pilar orde baru untuk menghalau serangan lawan politiknya yaitu dengan istilah “Keritik Membangun” Ia pernah mengatakan dan menjadi viral dikalangan yang tersadarkan kurang lebih sebagai berikut "Kritik membangun tak pernah ada.  Karena kritik memang tak mungkin dengan bumbu pujian.  Kritik dengan pujian akan menjadi bukan kritik.  Kritik harus tajam menghujam.  Menguliti apa yang tersurat dan menohok yang tersirat.  Menjelujur hingga ke jantung persoalan”. Masih menurut beliau, seharusnya bangsa ini butuh "membangun dengan krtik" bukan dengan "kritik yang membangun" sebagaimana selama itu dilakukan. 

  Apa bedanya? Dalam "membangun dengan kritik" sangat mengandaikan akan keaktifan orang yang dikritik. Orang yang dikritik, baik secara personal maupun dalam kerangka jabatan yang disandangnya, bukanlah objek yang pasif dan harus mempertahankan diri.  Orang yang dikritik diposisikan menjadi subjek yang siap memperbaiki diri dengan kritik apa pun yang siap diterima sebagai konsekuensi sebagai sebuah jabatan publik.  Sehingga setiap kritik diterima dengan lapang dada dan untuk selanjutnya memperbaiki apa pun yang dilakukannya pada saat itu. Jika "membangun dengan kritik" yang dilakukan bangsa ini, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. 

 Karena setiap kritik, yang pada dasarnya sering dilandasi oleh perbedaan (baik dalam ideologi atau sekedar pendekatan), bisa memperkaya setiap langkah yang sedang atau akan dilakukan oleh bangsa ini.  Sikap frigid terhadap kritik hanya akan menjadikan bangsa ini kerdil dan tak dapat menghindar dari kemungkinan paling buruk, juga tak dapat memperkaya sudut pandang dalam menghadapi setiap persoalan yang datang menghampiri. 

Saat ini, di era yang katanya reformasi dan Demokrasi sebagai pilar utama dimana kerewelan – kerewelan adalah jalan agar setiap langkah terjamin baik bagi semua elemen masyarakat, bukan hanya mementingan segelintir ‘gorila’ dan ‘kingkong’ yang memang menempati posisi sebagai pengusaha dan penguasa. Salah satu bukti kegagalan reformasi jika saat ini kita masih sering mendengar istilah kritik membangun tersebut, dimana praktiknya kita masih bisa melihat, bagaimana para pejabat publik masih hidup bagai raja yang selalu menganggap dirinya wakil Tuhan di muka bumi dan menjadi sebuah keharamjadahan kalau ada rakyat kecil mengkritik kebijakannya.  Pejabat yang jelas-jelas masih terkungkung dalam pola kehidupan publik orde baru. Lagi – lagi, sebuah kemuduran zaman. 

Sangat disayangkan jika istilah ini kemudian masih tertanam kuat dan menjadi sebuah keyakinan yang dianut oleh para generasi penerus bangsa, intelektual muda tonggak peradaban bangsa, yang tidak lain adalah: MAHASISWA! Semoga kalian yang masih menghamba pada istilah tersebut tercerahkan dan tersadarkan, sesegeralah bertobat. Dan mari kita ramai – ramai memberikan kritik!

Notes: Diambil dari berbagai sumber!

Oleh Al-Aziz
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Akuntansi, Tingkat dewa! 
Sumber: Demosmagz.com 



Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!


Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!
Fokuscirebon.com, cerpen - Waktu itu, sekitar pukul 04 Pagi WIB, Aku menuruni anak tangga dari sebuah petak kamar tempat seorang Kerabat, Jakarta Selatan kalau tak salah.
Keluar dari pintu gerbang menuju jalan besar untuk menunggu Ojek yang telah Aku pesan sebelumnya, dengan jalan yang masih tergopoh, mungkin karena masih ngantuk, atau sebuah firasat buruk.
Sang penolongpun sudah tiba, tak banyak omong aku langsung menunggangi kuda dan menuju ke salah satu Wisma di Jakarta, tempat yang akan Aku kunjungi selanjutnya. Waktu masih petang Aku rasa, matahari belum terlihat oleh kelopak mata. Jalanan sudah ramai, lalu lalang kendaraan terlihat saling berkejaran,
tak peduli samping kiri-kanan, tak peduli depan atau belakang. Apa memang seperti ini kehidupan di sebuah Kota Megapolitan. Tak terasa, Aku sudah sampai di tempat tujuan. Beberapa teman sudah mulai berdatangan, dan kami pun saling bersalaman dengan sedikit perbincangan - perbincangan sambil menungu kedatangan teman lainnya.
Raut muka riang gembira terlihat dari teman - temanku, seolah - olah tidak sabar ingin segera sampai ke lokasi. Owh Ia, kami dikumpulkan sebagai 20 Besar Finalis lomba menulis Esai yang diselenggarakan oleh SKK MIGAS.

Dan sekarang ini Agendanya kita akan melakukan kunjungan ke Industri Hulu Migas, tepatnya wilayah operasi dan pemberdayaaan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Teman - teman dari berbagai kampus, favorit dan unggulan di Indonesia, sudah berkumpul semua. Hanya saja, cuman Aku yang berasal dari kampus basa, di perbatasan Jawa Barat, tepatnya di Cirebon. Minder? Tak ada dalam kamusku, apalagi gengsi. Pendidikan pada dasarnya sama saja, kita yang menentukan pada akhirnya. Langsung saja, kita memasuki semacam Elf, beserta mas, akang dan teteh panitia yang ramah dan tidak sombong, Aku suka.

Mobil Elf, mulai bergerak menyusuri jalan - jalan tol dalam Kota Jakarta, menuju arah Karawang. Seperti biasa, pemandangan di Kota setiap pagi, hamparan kendaraan yang terbentang saling berdesakan menunggu gilirtan keluar dari kemacetan, serta gedung - gedung pencakar langit yang seakan bergandengan tangan, begitu dekat sekali. dan Dibawah gedung tersebut, bersarang rumah - rumah yang hemmm, lanjutkan sendiri cerita ini.

Aku fikir, jarak dari Jakarta ke Karawang tidaklah jauh, paling lama kalau terjebak macet pun sekitar 2 jam. Ternyata Aku salah, ketika nanya ke Pak Supir dan Teteh Panitia jarak tempuh ke Lokasi tempat beropasi PHE ONWJ sekitar 4 jam. Aku disitu sontak langsung terkejut, ko Bisa sampai sebegitu lama, padahal yang apabila ditarik garis lurus hanya 40 KM dari pusat ibu Kota menuju lokasi, kata Teteh Panitia yang lainnya. Hemm, jarak yang ditempuh berasa Aku mau balik lagi ke Cirebon. Karena jarak yang
ditempuh cukup lama, sedikit demi sedikit Aku mulai terhipnotis oleh jalan tol yang membosankan itu, dan akhirnya lambat laun aku tertidur. Teman - temanku yang satu mobilpun sama, pulas. Kecuali Pak Sopir yang masih duduk tegak. Aku tak tahu, kejadian apa saja yang terlewati saat Aku tidur, hanya saja Aku dan teman - teman lainnya mulai terbangun karena goyangan mobil makin lama makin asyik. Sangking Asyiknya sampai terpontang panting kepala ke kanan dan kiri. Kenapa bisa demikian? Ya tidak lain karena memang akses jalan transportasi menuju lokasi sangat menghawatirkan.

Jalan bebatuan, ditambah lumpur yang terendam air hujan, jalan off road banget pokoknya.
Aku tak terbayangkan sebelumnya, logika dan nalar sehatku tidak sampai. Bayangkan saja guys, daerah yang letaknya tidak jauh dari Ibu Kota tempat para Pejabat yang gagah, dan mungkin enggan ke tempat Ini, takut sepatu pantopel dan jaz kebanggannya kotor terkena lumpur pedesaan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, dan perusahaan MIGAS (asing sebelum Pertamina) puluhan tahun bercokol dan beroparasi di daerah ini, akses jalan baru di bangun tahun ini, ya TAHUN INI! Ngapain aja? Desa tempat mereka merauk pundi - pundi keuntungan sampai tidak terawat, Pemerintah juga tak terlihat!
Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!

