Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Wisata Cirebon: Malang Sekali Nasib Situs Pejambon, Potensi Besar yang Terabaikan!

Situs peninggalan sejarah kuno yang berpotensi menjadi objek wisata di Cirebon

CIREBON,  Wisata, Fokuscirebon.com - Cirebon memang memiliki sejarah panjang dalam pendiriannya sebagai suiatu daerah. Mulai dari sejarah Islam, sampai sejarah Pra Islam, cirebon memegang peranan penting dalam peradaban tersebut. Hal ini, dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan arca dan artevak dari masa Pra-Islam yang dinamakan Situs Pejambon. Padahal, melihat dari sejarahnya, situs tersebut memiliki potensi dan daya tarik wisatawan yang memikat perhatian, bisa dijadikan salah satu objek wisata untuk Cirebon dan sekitarnya.

Selama ini kita mengira bahwa yang memiliki situs purbakala, atau situs arkeologi hanya didaerah tertentu, seperti Bali dan Yogyakarta. Bicara sejarah arkeologi, Cirebon tidak bisa dilewatkan begitu saja. Apalagi, untuk kalian pecinta wisata sejarah dan religi, situs pejambon ini salah satu yang bisa dijadikan sasaran. Dalam situs tersebut terdapat puluhan arca, bisa dibilang juga peninggalan arkeologis yang berada di Cirebon.
Peninggalan Sejarah kuno yang bisa dijadian potensi objek wisata di Cirebon
Situs, mau bagaimanapun, merupakan peninggalan sejarah. Kalo kata Soekarno sih, " Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan Sejarahnya,". Ya, seperti Situs Pejambon yang terletak di  Blok Pejambon Lor, Kelurahan Pejambon, Kecamatan Sumber berjarak sekitar 3 km sebelah timur laut ini merupakan peninggalan sejarah yang harus di rawat dan dilestarikan keberadaannya.

Salah satu peninggalan sejarah penting yang tidak disadari itu adalah sisa-sisa artefak sejarah yang masih ada, berasal dari masa pra Islam. Lebih tepatnya, masa di mana agama Sanghyang, Hindu, dan Budha sedang dianut. Ialah arca-arca yang berada di situs Pejambon.Pada mulanya situs tersebut ditemukan sekitar tahun 1960-1970 (Orde Baru) di tempat yang berbeda - beda dengan total jumlah kurang lebih 80 artefak.
peninggalan sejarah kuno yang menjadi potensi untuk objek wisata di Cirebon
Namun, akibat tidak terawat dan tidak dianggao keberadaannya, banyak artefak dan arca yang hilang. Saat ini, yang tersisa kurang lebih berjumlah 25. Tidak hanya itu, persoalan selanjutnya yaitu Terdapat koleksi tiga arca yang diberi keterangan dari Pejambon di Museum Sri Baduga Bandung ditulis berasal dari zaman Megalitikum, arca-arca tersebut dinyatakan sebagai figur nenek moyang atau leluhur.

Namun, setelah dikonfirmasi, arca yang berada di Museum Sri Baduga ternyata arca replika. Jadi kemungkinan besar arca-arca yang “asli” masih berada di situs Pejambon, Cirebon saat ini dan berada di beberapa tempat, entah berada di mana. Permasalahan yang kedua adalah, bangunan yang didirikan di atas tanah pemerintah kabupaten ini tidak terurus bahkan terabaikan. Kondisi kaca-kaca jendela yang berantakan dan membahayakan, kemudian kondisi arca itu sendiri mengalami pengrusakan secara orisinalitasnya dan kesimpang-siuran sejarah arca itu sendiri.

Melihat dari segi sejarah dan arkeologisnya, situs pejambon, apabila di pelihara, di lesatarikan, dan disosialisasikan keberadaannya kepada masyarakat luas sebagai sebuah objek wisata merupakan sebuah potensi besar yang bisa menarik wisatawan untuk datang ke Cirebon. Bagi kalian warga Cirebon, harus tahu peninggalan sejarah ini, sebagai kearifan lokal yang pernah ada di Cirebon sejak zaman kuno.

Bagi warga di luar Cirebon, kunjungilah Situs Pejambon jika anda sekalian ingin berwisata di Cirebon dan sekitarnya. Untuk menuju lokasinya pun tidak sulit, bahkan gratis. Cocok sekali untuk kalian yang ingin mengabadikan momen kembali kemasa silam. Cintailah budaya dan sejarah kita Sob, disitu tersimpan makna yang bisa dipetik untuk pelajaran hidup.



Sejarah Tarling Cirebon: Mulai Dari Dianggap Sebelah Mata Sampai Akhirnya Mendunia!

Sejarah Tarling Cirebonan
Cirebon, Fokuscirebon.com - Tarling merupakan kesenian khas dari wilayah pesisir timur laut Jawa Barat (Jatibarang, Indramayu-Cirebon dan sekitarnya). Bentuk kesenian ini pada dasarnya adalah pertunjukan musik, namun disertai dengan drama pendek. Nama "tarling" diambil dari singkatan dua alat musik dominan: gitar akuistik dan suling. Selain kedua instrumen ini, terdapat pula sejumlah perkusi, saron, kempul, dan gong. Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya popular. 
Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama. Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer. Tarling dangdut lebih tepat disebut dangdut Cirebon.