Berhubung sedang ada perbaikan jalan, Aku beserta rombongan lainnya tidak bisa melintasi agar sampai ke Loksi. Hanya ada satu alternatif, yaitu jalur Air, sungai tepatnya. Aku turun lebih dahulu dari mobil, teman - teman yang lain masih asik didalam mobil menikmati AC. Karena memang diluar panas, hemm lagian mana ada daerah pesisi yang sejuk! Sambil menunggu perahu dan perlengkapan keamanan untuk melintas, Aku memesan Es untuk menghilangkan dahaga, sekaligus mungking mendinginkan hati dan otakku yang mendadak panas melihat keadaan sekitar daerah ini. Dengan pelayanan ramah, dan sentuhan tangannya
yang sudah terlihat keriput seorang nenek memberikan ES yang Aku pesan. Sambil menikmati ES dan sebatang tembakau Aku ngobrol bersama para supir dan kaka panitia. Bagiku, tembakau dan kopi adalah media komunikasi. Suasana perbincangan akan semakin terasa aklrab. Sambil memperhatikan Nenek pemilik Warung Gubuk ini Aku bertanya, "Nek, Ini Jalan diperbaiki dari kapan? Dan sejak kapan terahir ada jalan dibangun seperti ini?" Sambi mata menatap ke atas, artinya Nenek sedang mengingat - ngingat lalu dengan lembut menjawab. " Tidak tahu Mas, Lupa. Tahunya, ini baru dibangun lagi jalannya," Entah karena faktor
usia, atau karena memang sudah begitu lama jadi Nenek ini tidak Ingat lagi. Namun, mendengar pertanyaanku, seorang panita ikut nimbrung dan menjawab, " Kami baru bangun Jalan Ini, bekerja sama dengan Pemda setempat," ujarnya.
Sebetulnya Aku masih ingin berbincang panjang lebar dengan Nenek ini dan warga lainnya. Sayangnya, perahu dan perlengkapan lain sudah tiba. Dan teman- temanku yang lainnya mulai turun dari mobil. Dengan bergesa - gesa, untuk mendapatkan perlengkapan. Hemm, takut tidak kebagian kayaknya. Perlengkapan seperti helm dan jaket pelampung sudah Aku pakai, kemudian ada sedikit arahan untuk safety prosedur. Aku mendengarkan, teman - temanku juga sama. Hikmat sekali kelihatannya. Selai arahan, Aku mulai menaiki perahu kayu warga sekitar, teman - temanku juga menaiki perahu, tentunya berbeda - beda, mengingat kapasitas daya tampung

perahu. Kebetulan sekali, Aku satu perahu dengan Kordinator Pemberdayaan masyarakat dari Pertamina. Dengan sedikit mendekatkan diri, karena tidak terdengar oleh suara mesin disel perahu, Aku dan teman lainnya mulai membuka obrolan. Berbagai pertanyaan dilontarkan teman - teman, mulai dari akses jalan, air, sanitasi, faskes dll. Yang intinya, semuanya masih sangat tertinggal dan terbelakang, titik!
Sungai terlihat lebar dan dalam ini sedikit menghibur mata, disamping kiri tanaman - tanaman bakau berhamparan, bisa dibilang hutan bakau. Disebelah kanan, terlihat anak - anak, pemuda, dan orang tua yang melihat perahu kami sambil tersenyum melambaikan tangannya. Luar biasa, serasa jadi bahan perhatian publik sekitar. Perahu kami tidak lepas dari tatapan mata para penduduk sekitar. Kemudian Bapak Kordinator ini mengatakan, "Jangan kaget, warga disini memang demikian. Jangankan perahu, melihat mobil juga udah kayak ngelihat harta karun. Benar - benar terisolir, sinyal ponsel pun hanya kartu tertentu. Tak terasa sudah sejam lebih kami mengarungi sungai yang menjadi akses tyransportasi warga ini,
dan akhirnya sampai di Desa Sedari, daerah paling ujung Kabupaten Karawang. Ada sekitar 4000 orang dan 100 lebih KK yang berada di Desa Sedari ini, dengan luas Desa sampai ribuan hektar. Mayoritas warga berperkerjaan sebagai petani tambak, nelayan sebagian, yang itu semua dijual ke tengkulak - tengkulak yang sudah siap menunggu. Karena memang tidak ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Sedari ini. Setelah turun dari perahu, jalan disini pun sama terlihat becek. Meamng terlihat seperti terkena pasang (rob) atau hujan. Kemudian, kami diajak oleh Panitia mengunjungi salah satu tempat pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh Pertamina. Sejak 2009 Pertamina mengakuisi blok ONWJ ini. Produksinya pun meningkat dari sebelumnya,
salah satu prestasi, Pertamina kembali melakukan nasionalisasi Aset SDA Indonesia. Dan pada Tahun 2013 kalau tidak salah, Aku lupa, mulai dibangun istalasi air bersih (mineral) program CSR dari PHE ONWJ. Karena memang Air di Desa Ini Asin, dan tidak layak untuk dikonsumsi. Air payau disini diolah menggunakan alat yang kemudian menjadi AIR MINERAL. Tempat isi ulang Air ini menjadi satu - satunya sumber air bersih yang ada di Desa Sedari.
Mnejadi tumpuan masyarakat untuk makan, minum, cuci hingga mandi.
Informasi yang membuat merinding, dan memilukan lagi yaitu selain soal akses jalan tadi. Akses terhadap Air layak konsumsi juga baru bisa dinikmati oleh masyarakat beberapa tahun kebelakang. Yang sebelumnya, selama berpuluh - puluh tahun masyarakat mengandalkan Air hujan dengan membuat penampungan untuk kebutuhan Airnya. Digunakan untuk minum, mandi dll. Tidak sedikitpun memikikran kesehatan, bagi masyarakat yang penting bisa mendapatkan Air. Bahkan sampai memburu Air Hujan. Jadi kalau di desa sebelah hujan, masyarakat membawa drigen untuk menampungnya. Istimewa bukan perjuangan masyarakat disini?
Padahal disebelahnya berdiri fasilitas pengeboran minyak dan gas bumi. Dilautnyapun terlihat ada fasilitas sama. Kita tahu sendiri, jumlah keuntungan yang diboyong perusahaan migas (asing) berapa selama berpuluh - puluh tahun beroprasi di blok ini? Dan ditinggalkan kembali ke negeri Asalnya dengan menyisakan ketimpangan sosial, ekonomi dan budaya. Berbeda setelah di pegang kendali oleh Pertamina. Yang secara psikologis sebagai orang Indonesia pasti setidaknya bakal terharu melihat kondisi warga sekitar sebagai seorang manusia. Kpedulian itu kemudian muncul dan membuat beberapa program CSR berbasis pemberdayaan dan perbaikan infrastruktur. Seperti tadik yang diceritakan, instalasi air bersih, jalan, BUMDES, sampai Jembatan Baru yang sangat dirindukan
oleh warga. Karena tadinya jembatan tersebut hanya dari susunan bambu selama berpuluh tahun, hanya bisa dilewati motor.
Soal akses kesehatan pun juga sama, tidak kalah mengagetkan dengan cerita tadi. Angka kematian bayi sangat tinggi, karena mengandalkan dukun bayi. Dan bidan baru ada sekarang - sekarang ini, tentunya yang juga memiliki jiwa sosial tinggi karena mau didempatkan di daerah pelosok, walupun dijawa, belum di Papua. Sanitasi juga masih buruk, walaupun sudah dibangun WC Umum tetap saja susah. Perlu waktu untuk merubah itu, karena memang sudah jadi kebiasaan,warga buang air besar dan kecil disungai, soal kenyamanan katanya.
Puskesma pembantu juga baru ada ada, sebelumnya warga perlu menempuh jarak puluhan kilo untuk ke Puskesmas. Dengan menggunakan perahu itu juga. Ditambah lagi soal rob dan pasang, sampai memasuki rumah - rumah warga. Menmbah sederet cerita haru selanjutnya, yang memang menjadi PR bagi tim pemberdayaan dari PHE ONWJ.

Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!
Setelah diajak melihat - lihat kondisi desa, kemudian kami diajak menuju rumah Pak Lurah, atau Kepala Desa Sedari. Dengan melewati perkampungan warga, anak - anak menghampiri sambil berjabat tangan, ibu - ibunya tersipu ramah. Tibalah kami di rumah Kepala Desa tadi, yang katanya akan dijamu makan siang. Sesampainya di rumah Kades, sedikit terkejut juga Aku melihat rumah pak Kuwu. Warna cetnya yang begitu ngejreng, luas rumah dan perabotan dalamnya terlihat kontras dengan rumah - rumah yang ada di sekitarnya.
Rumah bilik, setengah bilik, setengah bata, ada yang belum jadi, yang reot juga banyak. Malum, namanya juga kepala Desa, tak Aneh kalau beda sendiri. Setelah usai makan di rumah Kuwu, kami melanjutkan Sholat Duhur dan kemudian menuju wilayah operasi PHE ONWJ.

Disini kami kembali mendapatkan berbagai materi, soal mitos Indonesia Kaya Migas. Soal investasi migas yang harus digenjot. Soal produksi migas. Kesemuany menambah wawasan kami tentunya. Dan pematerinya langsung oleh manajer PHE ONWJ, kesempatan menarik bisa bertemu.
Setelah itu kami semua berbondong - bondong menuju lahan untuk melakukan penanaman pohon bakau. Yang tujuannya tak lain dan tak bukan untuk mengatasi abrasi, rob dan pasang. Dengan harapan agar pohon ini bisa tumbuh kembang maksimal, dan bisa melindungi warga - warga sekitar. Program menarik, setiap karyawan pun diwajibkan menysisihkan gajihnya utuk membeli bakau dan ditanam langsung. Aspek lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang benar - benar diperhitungkan.
Kegiatan kami hari ini selasi dengan mengunjungi Desa Sedari dan ditutup dengan penanman tadi. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Karawang untuk tidur di Penginapan.

Sebetulnya malu Aku menceritakan ini, setelah Aku mengnjungi daerah yang benar tertinggal di Jawa, bukan di Papua atau Kalimantan sana. Lalu Aku bisa tidur nyenyak dengan selimut tebal ala hotel berbintang.
Aku pun sedikit merenung, ngomongin soal rakyat digedung - gedung bertingkat. Membicarakan nasib pembangunan desa di auditorium hotel - hotel bintang tiga sampai lima. Ketika subsidi BBM dibegal entah ke mana. Mungkin dialihkan ke BUMN yang tengah dahaga Atau ke gedung DPR untuk jatah parpol berpesta, Tinggallah minyak yang kapan saja bisa naik harga, Rupiah tumbang kehilangan keperkasaannya, lalu kalian masih bicara semua baik-baik saja… 

Aku pun sama, kembali merenung melihat kondisi sebagai seorang Mahsiswabertumbuh menjadi generasi rapuh Belajar berdiskusi perihal rakyat di kafe-kafe yang mewah, Belajar problem solving di tengah hingar bingar musik diskotik yang hedonis, Belajar soal kebangsaan di mal-mal kota yang kapitalis, Belajar perihal cinta bangsa dari drama-drama korea yang sok romantis, Belajar nasionalisme sekedar dari menyusuri luasnya lapangan futsal. 

Ini ceritaku hari ini, besok dilanjut guys. Intinya pembangunan Desa menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah pembangunan Nasional. Program Nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggiran harus kita Kawal. Tentunya dengan adanya industri hulu migas yang kesemuanya berada di pinggiran, bukan di samping monas, atau belakang istana merdeka. Bisa mendorong pertumbuhan pembangunan di Desa sekitar tempat beroprasi. Harapannya, ya Ekonomi, sosial dan Budaya masyarakat bisa terpenuhi dengan adil, dan makmur. Maka membesarkan bangsa bisa sedikit demi sedikit kita raih. Sekian guys, selamat tidur. Jangan lupa cuci kaki, gosok gigi, gosok hati nurani. Sebelum Aku tidur, masih terngiang senyuman mereka, walaupun dalam keadaan apa adanya, dan tak ada apa - apanya.

Pengalaman menyusuri daerah Perbatasan, Senyuman di Balik Keterbelakangan!

7 Langkah Mudah Melepas Kutukan Sumber Daya Alam, Demi Membesarkan Bangsa!


7 Langkah Mudah Melepas Kutukan Sumber Daya , Demi Membesarkan Bangsa
Tentang Bisnis Industri Hulu Migas
Fokuscirebon.com, Energi, Migas, - Menjadi suatu hal yang menarik untuk diperbincangkan ketika Kementrian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM)merilis  tren produksi positif dialami Pertamina sejak tahun 2003 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (Capital Average Gross Ratio/CAGR) mencapai 3,1% dari level produksi 95,6 ribu barrel per hari (MBOPD) di 2003 menjadi 102,2 MBOPD di 2006. Ini merupakan rekor tertinggi. Namun,  masih dibawah Chevron dan Total Indonesia untuk gas. Apanya yang menarik? Fakta yang dirilis sendiri oleh Pertamina yaitu salah satu yang mempengaruhi tren positif terebut dikarenakan adanya peningkatan produksi di blok Cepu, yang memang Pertamina memiliki ‘jatah’ untuk mengelola sampai memproduksi minyak di blok teresbut. Kalau semua blok dikuasai dan dikelola Pertamina bagaimana produktifitasnya dan dampaknya bagi perekonomian? Jawab sendiri!  Yang jelas, Pertamina harus ektra ‘banting tulang’ agar dapat bersaing dengan perusahaan swasta (multinasional) lain dalam hal bisnis industri hulu migas.

BACA JUGA: CERITA TENTANG SEBUAH NEGERI SUMBER ENERGI YANG TERLUPAKAN: INI MANFAAT, HARAPAN DAN SOLUSINYA!



Tumbuh kembangnya industri ekstraktif (minyak dan gas bumi ) ini tak dipungkiri sangat berpengaruh terhadap laju perekonomian. Juga merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar  APBN.              Akhirnya, - dan mungkin selalu jadi kebijakan -  Pemerintah terus menggenjot produktifitasnya  , dengan cara membuka kran investasi disektor migas (padat modal). Karena memang seperti yang diungkapkan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS) Iklim investasi di sektor hulu migas masih minim, minat investor masih rendah, perlu stimulus – stimulus untuk memancing investor menanamkan modalnya. Padahal Indonesia bakal terus menjadi sasaran ‘empuk’ investor, karena peluang dan potensi SDA yang terkubur di perut buminya, serta  manusianya yang terkenal ramah dan ‘murah’. Memang sejarah membuktikan kita terlalu ramah, pada Kolonial sekalipun!  
 Tingginya ketergantungan atas bisnis hulu migas masih berlangsung –sekaligus pada perusahaan – perusahaanya-  mengingat migas masih menjadi sumber energi utama, hari ini dan mungkin esok nanti. Lantas apa yang akan terjadi dengan gempuran investasi di kemudian hari?  Realitas hari ini, di negara penghasil migas,  berbagai  cara telah diupayakan untuk bisa melawan kutukan sumber daya alam (tak perlu dijelaskan lagi soal kutukan ini), salah satunya dengan program transparansi dan akuntabilitas, kebjikan publik, meminimalisir praktik KKN dan mafia migas, serta  pengalokasian perekenomian yang tepat guna. Tidak sedikit organisasi (LSM dan NGO) yang mengkampanyekan program tersebut, termasuk Pemerintah yang juga ikut  latah. Akan menjadi pembahasan panjang lebar jika mendiskusikan soal program tersebut, apalagi soal praktik nekolim melalui Seven Sister dan lembaga keuangannya, tentu menjadi perdebatan panjang dan sengit pastinya. Pokok permasalahannya, tampaknya kita semua luput dari hal yang paling mendasar , yaitu nilai tambah dari eksplorasi dan eksploitasi bisnis hulu migas yang  kita tidak miliki serta pengelolaannya yang masih bergantung pada perusahaan multinasional. Dengan hanya  kecipratan dari bagi hasil migasnya (kontrak kerja sama) saja sudah riang gembira, disitu terkadang penulis merasa sedih. Ini realitas yang mungkin terkadang terlupakan, atau dlupakan bisa jadi. Bagaimana menurut Anda, sepakat atau tidak?
Solusi yang Ditawarkan
7 Langkah Mudah Melepas Kutukan Sumber Daya , Demi Membesarkan Bangsa