Siapa yang tidak kenal dengan lagu warung pojok? Sebuah lagu yang telah diangkat menjadi satu lagu wajib peserta Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA), setiap 17 Agustus di Jakarta. Lagu dari daerah Cirebon ini diciptakan oleh seorang seniman Tarling. Sekalipun liriknya telah digubah ke dalam bahasa Indonesia, melodi musiknya masih tetap utuh.
Seni Tarling merupakan kesenian khas Cirebon dan Indramayu. Kesenian yang lahir sejak Indonesia dijajah oleh Belanda sekitar abad ke-19 ini, kini menjadi kesenian yang digemari masyarakatnya; terutama masyarakat Cirebon dan Indramayu.Istilah Tarling, merupakan sebuah singkatan dari nama alat musik pokok dalam penampilannya. Tar berasal dari kata ‘Gitar’ sedang ling berasal dari kata ‘Suling’. Sebagai seni teater rakyat materi tarling terdiri dari :
Seni Musik; Sebagai seni musik alat musiknya terdiri atas Gitar sebanyak 3 buah, gitar melodi, gitar pengiring dan bas gitar; sebuah suling Cirebon (di priangan disebut bangsing) yang dibuat dari bambu tamiang dengan diberi lubang sebanyak 6; seperangkat kendang (kendang besar dan kulanter); tutukan (kenong); sebuah gong; 1 set kecrek; sebuah tamborine; dan sebuah organ.
Penyanyi; Penyanyi Tarling terdiri dari penyanyi wanita (pesinden) dan penyanyi pria (wira swara). Pemeran Lakon; Sebagaimana halnya teater-teater rakyat yang hidup di Jawa Barat, dalam pementasan Tarling biasa diselingi sajian Lakon. Lakon cerita tersebut diperankan oleh pemeran khusus disamping para pemain musik dan penyanyi. Jumlah pemainnya disesuaikan dengan keperluan lakon yang akan dipentaskan. Terman lakonnya tidaklah terlalu berat, isinya hanya lukisan kehidupan masyarakat sehari-hari yang mudah dicerna oleh masyarakat pada umumnya. Untuk itu pemainnya pun tidak begitu banyak.
Sejarah Tarling Cirebonan


    Pelawak; Pelawak juga disajikan oleh grup Tarling yang bersangkutan. Pelawak-pelawak tersebut bertugas pula sebagai pembantu dialog dramanya. Dalam Pementasan seni Tarling ini menyajikan empat materi seni yaitu: 1. Sekar Gending, 2. Seni Drama, 3. Seni Lawak, Sedangkan medium utama bahasanya menggunakan bahasa Cirebon atau Indramayu, dan 4. seni Tari.

Penyanyi terkenal Tarling adalah antara lain: Aam Aminah, Nyi Dadang Darniah Biduanita Tarling Grup Endang Darna dari palimanan Cirebon.Pada umumnya seni Tarling dipentaskan terutama dalam acara hajatan masyarakat, baik pesta perkawinan maupun khitanan.(89.2/CR)
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara (pantura), terutama Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, kesenian tarling telah begitu akrab. Alunan bunyi yang dihasilkan dari alat musik gitar dan suling, seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur. Meski telah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat, tak banyak yang mengetahui bagaimana asal-usul terciptanya tarling. Selain itu, tak juga diketahui dari mana sebenarnya kesenian tarling itu terlahir. Untuk membuka perjumpaan kita, mari kita dengarkan sebuah alunan musik tarling khas Cirebon yang popular pada tahun 80-an berjudul "Pemuda Idaman" dinyanyikan Itih. S.
Namun yang pasti, tarling merupakan kesenian yang lahir di tengah rakyat pantura, dan bukan kesenian yang 'istana sentris'. Karenanya, tarling terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tidak terikat ritme serta tatanan tertentu sebagaimana seni yang lahir di tengah 'istana'. Sebelum 'resmi' bernama tarling, kesenian ini dikenal dengan sebutan 'melodi kota ayu' di Kabupaten Indramayu, dan 'melodi kota udang' di Cirebon. Pada 17 Agustus 1962, ketua Badan Pemerintah Harian (BPH, sekarang DPRD) Kabupaten Cirebon, menyebut kesenian itu dengan sebutan tarling. Nama tarling itu diidentikkan dengan asal kata 'itar' (gitar dalam bahasa Indonesia) dan suling (seruling). Versi lain pun mengatakan bahwa tarling mengandung filosofi "yen wis mlatar kudu eling" (jika sudah berbuat negatif, maka harus bertaubat). Baiklah pendengar VOI, inilah alunan musik Tarling klasik yang sangat sulit di temui saat ini.
Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan kiser Dermayonan dan Cerbonan itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an. Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Bahkan pada 1935, alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi. Perkembangan musik di Indonesia dan masyarakatnya yang semakin global membuat para seniman Tarling memikirkan kelanjutan dari seni tradisional tersebut.
Sebuah cara mengkolaborasikan dengan warna musik lain adalah pilihannya. Dangdutpun dipilih oleh para seniman Tarling untuk dilebur ke dalam seni tradisional Tarling. Hasilnya masyarakat Indonesia saat ini mengenal seni musik Tarling-dangdut. Sebagian seniman Tarling di cirebon menilai bahwa peleburan ini merusak sedikit demi sedikit seni Tarling klasik namun rupanya kebutuhan hidup tidak dapat diingkari untuk dipenuhi. Tarling selamanya tidak akan bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir Pantai Utara. Untuk menutup perjumpaan kita, mari kita dengarkan sebuah alunan musik tarling klasik berjudul "Banyu Urip" hasil karya Embi. C. Noer. Selamat mendengarkan dan sampai jumpa pada Pelangi Nada edisi musik tradisional berikutnya.
Para pengusaha hotel dan jasa lain di Kota Cirebon diimbau memperdengarkan lagu-lagu tarling Cirebon kepada pengunjung atau wisatawan yang datang. Musik tarling, dipandang otoritas terkait kalah pamor dibanding dangdut pantura. Dengan memperdengarkan tarling, para wisatawan atau pengunjung dapat lebih mengenal jenis lagu satu ini sebagai musik khas Cirebon.