Memang menjadi simalakama bagi Pemerintah, disatu sisi membutuhkan investasi sebagai penopang ekonomi terutama disektor migas. Karena memang bisnis hulu migas  memiliki multiplayer effect yang bisa menggerakan roda perekonomian (karena ketergantungannya tadi). Di sisi lain, pemerintah, mungkin kita semua sebagai warga Negara harus (dipaksa) merelakan isi perut bumi pertiwinya di kuras habis – habisan. Akan tetapi, tidak akan menjadi simalakama jika menyiapkan beberapa langkah, stimulus dan kebijakan, bahkan bisa melepas kutukan itu sendiri dimasa yang akan datang, berikut 7 langkah  solusinya . Pertama, ketergantungan atas sektor bisnis hulu migas sebagai penopang perekonomian sedikit demi sedikit mulai diminimalisir, dengan menggenjot sektor  lainnya seperti jasa, manufaktur dan pariwisata untuk produktifitas ekonomi yang berkelanjutan. Kedua, program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) difokuskan pada pemberdayaan sumber daya yang ada, baik manusia maupun sumber daya alam, melalui program beasiswa pendidikan dan wadah untuk mengimplementasikan ilmunya. Dengan tujuan  masyarakat bisa berdaya guna, bisa lebih maju dan kompetitif. Ketiga, menyisihkan anggaran dari hasil bisnis migas untuk inovasi teknologi dibidang energi baru  terbarukan (Ranaweble Energy). Sumber energi terbarukan tersebut berserekan, tinggal mau atau tidak memanfaatkannya.

 Keempat, mendorong produktifitas tenaga kerja agar bisa menghasilkan inovasi – inovasi teknologi, khusunya disektor  bisnis hulu migas . Kelima, Investasi pada padat karya – tidak melulu pada padat modal -  mulai digerakan, agar bermunculan industri  – industri dalam negri  yang kompeten, dan menciptakan peradaban  maju sehingga dapat bersaing dengan Negara adidaya lainnya. Keenam, investasi di sektor ini bisa tetap dijalankan sepenuhnya, asalkan memenuhi prinsip keadilan, kemanusiaan, demokratis dan tentunya bermanfaat bagi nusa bangsa. Saat ini bagaimana? Memang tidak dipungkiri sektor migas berkontribusi besar bagi pembangunan. Akan lebih berkontribusi jika menggunakan cara Terahir ini, mungkin akan  sulit dilakukan dan bakal mendapat perlawanan dari berbagai penjuru, yaitu melakukan naionalisasi aset atas bisnis hulu migas. Hasilnya Pertamina sendiri telah merilisnya diatas , produktifitas melonjak derastis .  Beberapa solusi ini penulis tawarkan bukan sebagai ajang hardik menghardik atau saling menyalahkan. Melainkan sebatas kewajiban sebagai warga negara, dan tentunya menjadi tanggung jawab moral sebagai insan akademis. Perlu diyakini, Nusantara  berpeluang besar menjadi negara adi daya dan bangsa besar, sumber energi untuk menggerakan roda perekonomian ada disiini, entah yang konvensional atau terbarukan. Hasil tambang lainnya juga masih melimpah, yang oleh negara maju dimanfaatkan untuk mempertahankan hegemoni peradaban, ekonomi dan politiknya hingga detik ini. “We Are The Real United Kingdom”.  Semoga dengan melepas kutukan sumber daya alam, keadilan ekonomi dan kedaulatan bangsa atas sumber daya alamnya bisa tercapai.  Pada akhirnya, penulis yakin betul  industri hulu migas ini bisa benar – benar membesarkan bangsa. Betul atau tidak? Silahkan menyimpulkannya masing – masing! 
7 Langkah Mudah Melepas Kutukan Sumber Daya , Demi Membesarkan Bangsa

Baca Artikel Menarik  Lainnya Dibawah ini:






Mantan Aktivis 98 Ini Menangis Prihatin dengan Kondisi Mahasiswa Sekarang, Ada Apa?

Mantan Aktivis 98 Ini Menangis Prihatin dengan Kondisi Mahasiswa Sekarang, Ada Apa?
Mojok, mampir nuis, Opini - Terdapat sebuah opini yang menarik untuk diperbincangkan dari seorang mantan aktivis mahsiswa di Era Orde Baru. Dimana situasi dan keadaan yang mencekam, dan segala keterbatasannya, mahasiswa atau gerakan mahasiswa saat itu mampu menumbangkan rezim fasis. Saat ini, reformasi pun gagal membawa amatan rakyat dan UUD 1945, justru lebih parah. Mahasiswa yang seharusnya berperan penting atas persoalan bangsa, tak tau bersembunyi dimana. Sebagai refleksi Sumpah Pemuda, dan Hari Pahlawan, berikut mimin sajikan celotehan dari seorang alumni yang merindukan adik - adik mahasiswanya kembali berjuang. Yu, disimak guys, keren sekali celotehannya. Membacanya kalian bisa tersipu malu, terbakar amarah, dan tertunduk lesu merenungkannya. Semoga saja bisa menggugah dan kembali membangkitkan darah juang kalian. Beriku tulisannya, dengan judul "Mahasiswa Kalian Dimana?"!

BACA JUGA: DIBUAT 25 TAHUN SILAM, PUSI GUS MUS INI MASIH RELEFAN MENGGAMBARKAN KEADAAN!

Mahasiswa, Kalian Di Mana ???
Achmad M Akung
Dosen psikologi UGM dan UNPAD
Kepada pewaris peradaban, yang telah menggoreskan Sebuah catatan kebanggaan di lembar sejarah manusia….

Dik, boleh aku berkisah kepadamu?
Tentu bukan kisah 1908 tentang Dr. Soetomo yang telah lampau, Bukan pula kisah lama 1928 tentang sumpah pemuda yang mulai kita lupakan itu Atau kisah patriotik 1945 tentang proklamasi dan perang kemerdekaan yang kini terasa usang…
Ijinkan saya hanya bertutur kisah tahun1966 tentang Tritura dan Ampera…. Belum terlalu jadul bukan???
Mengertikah engkau makna ceceran darah di jaket kuning Arief Rahman Hakim…
Ijinkan pula saya bercerita tentang kemaren sore. Ya, 1998 itu seakan baru kemarin sore.
Tidakkah kalian tahu, betapa banyak senior kalian yang bertumbangan di Semanggi
Berikhtiar membela rakyat, menegakkan reformasi?

Dik
Bolehkah aku beritahu,
Negeri tidak dicita untuk lucu-lucuan sebagaimana stand up comedy yang kalian gandrungi, Indonesia tidak semestinya dikelola dengan cengengesan, Karena ia diperjuangkan dengan sepenuh hatidengan darah, air mata, jiwa dan raga para pahlawan kita...
Mahasiswa, kalian di mana?
Ketika subsidi BBM dibegal entah ke mana
Mungkin dialihkan ke BUMN yang tengah dahaga Atau ke gedung DPR untuk jatah parpol berpesta, Tinggallah minyak yang kapan saja bisa naik harga, Rupiah tumbang kehilangan keperkasaannya, lalu kalian masih bicara semua baik-baik saja…
Mahasiswa, kalian di mana?
Ketika banyak orang diperdaya pencitraan
Ketika hukum dinista dengan benderang Ditafsirkan sekenanya untuk beroleh kekuasaan, Bukan berpihak pada kebenaran,
Para penegaknya disandera dan diadu laiknya domba, Lihatlah betapa KPK disandera, diperdaya dan dilumpuhkan
Mahasiswa, kalian di mana???
Ketika harga-harga melambung tak terkira
Dari beras hingga tarif kereta, Dari listrik hingga pajak yang mencekik, Dari materai hingga cabai, pun pula petai, Semua seolah berlomba untuk berganti harga…

BACA JUGA:  KEBOHONGAN MANIS

Dik…
Bagaimana kalian tetap gembira menimba ilmutatkala rakyat kalian menimba lara???
Bagaimana kalian bisa tanpa gundah kuliah, sedang rakyatmu tengah berkalang resah??
Bagaimana kalian bisa tanpa resah kuliah, sedang rakyatmu tengah berkubang gundah???
Sungguh kami tak mengerti, karena kami tak pernah ajarkan itu kepadamu….

Dik…
Tidakkah engkau tahu….
bahwa negara mensubsidi ongkos kuliahmu?
Tidak bolehkah aku beritahu ….
bahwa rakyatmu lah yang mensubsidi sekolahmu, lewat pajak yang sebagian lalu dikorupsi berjamaah itu;
Ya, pajak yang dibayarkan dengan terengah2, dalam sengal nafas kaum papa..
Dalam duka kaum miskin yang kian terhimpit harga-harga yang melangit….
Dalam rintih yang melirih, karena meraka tidak tahu kemana mesti mengadu(h)

Dik…
Apakah jalan terjal kuliah itu membuat idealisme kalian lantas punah???
Apakah teori-teori itu lantas membuat hati kalian menjadi mati???
Apakah peliknya skripsi membuat kalian kelu hati???
Apakah deretan angka-angka itu membuat akal sehat kalian binasa???
Apakah kurikulum yang mesti kalian tempuh membuat jiwa kalian menjadi lumpuh??
Apakah diktat-diktat yang tebal itu membuat otak kalian justru menjadi bebal???
Apakah sibuk mengejar nilai itu membuat kalian lantas kehilangan sistem nilai dan jati diri???
Apakah tugas-tugas yang besok mesti terkumpul itu membuat otak kalian menjadi tumpul???
Mantan Aktivis 98 Ini Menangis Prihatin dengan Kondisi Mahasiswa Sekarang, Ada Apa?

Dik…
Lalu, kalian bertumbuh menjadi generasi rapuh
Belajar berdiskusi perihal rakyat di kafe-kafe yang mewah, Belajar problem solving di tengah hingar bingar musik diskotik yang hedonis, Belajar soal kebangsaan di mal-mal kota yang kapitalis, Belajar perihal cinta bangsa dari drama-drama korea yang sok romantis, Belajar nasionalisme sekedar dari menyusuri luasnya lapangan futsal

BACA JUGA: BUKAN BARANG MAINAN (BBM)
BACA JUGA: DIANTARA RINDU DAN RESAH

Dik,
Indonesia kembali memanggilmu
Rakyat kembali merindumu
Nusantara mendamba hadirmu
Pertiwi mengundang baktimu

Dik,
Kalian tidak lagi berperang angkat senjata
Kalian tidak berperang melawan Belanda
Tapi, sempatkan sedikit waktu untuk belajar berperang
belajarlah tentang perang asimetrik
Ketahuilah bahwa negeri ini diincar dari segala penjuru
bukan sekedar belajar peran-perangan ala Clash of Clans itu

Dik
Sempatkan diri untuk lebih serius berlajar
Belajarlah berempati pada rakyatmu yang tengah sekarat
Bukan sekedar bermain PS empat
Belajarlah cerdas berorasi
Bukan sekedar hingar-bingar musik pensi
Belajarlah tajam menganalisis
Bukan sekedar berfoto narsis
Belajarlah tampil menginspirasi
Bukan bangga dikerjai jadi penonton acara live di studio TV

Dik,
Bagaimana kalian akan bertumbuh menjadi pribadi kebanggaan bangsa
jika kepada dosenmu kalian telah tanggalkan etika dan tatakrama
Bagaimana kalian akan bertumbuh menjadi mahasiswa juara,
jika bangunmu masih saja kesiangan karena begadang nonton bola...
Bagaimana kalian akan menjadi hebat jika kalian telah tanggal semangat
Bagaimana akan menjadi benteng kokoh rakyat jika hatimu masih saja rapuh
Bagaimana pula menjadi pembela jika hatimu masih saja lara tersebab asmara
Bagaimana kalian akan menjadi mahasiswa dengan prestasi kemilau jika hatimu masih saja galau

Dik….pintaku
Kenakan kembali jas almamater kebanggaanmu
Apapun warnanya, bersatu padulah
membisik bangun kekuatan moral intelektual
Buang jauh-jauh tongsismu
Kantongkan sejenak gadgetmu
Bubarkan klan CoC mu
Tanggalkan PS mu
Campakkan PB mu
Tinggalkan medsosmu
Shutdownkan games online mu
Sesaat saja….kali ini saja….
Senyampang masih ada waktu,
Kenakan jas almamatermu
dengan bangga dan sukacita, apapun warnanya

Dik,
Jaga amanah Tuhan bernama status muliamu sebagai mahasiswa
Karena ia tidak Tuhan sematkan pada semua manusia
Ingatlah bahwa agen of change bukan sekedar mantra-mantra berbusa
Social kontrol bukan sekedar soal omong kosong yang tolol belaka
Iron stock bukan sekedar cerita gagah-gagahan yang dusta
Cerdas cendekia bukan bukan di otak semata, tetapi di laku yang mulia

BACA JUGA: WAW, LOMBA MENULIS TENTANG CSI BERHADIAH PULUHAN JUTA RUPIAH!

Dik,
Cerdaslah, pandailah, kritislah, bijaklah dan beranilah!!!
Toyor pemerintahmu jika kalap menaikkan pajak dan upeti
Tegur pemerintahmu jika mereka merampok dan membegal kekayaan negeri ini
Tampar pemerintahmu jika mengobral kekayaan negara kepada kapitalis asing….
Bela rakyatmu, bela negaramu, bela bangsamu, dan bela tanah airmu…..
Kritisi pemerintahmu jika berlaku tidak amanah, culas dan menipu saudaramu
Berdirilah gagah di barisan terdepan menjaga Indonesia, Anak Muda
Hadapi dengan watak ksatria para penjajah dan para pengkhianat bangsa
Karena, pada pundak kalian lah, kelak negeri ini akan dititpsejahterakan
Di jiwa dan raga kalian, Republik ini akan dipertaruhkan
Mana darah juangmu, intelektual muda ?!?!
Mestinya kalian di sini, Mahasiswa
Membersamai saudaramu, rakyat Indonesia…

Sebuah Celoteh dari Achmad M Akung
Dosen psikologi UGM dan UNPAD#Mahasiswa, Kalian di mana? ‪#‎SavemahasiswaIndonesia
(Manusia ½ Dosen, ‪#‎mantandemonstransembilandelapan)
Mantan Aktivis 98 Ini Menangis Prihatin dengan Kondisi Mahasiswa Sekarang, Ada Apa?

Baca Artikel Menarik Lainnya Di Sini:

- TUKAR PERANGKAT LAMA CDMA KE SMARRFREN 4G LTE, PROMO SMARTFREN TERBARU PALING SERU!
DAPAT UANG DENGAN MENAMBAH LIKE DAN FOLLOWER MEDSOS? INI LANGKAH MUDAHNYA!
- CARA MENGATASI ANAK SUSAH MAKAN, INI RAHASIA YANG WAJIB KALIAN PELAJARI MAMS!
AKHIR DARI PERDEBATAN PANJANG TELUR VS AYAM MANA LEBIH DULU, BIKIN HEBOH DUNIA!
- BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA DI SINI


DIibuat 25 Tahun Silam, Pusi GUS MUS Ini Masih Relefan Menggambarkan Keadaan!

Mampir Nulis, Puisi, fokuscirebon.com - Bagi kalian yang hobi membaca, baik puisi, opini, esay pasti tidak asing lagi dengan puisi - pusi karya KH. Mustofa Bisri atau akrab dikenal dengan sebutan GUS MUS. Para kiai, tokoh ulama, jamaah - jamaah pengajian dan para santri pasti tidak asing dengan sosok dari seorang agamawan, budayawan sekaligus sastrawan tersebut. Nah, kalian yang belum tahu, dan juga belum sempat membaca, merenungi karya - karya sastra berupa pusi dari Gus Mus, berikut akan kami sajikan puisi darinya yang paling fenomenal, bisa menembus kurung waktu 20 tahun. Maksudnya, puisi yang dibuat pada masa di era 80an, masih sama keadannya dengan era saat ini, mungkin bisa menjangkau puluhan tahun yang akan datang, luar biasa. Mengaku sebagai warga negara Indonesia, wajib tahu puisi  berikut.