"Kami sudah membuat dan mengedarkan surat imbauannya,” ungkap Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Cirebon, Dana Kartiman.
Kesenian tarling bahkan cukup banyak, seperti macapatan, gamelan renteng, tarling gamelan sekaten, angklung bungko, dan lainnya. Dia pun berharap pihak terkait, baik pengelola hotel, restoran, dan pengelola jasa wisata lain, dapat turut aktif melestarikan kesenian tarling Cirebon.



Lukisan Kaca Khas Cirebon, Sebuah Maha Karya Seni yang Tercipta dari Proses Budaya!

Lukisan Kaca Khas Cirebon
Lukisan Kaca Khas Cirebon
Cirebon, fokuscirebon.com - Bagi semua orang yang pergi merantau ke Ibu Kota, atau ke kota-kota besar lainnya, kalau melewati jalur pantura, tentu tidak asing lagi di telinga dengan suatu nama yang di sebut Cirebon. Ya, suatu daerah yang di kenal dengan sebutan Kota Wali, atau Caruban Negari.

Kenapa di sebut Caruban Negari (Negeri campuran), ya karena berbagai macam adat istiadat, tradisi, budaya, hingga karya seni ada di Cirebon. Sangat disayangkan apabila hanya melintasi, atau cuman mampir dan transit di rest area pom bensinnya saja.

Berbagai kreasi hasil inovasi dari tangan-tangan kreatif akibat proses busaya yang begitu panjang, sehingga lahirlah sebuah karya seni yang menjadi khas, yaitu seni lukis, dengan medianya berupa kaca. Bagaimana mungkin bisa melukis di di kaca? Bagaimana cerita dan sejarahnya sehingga ada lukisan kaca di Cirebon?

Cirebon itu unik sob, coba kalian mampir ke sini, tinggal berlama-lama, beda gang udah beda bahasa dan logatnya, apalagi yang beda desa. Jadi disebutnya caruban (campuran), bukan oplosan tapinya sob, haha. Apa aja disini ada sob, termasuk lukisan kaca.

Mengenai lukisan kaca khas Cirebon ini dikenal sejak abad ke 16 pada masa kejayaan Kasultanan Cirebon sob. Cuman untuk siapa yang memperkanalkan pertama kali, atau siapa yang membawanya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah dan budayawan sampai seniman.

Yang jelas, lukisan kaca ini, terbentuk oleh arus waktu dan zaman. Cerminan Cirebon sebagai Caruban Nagari, sebagai Kota Wali, ada di dalam karya seni Lukisan Kaca ini. Kenapa kaca, iya karna kaca tempat untuk bercermin dan membenahi diri.

Tidak hanya dari segi karya seninya yang memiliki nilai tinggi, namun dari segi filosofinya pun bernilai adiluhur sob. Kalian semua bisa mempelajarinya di Cirebon, sampai menjadikannya oleh-oleh atau kenangan buat si doi sob.

Sejarah seni dan budaya lah yang menghasilkan maha karya seni ini sob. So, jangan sampai kita melupakan sejarah sob. Karya-karya sejarah dan kesenian hingga kemewahan budayanya patut kita apresiasi, walaupun sebatas oleh-oleh atau hiasan dinding.

Jangan lupa, kalau lewat mampir untuk lebih mengenal Cirebon. Kalo yang asli Cirebonnya jangan lupa juga, jaga dan rawat warisan leluruh kita. Disitu terdapat sejuta makna akan adanya Cirebon sebagai tempat kita lahir dan di besarkan.

Sekian sekilas Info mengenai lukisan kaca khas Kota Udang. Jangan lupa like and share, wong Cirebon kudu weru.

Featured

Recent Posts Widget