BACA JUGA: MAHASISWA HARI INI DAN ESOK NANTI , SEBUAH KEMUNDURAN ZAMAN!

 “GUSMUS” dengan JUDUL “NEGERIKU”

Mana ada negri sesubur negriku
Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi tebu dan jagung
Tapi juga pabrik, tempat kreasi dan gedung
Prabot – prabot orang kaya di dunia
Dan burung – burung indah peliharaan mereka
BERASAL DARI HUTANKU
Ikan- ikan pilihan yang mereka santap
BERMUARA DARI LAUTKU
Emas dan Perak perhiasan mereka
DIGALI DARI TAMBANGKU
Air bersih yang mereka minum
BERSUMBER DARI KERINGATKU

Mana ada negeri, sekaya negriku
Majikan – majikan bangsaku memiliki buruh – buruh mancanegara
Brangkas – berangkas bang ternama di dunia menyimpan hartaku
Negriku menumbuhkan konglomerat, dan mengikis habis kaum melarat
Rata – rata pemimpin negriku dan handai taulannya terkaya di dunia

Mana ada negeri semakmur negriku
Penganggur – penganggur di beri perumahan
Dan gaji pensiUn setiap bulan
Rakyat – rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan
Rampok – rampok diberi rekomendasi dengan korp sakti Instansi
Maling – maling diberi konsesi
Tikus dan kucing dengan asik berkolusi








NEGERI HAHA HIHI (GUS MUS)
Bukan karena banyaknya grup lawak
Maka negeriku selalu kocak
Justru grup – grup lawak hanya menggangu
Dan banyak yang bikin muak

Negriku lucu
Dan para pemimpinnya selalu mengocok perut
Banyak yang terus pamer kebodohan
Dengan keangkuhan yang menggelikan
Banyak yang terus pamer keberanian
Dengan kebodohan yang mengharukan
Banyak yang terus memerkan ke kerdilan
Dengan teriakan yang terus memilukan
Banyak yang pamer kepengecutan
Dengan laga yang terus memuakan

HAHAHA..  PENEGAK KEADILAN JALANNYA MIRING
PENUNTUT KEADILAN KEPALANYA PUSING
HAKIM MAIN MATA DENGAN MALING
WAKIL RAKYAT BAUNYA PESING
HIHIHI..
Kalian jual janji untuk menebus kepentingan sendiri
Kalian hafal petatah petitih untuk mengelabui mereka yang tertindih
PETATAH PETITIH HAHA
Anjing menggonggong Kapilah berlalu
Sambil menggonggong kalin terus berlalu, hahaaha
Ada udang dibalik batu,
Ada udang kepalanya batu
Haha, sekali dayung dua pulau terlewati
Sekali untung dua pulau terbeli
Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang
KALIAN MATI MENINGGALKAN UTANG

Hujan emas dinegeri orang
Hujan batu dinegeri sendiri
Lebih baik yu
Hujan – hujanan caci maki


BACA JUGA: KEBOHONGAN MANIS 

 MEMBACA INDONESIA
Oleh Gus Mus


Aku masih sangat hafal nyanyian itu
Nyanyian kesayangan dan hafalan kita bersama
Sejak kita disekolah rakyat
Kita berebut lebih dahulu menyanyikannya
Ketika  anak – anak disuruh nyanyi di depan kelas satu per Satu

Aku masih ingat
Betapa kita gembira saat guru kita mengajak menyanyikan lagu itu bersama
Sudah lama sekali
Pergaulan sudah tidak seakrab dulu
Masing – masing sudah terseret kepentingan sendiri
Atau tersihir pesona duniawi
Dan kau kini entah dimana

Tapi aku masih sangat hafal nyanyian itu sayang
Hari ini aku ingin sekali menyanyikannya bersama

INDONESIA TANAH AIR BETA
PUSAKA ABADI NAN JAYA
INDONESIA SEJAK DULU KALA
SELALU DI PUJA – PUJA BANGSA
DISANA TEMPAT LAHIR BEDA
DIBUAI DIBESARKAN BUNDA
TEMPAT BERLINDUNG DIHARI TUA
SAMPAI AKHIR MENUTUP MATA

Aku merindukan rasa haru dan iba
Ditengah kobaran kebencian dan dendam
Serta maraknya rasa tega
Hingga kini ada saja yang merubah lirik lagu kesayangan kita itu
Dan menyanyikannya dengan nada sendu

INDONESIA AIRMATA KITA
BAHAGIA MENJADI NESTAPA
INDONESIA KINI TIBA – TIBA
SELALU DI HINA – HINA BANGSA
DISANA BANYAK ORANG LUPA
DIBUAI KEPENTINGAN DUNIA
TEMPAT BERTARUNG BEREBUT KUASA
SAMPAI ENTAH KAPAN AKHIRNYA

Sayang dimanakah kini engkau
Mungkinkah kita bisa bernyanyi bersama lagi
Lagu kesayangan kitu itu dengan akrab seperti dulu

Notes:
- Puisi Diatas dibacakan pada acara yang bertajuk "MEMBACA INDONESIA"
- Simak video lengkapnya di SINI

Baca Aratikel Menarik Lainnya Di Bawah Ini:









Mendongkrak Ekonomi Di Ciayumajakuning dengan Konsep Ekowisata!

Mendongkrak Ekonomi Di Ciayumajakuning dengan Konsep Ekowisata!
Mampir Nulis, Esay, fokuscirebon.com - Seperti yang sudah diketahui bersama, bahwa wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning)memiliki potensi wisatanya yang luar biasa. Mulai dari wisata budaya, wisata religi, sampai wisata alam ada di Caruban Nagari tersebut. Namun, sayangnya keberadaan objek wisata tersebut belum terlalu menguntungkan, terutama bagi warga sekitar. Bagaimana dan konsep seperti apa yang bisa memberdayakan warga sekitar dan mendongkrak ekonomi warga melalui program ekowisata? Simak Esay dibawah ini guys!

Pendahuluan

Sebagai daerah yang berada di ujung timur Jawa Barat (Jabar), Ciawimajakuning memiliki banyak potensi dan keunggulan, tak salah apabila Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar mengkalsifikasikan daerah Cirebon (Kab/Kota) Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) atau yang kerap disebut kawasan Metropolitan Cirebon Raya dalam rencana tata ruang Pemprov Jabar sebagai daerah yang memiliki kekuatan ekonomi yang baru dan besar di Jabar setelah Bandung Raya. (Kompasiana: Ciayumajakuning Masa Depan Jabar Bagian Timur)

Beberpaa potensi yang bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi; Sumber Daya Alam (perikanan, pertanian, perkebunan, perdagangan, minyak dan gas). Geografis yang strategis (berada ditengah – tengah pulau jawa, dilalui jalur pantura, tol cipali, bandara dan pelabuhan pun sedang disiapkan). Topografi yang mendukung (perairan, pesisir, pantai, dataran dan pegunungan). Pemerintah daerah pun bersepakat akan memproyeksikan kawasan ciayumajakuning sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang prestisius, baik skala regional, nasional bahkan internasional. Hal ini bisa dibuktikan dengan mulai menjamurnya hotel, pusat perbelanjaan di Ciayumajakuning, pembangunan akses tol, bandara dan pelabuhan.(merawatnurani.blogspot.com: Menuju Metropilitan Cirebon Raya)

Potensi lainnya dalam bidang manufaktur seperti industri batik, rotan, makanan olahan dan perdagangan pun dimiliki.Dari beberapa potensi yang dimiliki wilayah Ciayumajakuning dengan beberapa keunggulannya maka bisa menjadi suatu potensi baru yaitu potensi pariwisata yang apabila dikelola bisa memberikan kontribusi yang besar untuk pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar. Potensi pariwisata; di Kota dan Kabupaten Cirebon memiliki potensi wisata budaya dan religi, Kuningan dan Majalengka memiliki potensi wisata alamnya, dan Indramayu potensi wisata baharinya. Tidak hanya itu, potensi budaya dan kearifan lokal di Ciayumajakuning pun menjadi aset luar biasa. Kesemua itu apabila terintegrasi jelas akan menghasilkan output yang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi. (kabar-cirebon.com: Pembangunan BIJB dan Tol Cipali Potensi Ekonomi Luar Biasa)
Mendongkrak Ekonomi Di Ciayumajakuning dengan Konsep Ekowisata!
BACA JUGA: Lomba Menulis Gratis dengan Hadiah Total Puluhan Juta

Akan tetapi, sebelum membahas lebih lanjut terkait konsep kepariwisataan seperti apa yang bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi, kita akan membahas berbagai permasalahan yang akan dihadapi untuk bisa mencapai target tersebut. Hal yang penting dalam mengembangkan pariwisata yaitu bagaimana caanya para back packer bisa menikmati perjalanan wisatanya dengan rasa aman dan nyaman. Karena salah satu prasarat penting dalam kepariwisataan yaitu adanya kemudahan dan rasa aman bagi pengunjung wisata. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur penunjang seperti akses jalan menuju lokasi wisata, transportasi massal, paket – paket wisata, serta isu – isu kriminalitas dari mulai yang terkecil seperti pencopetan dan terorisme harus bisa diatasi oleh pemerintah.

Terkadang penulis geram, tak jarang petinggi atau pejabat di Jabar (baik pejabat daerah Kota/Kab) dalam ekspose menggembar – gemborkan kelengkapan kekayaan dan potensi wisata di Jabar – termasuk daerah Ciayumajakuning- yang juga memiliki potensi luar biasa. Yang menjadi pertanyaan penulis untuk kesekian kalinya, akankah para back packer bisa menikmati perjalanan wisatanya dalam suasana aman dan nyaman. Lebih dari pada itu yang paling utama, sudah terbangunkah jejaring perhubungan yang nyaman, aman, mudah, dan teragendakan? Konsep kepariwisataan seperti apa yang bisa memberikan sumbangsih terhadap perekonomian, sudahkah dibuat grand designnya ? Menurut penulis konsep Ekowisata mungkin bisa dijadikan alternatif untuk menjawab pertanyan diatas.

Ekowisata sebagai Konsep Pariwisata yang Berkelanjutan

Pariwisata yang berkelanjutan yaitu konsep pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan juga  masa yang akan datang.  Konsep pariwisata ini pun memiliki norma untuk tidak merusak alam, budaya,  agar dapat diwariskan pada generasi penerus bangsa. Pada dasarnya, pariwisata berkelanjutan sangat memperhatikan aspek keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan ekonomi agar pariwisata terus berkesinambungan.

Pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan pada daerah tujuan wisata mana pun dan pada semua jenis aktivitas priwisata, termasuk potensi pariwisata di Ciawimajakuning. Pariwisata berkelanjutan memiliki prinsip mencakup kualitas, kesinambungan serta keseimbangan aspek – aspek lingkungan, budaya dan manusia. Untuk mewujudkannya, terdapat berbagai jenis pariwisata yang dapat kita pilih, dan agar  sektor pariwisata bisa berdampak langsug terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah dapat dipilih konsep ekowisata.

BACA JUGA: Aplikasi Chating Buatan Google dengan Nama Allo, Mau Nyoba Klik Disini

Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan pada tempat – tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan bagi msyarakat setempat (TIES – The International Ecotourism Society). Hal yang perlu ditekankan kepada para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan maupun pemerintah setempat daerah yang ingin berorientasi pada ekowisata harus memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait pelestarian lingkungan, budaya setempat dan maanfaat ekonomi terhadap masyarakat setempat. Karena pada banyak tempat, produk – produk wisata yang dijual kebanyakan menyematkan kata “eko” atau dalam kata lain “kembali ke alam” hanya sebagai label untuk menarik wisatawan yang tidak diiringi dengan semangat melestrikan atau melibatkan masyarakat setempat dalam produk wisata. Alhasil,  dunia pariwisata tidak akan berdampak banyak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah.

Prinsip dan Ciri Ekowisata

Ekowisata pun memiliki beberapa ciri yang harus dipahami oleh pemangku kebijakan atau pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata. Ciri atau karakterisitik ekowisata beda dengan wisata massal/konvensional. Pertama, dalam pengembangan ekowisata tentunya perlu sarana transportasi. Konsep ekowisata menekankan agar usaha pariwisata lebih banyak menggunakan sarana transportasi lokal, sarana akomodasi lokal, yang dikelola oleh masyarakat setempat dan membedakan kehidupan masyarakat setempat dalam menumbuhkan pendapatan ekonominya.

Ke-dua, karakteristik ekowisata pun tidak hanya menampilkan berbagai atraksi wisata, akan tetapi menawarkan pula peluang untuk menghargai lingkungan secara berkesinambungan. Ke-tiga, wisatawan memiliki keterlibatan langsung dalam pelestarian lingkungan, dengan harapan agar kesadaran akan keberadaan sumber daya dan lingkungan. Menurut Choy (1998:179) prinsip tersebut melputi: (1) lingkungan ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar dan terganggu, (2) ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial, dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat, (3) pendidikan dan pengalaman ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya yang terkit, sambil berolah pengalaman yang mengesankan.

Pendekatan Pengembangan Ekowisata

1.    Pendekatan partisipasi dan pemberdayaan: pendekatan ini harus mampu menghasilkan model partisipasi masyarakat setempat. Partisipasi tersebut yaitu melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanan sejak awal, dimana masyarakat bisa menyampaikan gagasannya.

2.    Pendekatan Sektor Publik: peran sektor publik atau pemerintah pun diperlukan untuk pengembangakn ekowisata, pemerintah memiliki otoritas untuk menyusun kebijakan dan pengendalian tentang manfaat sumberdaya alam dan lingkungan. Terutama yaitu pemerintah memiliki akses yang cukup tinggi dengan penyandang dana, seperti bank, investor dan donatur.

3.    Pendekatan pengembangan infrastruktur: penyedian infrastruktur dasar adalah hal yang tak boleh luput dari perhatian. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana potensi wisata akan hanya menjadi potensi tidak menjadi objek yang akan memberikan sumbangan besar untuk warga dan juga daerah. Infrastruktur seperti jalan, sarana transportasi, air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik dan lainnya. Apalagi dijaman yang modern ini bisa memanfaatkan teknologi untuk membuat sebuah aplikasi yang memudahkan para wisatawan dan juga masyarakat setempat. Teknologi tinggi harus mampu menghindari kerusakan lingkungan dsn kerusakan pemandangan yang bertolak belakang dengan konfigurasi alam sekitarnya.

4.    Pendekatan pengelolaan Ekowisata: untuk terkendalinya pengelolaan ekowisata secara professional dibutuhkan manajemen/pengelolaan kawasan ekowisata yang berdasarkan aspek – aspek sumberdaya manusa, seperti keungan, aspek material, aspek pengelolaan/bentuk usaha dan aspek pasar. Kelima unsur terebut dapat diorganisasikan dalam bentuk koperasi , PT, maupun perorangan.
Standar Pembinaan Ekowisata

            Roger A. Lnlaster (1983;5) mengemukakan beberapa pembinaan terkait ekowisata, standard pembinaan ekowisata akan diuraikan berdasarkan pendekatan melalui pembinaan antara lain:
1.    Standar pembinaan lingkungn ekowisata

a.    Sektor pemerintah berkewajiban untuk membina dan melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta budaya lokal, (2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteran masyrakat, (3) menyempurnakan prasarana dasar di wilayah sekitarnya, (4) menumbuhkan dan meningkatkan lembaga – lembaga kemasyarakatan untuk berpartisipasi, (5) mengembangkan segmen pasar ekowisata bersama usaha pariwisata, (6) menetapkan lokasi ekowisata yang berdasarkan penelitian merupakan daerah yang perlu dibuat perencanaannya lebih lanjut., (7) menyusun kebijakan pengembangan ekowisata yng pada gilirinnya dapt dinaungi payung hukum baik berupa Peraturan Gubernur, Wlalikota , Bupati maupun Peraturan Daerah.

b.    Swasta/ Usaha pariwisata: (1) Pemanfaatan sarana dan fasilitas milik penduduk lokal, untuk tercapainya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bimbingan dan tuntunan dalam menata sarana, (2) mengembangkan tema-tema paket wisata eko yang memiliki daya saing dan daya pemikat yang mencerminkn karkter dan citra ekowisata kepada wisatawan. (3) Mendorong tingkat pendapatan masyrakat melalui pemanfaatan hasil kreatifitas, inovasi masyarakat (merchandise), (4) mendorong bertumbuh kembangnya kewirausahan masyrakat setempat, (5) melakukan berbagai kegiatan promosi melalui berbagai teknik promosi dan pemasaran pasar wisata dengan tetap mendasarkan pendekatan kosnep pemsaran sosil.

c.    Masyarakat
1.    Dalam penataan ruang ekosiwata masyarakat berhak untuk: (1) berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, (2) mengetahui secara terbuka rencan tata kawasan dan rencana rinci kawasan ekowisata

2.    Mendorong partisipsi masyarakat. 

Menurut Brandon dalam buku yang ditulis Budi Riyanto (2005:227) terdapat sepuluh aspek yang intinya memberikan peran partisipsi local dalam menyusun perencanaan, penciptaan pemilikn saham, meningkatkn keuntungn dan financial masyarakat dengan memanfaatkan agen perubaan atau kaum intelektual dalam pengembanagn ekowisat. Kemampuan intelektual dalam pengalamanny berorganisasi ditengah – tengah msyrakat dalAh penting.

Peranan sektor publik (Pemerintah)

Pemerintah harus berupaya mengeluarkan paket – paket kebijakan diantaranya yaitu: (1) melakukan penelitian terhadap sumber daya alam, (2) partisipasi masyarakat secara berkesinambungan melalui pengembangan ekonomi kerakyatan dalam bentuk mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak, (3) peningkatan aset dan kapabilitas masyarakat dan perlindungan masyarakat dari praktik dan kekuatan yang memiskinkan dan meminggirkan masyarakat lokal. Pemerintah pun harus melaksanakan  fungsinya dengn baik sebagai regulator dan fasilitator yang dapat menciptakan iklim  kondusif bagi peningkatan akses partisipasi masyarakat. Pemerintahpun harus mampu menjembatani hubungan kemitraan antara organisasi masyarakat sipil dengn sektor bisnis.
Pemerintah juga perlu mempersiapkan diri untuk mewujudkan suatu destinasi pariwisata yang lebih bertanggung jawab, serta berkomitmen untuk menyediakan pelayanan yang senantiasa mendukung pelestarian alam dan kebudayaan setempat. Menurut Unesco untuk memnuhi kebutuhan dan pelayanan pariwisata harus didukung oleh berbagai komponen diantaranya yaitu :

1.    Objek dan Daya Tarik Wisata
Mengapa wisatawan berkunjung kesuatu daerah? Setiap wisatawan pasti memiliki lasan yang berbeda terkait kunjungannya ke suatu objek wisata. Namun kebanyakan wisatwan datang untuk menikmati hal – hal yang tidak dpat ia temukan dalam kehidupn keshriannya. Alam, budaya sert sejarah sutu derah merupakn bagian dari objek dan daya tarik wisata. Objek dan daya tarik wisata dengan kata lain yaitu atraksi wisata. Iklim, pntai, flora, fauna , gua, air terjun, sert hutan yang indah termsuk atrksi wisata alam. Atraski wisata budaya mislny arsitektur rumah tradisional, situs arkeologi, benda seni dan kerajinan, ritual atau upacar budaya(Sebutkan objek dan potensi wist di Cirebon)

2.    Trasnportasi dan Infrastruktur
Sarana dan prasaran trasnportasi untuk menunjang dunia pariwisata harus mulai dikonsep, entah itu oleh pemerintah provinsi atau daerah. Akses ini begitu penting untuk memudahkan wisatawan, selain itu bias juga mempercepat arus perputaran ekonomi apabila antar objek wisata bias saling terhubung. Kota Bandung contohnya mengeluarkan Bus Bandung City Tour, ini merupakan bentuk penyediaan transportasi. Masih banyak lagi yang bias ditiru dan diterpakan di Ciayumajakuning.

3.    Sapta Pesona
Bagaiman membuat wisatawan betah dan ingin terus kembali ke tempat kita? Terdapat dua poin penting untuk menjawab ertanyaan tersebut. Pertama, pelayanan yang baik. Pelayanan yang baik ini tidak hany meliputi fasilitas yang disediakan, namun terkait jug kodisi sosil kultur masyarakat setempat. Bayangkan jika kita sudah merencakanan perjalanan wisata, ketika sampai menemui supir yang kasar dan menipu penumpang, banyak copet, pedagang asongan yang memaksa membeli dagangannya, akomodsi yang tidak layak. Bagaimana rasanya?
Tentu kita semua tidak ingin hal ini terjadi di tempat kita. Ke-dua, menjag keindahan dan kelestarin alam serta budaya yng merupakan asset pariwisata.  Bagaimana caranya mewujudkan hal tersebut? Departemen Kebudayaan Pariwista RI memiliki program yang disebut sapta pesona. Terdapat tujuh unsur yang enam diantaranya penting diterapkan untuk memberikan pelaynan yang baik serta menjg dan merawat keindahan alam daerah wisata, yaitu: Aman, tertib, bersih, indah, ramah dan kenangan.
 Selain ke tujuh unsur tersebut terdapat pula beberapa unsur penting yang tak bleh luput dari peahaman. Dalam mendukung pariwisata sangat penting untuk: (1) tetap mempertahankan nilai – nilai adat istiadat, norma dan agama yang berlaku, (2) menjaga kelestarian budaya dan lingkungan, (3)memastikan keberlanjutan usaha pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian. Dari berbagai penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ekowisata memiliki tujuan, manfaat serta sasaran yang jelas diantaranya yaitu:

Tujuan Ekowisata: (1) mendorong usaha pelestarian dan pembangunan berkelanjutan, (2) membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di daerah tujuan wisata; baik bgi wisatawan, masyarakat setempat, maupun par penentu kebijakan di bidang kebudayaan dan pariwisata, (3) mengurangi dampak negative berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan daan budaya local akibat kegiatan wisata serta memberikan keuntungan ekonomi secara langsung, mengembangkan ekonomi masyrakat dan pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan produk wisata alternative yang mengedepankan nilai – nilai dan keunikan lokal (Kearifan lokal).

BACA JUGA: Sejarah dan Mitos Jalan Karanggetas di Kota Cirebon, Mengerikan!

Manfaat Ekowisata: (1) memberikan edukasi kepada wisatawan tentang fungsi dan manfaat lingkungan alam dan budaya, (2) meningkatkan kesadaran dan penghargaan akan lingkungan dan budaya, (3) bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat setempat. Sasaran Ekowisata: (1) terwujudnya kesdaran antara wisatawan dengan msyarakt setempat tentang konservasi, (2) terwujudnya organisasi masyarakat setempat yang bertujuan mengelola usaha pariwisata guna menunjang kebutuhan wisatawan selama berada dilokasi wisata, (3) terwujudnya prinsip saling pengertian melalui prinsip kemitraan dengan cara meningkatklan pemahaman yang sama mengenai lingkungan.
\
Dalam artikel ini penulis mencoba memberikan pemahaman seputar kepariwisataan yang bisa dijadikan rujukan oleh pemerintah untuk mengembangkan potensi wisata yang ada agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penulis hanya mengingatkan, potensi pariwisata yang ada untuk cepat diberdayakan. Karena kalau tidak, potensi hanyalah tinggal potensi yang sama sekali tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian. Pariwisata akan berdampak ketika sudah menjadi objek (destinasi) bukan potensi. Pemerintah harus segera mengorientasikan pikiran kewenangannya untuk mengembangkan potensi wisata daerahnya (kerjasama dan menghilangkan ego sektoral) untuk menjadi objek wisata yang unggul dan memberikan pertumbuhan ekonomi.  Akankah pariwisata di Ciayumajakuning tetap menjadi potensi, bukan objek?Politik sebagai bisnis tak lagi mementingkan moralitas dan idelaisme, kecuali keuntungan individu dan kelompok, demokrasi jelas akan kontraprodukti. So, Qou Vadis Pariwisata Ciawimajakuning?

Notes:
- Tulisan ini Ditulis Oleh Epri Fahmi Aziz Mahasiswa FE Unswagati
- Tulisan Diatas pernah dipostingkan di akun blog penulis
- Sebarkan jika dirasa bermanfaat


Featured

Recent Posts Widget